Lv. 12 : Solusi (2)

3.9K 641 56
                                    

Selesai dengan mencari informasi, Mark dan Johnny berjalan cepat meninggalkan area departemen informasi. Mereka menuju ke ruang kerja sang kepala polisi, Choi Siwon.

Sesampainya disana, sebelum bahkan Mark mengetuk pintu suara dari dalam terdengar. "Masuklah.."

Mark dan Johnny saling memandang sebelum memutuskan untuk masuk, keduanya masuk dan melihat atasan mereka tengah membalik-balik dokumen di mejanya.

"Siwon hyung.." ujar Mark membuka pembicaraan.

"Oh? Kalian, bagaimana? Sudah dapat informasinya?" tanya Siwon tanpa mengalihkan pandangannya pada mereka berdua. "Duduklah"

Keduanya mengangguk dan mengucapkan terima kasih lalu duduk dihadapan Siwon. Setelah memeriksa halaman terakhir, Siwon akhirnya menutup berkas itu dan menatap mereka berdua sambil tersenyum.

"Bagaimana?" tanyanya kemudian.

"Itu...Mingrui bilang bahwa kami dan enam belas orang lainnya adalah orang-orang dibalik patung itu.. Tapi aku merasa hal ini sangat tidak masuk akal, kami bahkan tidak ingat apapun mengenai penyelamatan kota. Aku bahkan tidak tahu bagaimana bencana itu dimulai.." jelas Mark yang masih tidak percaya pada ucapan Mingrui.

Siwon tertawa kecil, "Mark, terkadang apa yang menurut kita tidak masuk akal adalah kebenaran yang sesungguhnya. Mungkin ada faktor lain yang membuatmu lupa, bahkan bukan hanya kau. Mungkin saja itu terjadi pada kalian."

"Lalu apa yang harus kami lakukan?" tanya Johnny yang lebih tenang.

"Kenapa tidak kalian cari mereka dan diskusikan apa yang harus kalian lakukan selanjutnya?" Siwon balik bertanya.

Johnny dan Mark sekali lagi saling berpandangan, apa maksudnya itu?

"Baiklah, terima kasih hyung..kami akan menemuimu lagi nanti." ujar Johnny dengan tegas. Ia bangkit dari duduknya disusul Mark, keduanya meninggalkan ruang kerjanya.

Setelah menutup pintu, Johnny langsung mendial nomor ponsel rekannya di divisi lain.

"Halo? John, ada apa?"

"Aku butuh bantuanmu."

"Apa yang bisa kulakukan untuk seorang senior sepertimu huh?"

"Cari informasi mengenai orang-orang yang akan kukirim fotonya, letakkan di mejaku dalam waktu satu jam."

"Aku hanya perlu tiga puluh menit, kau tidak perlu membuang waktumu untuk itu.."

"Baiklah, sampai jumpa."

Ia berbalik pada Mark dan mengangguk padanya.

"Aku mengenal beberapa orang dari mereka." ujar Mark membuka pembicaraan.

Johnny meliriknya sekilas, "siapa?"

"Lee Haechan, dia seorang dokter ahli; Lee Jeno, pemilik Lee Corporation; Kim Jungwoo, asisten dokter Lee." jawab Mark dengan pandangan menerawang.

Johnny mengangguk paham, "kau hubungi mereka, setelah itu kita bagi tugas untuk menemukan yang lain."

Mark berdeham pelan, "hyung.."

Johnny menatapnya tanpa berkata apapun.

"Aku...merasakan emosi aneh saat melihat Mingrui tadi.." ujar Mark.

"Mingrui? Anak dari departemen informatika itu?" tanya Johnny, Mark mengangguk. "Apa kau menyukainya?"

Mark menatap kesal pada Johnny, apa-apaan pertanyaannya itu?!

Sadar lawan bicaranya kesal, Johnny menatap Mark bingung. "Apa?"

"Aku tidak menyukainya." jawab Mark kesal.

Johnny mengernyit bingung, "lalu?"

Mark menghela nafas dalam-dalam, ia memasukkan kedua tangannya kedalam kantong celana. "Aku...entah kenapa merasa seperti telah melihatnya di suatu tempat. Dia...mirip denganku, juga dengan orang itu. Aku merasa bahwa kami bertiga terhubung satu sama lain, itu...aku tidak tahu harus menyebutnya apa.."

Johnny jadi bingung sendiri, maksudnya apa? Apakah Mark ingin mengatakan bahwa ia, orang yang Johnny tidak tahu siapa juga Mingrui memiliki hubungan? Lalu hubungan macam apa itu? Apa itu kisah Cinta masa lalu yang berakhir buruk?

"Lalu selesaikan masalahmu setelah misi ini berakhir." ujar Johnny pada akhirnya. Mark mengangguk pelan.

=====

Dilain tempat, rumah sakit sibuk melayani para korban. Mereka terus memantau kondisi tubuh pasien agar tidak mengalami dehidrasi atau kekurangan nutrisi, setiap tiga jam para perawat bergantian.

Para dokter pun sama, tak peduli mereka spesialis bedah sekalipun semuanya bekerja sama dalam masalah ini.

Diruang pribadinya, Haechan menatap taman kecil yang dibuat untuk para pasien dengan lesu. Ia bingung harus berbuat apa, pasalnya orang-orang itu tidak kunjung sadarkan diri. Belum lagi paket nutrisi yang ia buat hanya cukup untuk beberapa hari, lalu apa yang harus ia lakukan??

Ia ingin bicara dengan seseorang, tapi untuk sekarang semuanya sibuk dan sangat tidak nyaman baginya untuk mengajak seseorang berbicara dan mendengarkan keluh kesahnya sementara para pasien sedang menderita.

Tak lama, ponselnya berdering. Haechan melihat nama si pemanggil dan menemukan bahwa itu adalah Mark, kebetulan sekali! Ia dengan cepat menekan ikon terima dan mendengar suara deep pemuda campuran itu dari seberang telepon.

"Haechan?"

"Mm.. Aku disini, bagaimana dengan pekerjaanmu?" tanya Haechan. Entah kenapa ia merasa senang mendapat telepon dari interpol termuda Korea itu.

"Cukup melelahkan, tapi itu resiko pekerjaan... Bagaimana denganmu? Apakah para pasien itu masih belum sadar?"

Haechan menghela nafas panjang dan berdeham, tangan kanannya menopang kepalanya diatas meja sementara tangan kirinya memegang ponsel. "Belum sama sekali..."

Diam sejenak diantara mereka, Mark mengerti apa yang Haechan rasakan. Pemuda itu pasti tertekan karena terlalu banyak beban yang harus ia pikul sebagai pemilik rumah sakit.

"Bersabarlah...mereka pasti akan bangun, aku yakin itu.."

"Terima kasih.."

"Apa kau sudah makan? Jangan memaksakan dirimu terlalu banyak, istirahatlah.." dari suaranya, Haechan tahu bahwa Mark mencemaskannya. Dan ia merasa hangat dalam hatinya, tanpa ia sadari sebuah senyuman terbentuk di bibir indahnya.

"Ya, aku sudah makan siang bersama Jungwoo hyung tadi. Terimakasih sudah mengkhawatirkan ku."

"Sama-sama Dr. Lee"

Keduanya tertawa kecil, tanpa mereka sadari beberapa orang di lain tempat merasakan sakit kepala kecil tanpa alasan.

To be continued

_______

Stay tune ya :3
Belom ada pemeran tambahan nongol nihh, mungkin di beberapa chap depan ~~

See u

Neo City : The Game Is Called DionysusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang