Lv. 28 : Berusaha untuk Mengingat (2)

3.6K 522 102
                                    

Seperti yang ochi katakan sebelumnya ~
_______

Setelah mereka selesai berdiskusi dan makan malam di kedai teh itu, mereka kembali ke kamar penginapan masing-masing sangat larut. Tapi sepertinya Mark tidak memiliki pemikiran untuk kembali.

Ia dengan tatapan kosong menatap panggung yang ramai, pikirannya sudah berkelana jauh.

Haechan yang duduk di sampingnya, hanya bisa diam sambil menunggu Mark kembali sadar untuk mengajaknya kembali ke penginapan. Ia memperhatikan wajah Mark yang menerawang jauh, entah apa yang sedang petinggi militer itu pikirkan.

Wajahnya yang mampu membuat semua gadis rela melemparkan diri mereka ke pangkuannya, kini terlihat kosong. Sesekali pemuda tampan itu akan meneguk alkohol yang ia pesan sebelumnya.

Sebenarnya Haechan ingin menghentikannya, namun ia tak tega. Mark seperti tengah memikirkan sesuatu yang penting, jadi ia tidak boleh mengganggunya. Pikir Haechan. Alhasil dia hanya duduk di sebelah Mark dengan resah dan memandanginya dari waktu ke waktu.

Mark sendiri tengah memikirkan perihal ingatannya akan peristiwa tiga tahun lalu, ia takut jika ia tidak akan bisa melindungi orang yang ia cintai seperti dulu. Yang membuat orang terkasihnya berada dalam bahaya.

Bagaimana jika hal itu kembali terulang? Apakah ia mampu untuk menanggungnya? Mark memikirkannya hingga ia tenggelam dalam lamunannya sendiri. Beberapa saat yang lalu, tepatnya saat ia dan yang lainnya menonton pertunjukan drama dari para NPC diatas panggung, ia mendapatkan sedikit dari ingatannya tentang pemuda manis di sampingnya.

Mark tahu perasaannya pada pemuda itu tidak berubah bahkan setelah mereka kehilangan ingatan. Ia juga ingat mengenai kalung yang diberikan oleh Mingrui hari itu adalah kalung yang ia miliki dan untuk ia berikan pada si pemuda manis itu.

Sayangnya, ia tidak sempat memiliki waktu untuk mengatakan perasaannya dan memberikan kalung itu. Dan saat ia bangun di reruntuhan bangunan rumahnya, ia merasakan sesuatu yang hilang. Dan sekarang ia mengerti jawabannya.

Mark kembali mengisi gelasnya dengan alkohol dan langsung meminumnya, di kehidupan normalnya ia tidak sempat untuk mabuk seperti ini. Namun toleransi alkoholnya sangat baik. Wajahnya tidak menunjukkan tanda-tanda ia mabuk, itu tetap segar dan penuh vitalitas dan juga ada sedikit kesuraman dalam tatapan matanya yang dingin. Yang bisa membuatnya jauh lebih menarik.

Namun saat ia hendak mengisi kembali gelasnya, sebuah tangan putih dan halus menahannya. "Hyung, sudah cukup.." suara manis dan lembut itu membuat Mark kembali tersadar dan menatap wajah manis yang berada di sampingnya.

"Ayo kembali.." sambungnya, ia meletakkan gelas yang Mark pegang kembali ke meja.

Matanya yang suram, menatap sepasang Netra berwarna ocean blue yang menatapnya dengan cemas. Pemuda cantik itu berdiri, dan membantu Mark untuk menstabilkan tubuhnya yang kehilangan keseimbangan karena mabuk.

Jalanan sudah cukup sepi, hanya ada beberapa pejalan kaki yang lewat sesekali. Dan selain dari itu, tidak ada yang lain. Toko-toko sudah tutup, hanya ada beberapa rumah bordil yang ramai dengan para pelacur wanita yang menghibur pelanggan mereka.

"Seharusnya kau tidak mabuk terlalu banyak, meski ini hanya sebuah game tapi itu adalah tubuhmu. Tolong jangan melukai dirimu sendiri hyung." ujar pemuda itu sambil menyandarkan tubuh lemah Mark pada dirinya.

Mark yang mendengar suaranya yang sejenih embun di pagi hari, menatapnya dengan intens. "Apa kau tahu apa yang kupikirkan hingga membuatku mabuk?" tanyanya dengan suara serak, matanya menatap tidak fokus pada wajah cantik itu.

Haechan, si pemuda cantik itu memiringkan kepalanya dengan bingung. "Apa?"

"Kau." jawab Mark tanpa ragu, "aku takut kau terluka, aku takut akan kehilanganmu, aku takut aku akan menjadi tidak berguna seperti di masa lalu... Aku takut kehilanganmu, Lee Haechan."

Haechan benar-benar tertegun dengan jawaban yang diterimanya. Mark menjawabnya tanpa keraguan sedikitpun, dan bahkan ada jejak rasa takut dan kekhawatiran yang jelas dalam tatapannya. Untuk sesaat ia tak tahu harus berkata apa.

"Aku tahu aku bodoh, aku tidak bisa menjadi seperti Jaehyun hyung yang bisa bersikap hangat pada orang lain ataupun seperti Nana yang selalu bisa menjadi penghibur dikala kau sedang sedih. Tapi... Aku memiliki seluruh hatiku untuk kuberikan padamu. Aku menyukaimu. Aku …benar-benar menyukaimu." Mark mendekatkan wajahnya dengan wajah Haechan, memangkas sisa jarak diantara mereka.

Lalu tanpa aba-aba menempelkan bibirnya di bibir lembut Haechan. Sontak membuat pemuda cantik itu terkejut dan hampir menolak, namun tangan Mark lebih cepat darinya. Dan tubuhnya terperangkap dalam pelukan pria dingin dan acuh tak acuh itu, dengan bibir mereka yang saling terhubung.

Malam itu sepi, dengan suara serangga musim panas yang menjadi latar musik dan bulan yang bersinar dengan lembut. Menyinari kedua insan yang tengah mengungkapkan perasaan mereka. Lebih tepatnya, seorang pemuda yang menyatakan cintanya.

Angin berhembus lembut seolah memberi selamat dan berkah pada mereka mewakili seluruh alam. Membuat suasana semakin menghangat.

Setelah waktu yang cukup lama, Mark melepaskan bibirnya dari bibir lembut Haechan. Itu hanya sekedar menempel, tidak ada hal lain. Ia hanya ingin mengungkapkan perasaannya, bukan untuk menunjukkan hasratnya pada pemuda itu.

"Sekarang kau mengerti kenapa aku bisa seperti ini?" tanya Mark dengan suaranya yang serak.

Haechan memerah karena malu, ia menunduk dan menganggukkan kepalanya pelan. Sungguh, ia benar-benar malu sekali sekarang. Mark menciumnya dan bahkan menyatakan perasaannya padanya. Apa yang harus Haechan lakukan? Haruskah ia menolaknya atau menerimanya?

Seolah mengetahui apa yang dipikirkannya, Mark terkekeh kecil. "Tidak masalah, aku akan menunggu jawabanmu. Kau tidak perlu terburu-buru untuk menjawabnya. Aku mengatakannya padamu karena aku ingin kau mengetahuinya." setelah itu ia kembali mengecup bibir Haechan yang terasa lembut dan manis, membuatnya merasa ketagihan untuk terus mencicipinya.

"Ba-baik.." jawab Haechan pada akhirnya. Ia lalu kembali membantu Mark berjalan menuju penginapan tempat mereka tinggal, dengan Mark yang sesekali menggodanya.

Dikejauhan, dua sosok bersembunyi dibalik sebuah bangunan dan menyaksikan adegan beberapa waktu lalu.

"Kupikir dia tidak punya hati, atau hatinya sudah habis untuk dijadikan peluru shot gun." ujar salah satu dari mereka.

"Mungkin hatinya kehabisan daya dimasa lalu, dan sekarang dayanya sudah terisi penuh jadi dia sudah memiliki perasaan..." timpal yang lain.

Setelah itu, keduanya tertawa kecil dan melakukan gerakan high five. Lalu meninggalkan tempat persembunyian mereka dan kembali ke tempat mereka.

To be continued
_____________

Maaf ya aku udah lama gak up,  soalnya aku punya kerjaan sampingan. Plus aku udah punya planning buat jadiin s2 ini buku juga,  jadi aku harus benerin tata bahasa dan penulisannya.

Aku juga lagi ngedown karena papaku gak setuju aku kuliah di jurusan minatku, mana cara bicaranya juga bikin aku gak nyaman. Ya gimana ya, gimana sih perasaan kalian kalo ada orang yang jelek-jelekin apa yang kalian suka? Pasti marah kan? Nah aku pun gitu.

Belum lagi kakakku yang manas-manasin suasana tambah aku makin down. Pengen bunuh diri tapi novelku belum banyak yang terbit :( aku juga masih pengen buat banyak cerita creepy :(

Alhasil aku cuma bolak balik dengerin lagu seventeen yang our dawn is hotter than days buat penambah placebo effect yang aku tekanin ke diriku sendiri.

Maaf aku curhat di sini, aku gatau mau curhat sama siapa:')

Sekian

Neo City : The Game Is Called DionysusWhere stories live. Discover now