Lv. 15 : Diskusi

3.9K 650 41
                                    

Aqu bek:3

________

"Itu.. kita akan membahasnya lebih lanjut di ruang konferensi gedung kepolisian." Jawab Mark.

"Kenapa tidak sekarang?" Tanya Jaemin tidak sabar.

"Na, jika aku dan Johnny Hyung melakukan hal ini berulang kali itu akan menyita waktu yang sangat lama karena ada banyak anggota yang harus kami hubungi. Dan jika kami terlalu lama menunda dengan penjelasan berulang ini, hal yang sama akan terjadi seperti tiga tahun lalu dan mungkin akan menjadi lebih buruk." Jelas Mark serius.

Ketiganya terdiam, apa yang dikatakannya semua benar. Jika Mark dan Johnny melakukan apa yang Jaemin katakan, mungkin kota ini akan berubah menjadi kota hantu dengan para penduduk yang mati karena sebuah game holografik.

"Selain kita... siapa lagi yang menjadi anggota delapan belas dewa kebenaran itu?" Tanya Jaemin.

"Sebenarnya tim kita bernama NCT, Jeno yang menamainya dan kita menggunakan nama itu tiga tahun lalu." Jawab Mark.

"Delapan belas... itu artinya ada empat belas orang lagi?" Haechan menatap Mark untuk memastikan.

Mark mengangguk,"kami memiliki semua data anggota NCT yang hilang. Kalian akan tahu besok pagi."

"Besok? Jadi... pertemuannya besok pagi?" Jaemin memastikan.

Mark kembali mengangguk.

"Ahh..entah kenapa aku merasakan hal yang buruk.." gumam Jeno.

"Berpikir positif lah! Aku yakin besok akan menjadi hari besar kita, karena semua anggota kelompok yang kau beri nama akan berkumpul!!" Jaemin menepuk pundaknya sambil tersenyum.

Setelah itu mereka mulai berbincang mengenai masalah tiga tahun lalu, Mark dengan penuh kesabaran menjelaskan apa yang terjadi sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh Mingrui padanya dan Johnny. Meski masih bingung dengan apa yang terjadi, Jeno dan Jaemin berusaha untuk tetap tenang dan memikirkan apa yang akan terjadi nantinya.

Sementara itu Haechan hanya menunduk dan entah apa yang ia pikirkan, yang jelas wajahnya terlihat tidak baik. Itu pucat hingga ke bibirnya yang biasanya berwarna pink juga ikut memucat, bulir keringat dingin muncul di pelipisnya. Ketika tiga lainnya tidak memperhatikan, Haechan beberapa kali mengerjap dan menopang kepalanya dengan tangan kanan. Mark yang melihatnya bersikap aneh mengelus pundaknya pelan.

"Kau baik-baik saja?" Tanyanya khawatir.

Haechan tak menggubrisnya, dan semakin lama nafasnya semakin berat dan pandangannya berubah kabur. Hal terakhir yang dilihatnya adalah Mark yang menopang tubuhnya dan membopongnya menuju mobil. Ia berlari dengan kecepatan tercepatnya, mengabaikan Jaemin dan Jeno yang memanggilnya dari belakang.

Ia terus berlari hingga sampai di depan ruang gawat darurat, dimana Jungwoo baru saja keluar dan terkejut saat melihat mereka.

"Mark? Ada apa? Kenapa dengan Haechan?" Tanya Jungwoo beruntun, ia membuka pintu unit gawat darurat dan membawa keduanya masuk.

Setelah merebahkan tubuh Haechan, Mark menatap Jungwoo dengan wajah datar meski ada riak dimatanya. "Tolong periksa Haechan.." ujar Mark dengan susah payah, nafasnya masih memburu karena terlalu lama berlari.

Jungwoo mengangguk dan langsung memeriksa kondisi atasannya itu. Ia mengerutkan keningnya lalu menatap Mark dan menjelaskan. "Haechan baik-baik saja...tapi kondisi tubuhnya melemah karena ia kelelahan, detak jantungnya juga tidak stabil. Biarkan dia istirahat dan kondisi tubuhnya akan membaik."

Mark mengangguk dan mengucapkan terima kasih, setelah itu Jungwoo pamit untuk memeriksa pasien lainnya. Namun sebelum ia melangkah lebih jauh, Jungwoo kembali berbalik dan menatap Mark,"ah ya, Kapten Seo mengatakan bahwa besok kita akan bertemu di ruang konferensi lantai dua gedung kepolisian. Ada apa?"

Mark balas menatapnya tanpa ekspresi,"ada hal yang harus kami jelaskan, jadi siapkan mentalmu."

Jungwoo mengangguk paham, ia tak meminta penjelasan lebih lanjut dan memilih untuk pergi. Lagipula sepenting apa hal itu ia tidak tahu, dan lebih baik menunggu besok daripada ia harus meminta jawaban sekarang. Daripada Mark mengatakan kata-kata tajam seperti yang ia lontarkan kepada Jaemin, lebih baik ia cari aman.

Sepeninggalnya Jungwoo, ruangan itu menjadi sunyi. Mark menarik kursi yang ada didekat ranjang Haechan dan duduk didekat sang dokter muda, tangannya memegang tangan yang lebih muda dan mengelusnya pelan.

"Ada hal yang belum kukatakan padamu... tunggulah sampai semua ini berakhir, aku akan mengatakannya. Aku janji.." gumam Mark pelan, ia lalu mengecup tangan kecil Haechan dan tersenyum tipis.

=====

Keesokan harinya, seperti apa yang dikatakan Johnny dan Mark mereka berkumpul di lantai dua gedung kepolisian. Tepatnya ruang konferensi yang biasa digunakan tim penyidik untuk berdiskusi mengenai kasus yang sulit terpecahkan.

Kini didepan ruangan itu dipenuhi oleh pria-pria muda dengan berbagai macam karakter, umur, pekerjaan, dan -ekhem- tinggi badan, berkumpul. Ada yang saling kenal ada pula yang tidak. Bahkan ada juga yang tidak tahu malu.

Mark keluar dari lift dan berjalan menuju kearah orang-orang itu berkumpul, ia lalu berhenti. "Selamat datang di gedung kepolisian, namaku Mark Lee. Wakil ketua dari Departemen Kepolisian internasional, aku menyambut kalian disini untuk menggantikan Johnny Hyung karena dia sedang berdiskusi dengan atasan kami." Jelasnya.

"Tentu, tidak masalah... seorang ketua pasti sibuk, aku paham dengan hal itu." Celetuk seseorang yang memiliki senyuman paling lebar.

Mark mengangguk, ia lalu memberikan isyarat untuk mereka memasuki ruangan. "Silahkan masuk.."

Mereka masuk mengikuti instruksi dari Mark, dan saat masuk mereka kagum dengan ruangan itu. Ruangan bercat putih dan hitam dengan nuansa monochrome yang kental, membuat siapapun merasa betah tinggal disana. Belum lagi furnitur yang ada adalah keluaran terbaru, kursi kerja empuk, meja kaca transparan dengan teknologi pembuka layar holografik dibagian tengahnya memudahkan saat akan melakukan penjelasan.

Ini...ini bukan gedung Kepolisian ah! Ini..ini adalah ruang rapat gedung perkantoran!!

Begitu mewah hingga membuat siapapun menghela nafas berat karena mengingat seberapa mahalnya semua hal yang ada didalam. Diam-diam mereka mengutuk orang yang menjadi pemimpin di tempat ini karena kekayaannya. Iri sampai mati!!

"Silahkan duduk, kalian bisa memilih tempat duduk masing-masing." Ujar Mark sambil menunjuk pada kursi-kursi yang berada di sekitar meja.

Mereka dengan patuh duduk dan Mark mengaktifkan layar holografik dalam meja, itu menampilkan keadaan kota Seoul tiga tahun lalu.

Pikiran mereka menjadi semakin bingung, apa maksudnya? Kenapa seorang perwira polisi seperti Mark menampilkan gambar bencana alam seperti itu?

To be continued

______

Udah ah ngantuk

Oiya yang mau ikut PO kutunggu ya sampai tanggal 13:)
Kalau buku ini udah beres, insyaallah mau ku bukuin juga hehe jadi stay toon

See u

Neo City : The Game Is Called DionysusWhere stories live. Discover now