Lv. 24 : Melanjutkan Perjalanan

3.3K 604 67
                                    

Pagi menjelang, menggantikan posisi sang rembulan yang meredup digantikan oleh sinar jingga di ufuk timur. Yang pertama bangun adalah si kembar dan Taeyong. Ketiganya hanya mengangguk pelan sebagai sapaan pagi.

Jeno berjalan menuju api unggun yang tersisa baranya saja, lalu memasukan beberapa ranting kering. Meniupnya sedikit dan api perlahan kembali menyala.

"Pagi.." ujar Ten yang baru saja mendudukan dirinya dengan mata yang masih setengah tertutup.

Haechan tersenyum, "pagi Ten hyung.."

Ten menatapnya linglung, "hah? Kau...sejak kapan kau bangun?"

Haechan tertawa, "belum lama, mau sarapan?"

Ten menutup matanya dan menguap, "aku ingin, tapi...aku harus mencuci mukaku terlebih dahulu."

Jeno datang dari arah yang lebih dalam, "ada mata air di dalam, kau bisa mencuci muka disana hyung."

Ten mengangguk, "terima kasih"

Di sudut yang lain, Chenle tampak merenggangkan tubuhnya dan kembali memeluk Jisung untuk melanjutkan tidurnya. Sepertinya dia tidak berniat untuk bangun. Jisung menepuk kepalanya pelan, agar Chenle bangun namun ia tidak peduli dan malah mengeratkan pelukannya.

"Bangun Xiao Zhong!" ujar Jisung dengan suara seraknya.

"Mmm..." Chenle dengan keras kepala masih menutup matanya.

Satu persatu anggota kelompok mereka mulai bangun, mereka juga mengikuti saran Jeno untuk menuju ke dalam gua dimana terdapat mata air. Mereka lalu berkumpul kembali di sekitar api unggun, memakan hasil tangkapan mereka sore lalu dan mendiskusikan apa yang seharusnya dilakukan.

"Kota awal adalah setengah hari perjalanan dari sini, kita akan sampai tepat waktu jika tidak ada halangan." ujar Yuta sambil memakan jatahnya bersama Winwin.

"Bagaimana dengan leveling? Bukankah kita harus menaikkan level?" tanya Chenle.

(Leveling adalah kegiatan seorang gamers untuk menaikan level karakter mereka, bisa dengan menerima misi, mengumpulkan bahan, dll)

"Haruskah? Ah! Aku malas sekali...cukup kejadian membunuh zombie itu saja jangan ada yang lainnya..." Ten mengeluh dan menekuk wajahnya dengan muram.

"Kau bisa mati jika tidak membunuh, baik dulu maupun sekarang. Situasinya sama, kita harus membunuh untuk tetap hidup." jelas Johnny.

Taeyong mengangguk setuju, "kau akan tertinggal dan menjadi beban untuk tim jika tidak melakukannya."

Ten menggembungkan pipinya.

"Lalu, rencana selanjutnya adalah..." sela Jaemin.

"Melakukan leveling selama perjalanan sisa, dan menuju kota awal untuk memulai misi." sambung Johnny,  ia berdiri dan menyiapkan senjatanya.

"Baik, kapten!!" seru semua orang.

Mereka lalu tertawa dan mulai berkemas, membagi buah-buahan yang sudah dikumpulkan kemarin pada semua orang, lalu keluar dari gua dan melanjutkan perjalanan.

Pada awalnya perjalanan mereka tenang tanpa hambatan, namun tidak lama beberapa makhluk yang tampak seperti serigala muncul didepan mereka.

"Sial! Makhluk apa itu?!" Renjun memekik kaget.

"Serigala ekor besi, lihatlah ujung ekor mereka." jawab Lucas dengan santai. "Itu mengkilap dan biasanya akan diburu oleh para gamers untuk membuat senjata. Aku tak mengira hewan ini akan menghadang kita..."

"Bagaimana dengan kekuatannya?" tanya Jeno.

"Cukup kuat, jika kau adalah manusia tanpa kemampuan dari peradaban asli maka kau tidak akan bisa mengalahkannya tanpa bantuan senjata canggih. Tapi...karena ini adalah game dan setiap orang memiliki kemampuan, kau pasti bisa mengalahkannya." jelas Jisung.

Neo City : The Game Is Called Dionysusजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें