Lv.13 : Solusi (3)

4.2K 668 50
                                    

Itu adalah jam makan siang bagi semua orang, termasuk Jaehyun. Karena lelah ia putuskan untuk tidur sebentar di ruangannya. Dan dengan cepat ia pergi ke alam mimpi.

Dalam mimpi itu Jaehyun berada di depan gerbang universitasnya, ia melihat sekeliling. Itu adalah universitas yang sama sebelum bencana alam itu terjadi, tepatnya tiga tahun lalu. Samar-samar ia bisa mendengar sekelompok orang yang memanggilnya dari kejauhan, ia tanpa sadar menengok kearah suara.

"... maafkan kami Jaehyun-ah tadi kami diminta petugas perpustakaan untuk membantunya membereskan buku-buku.." ujar sebuah suara yang Jaehyun kenal,  ia menoleh untuk melihat wajah orang itu namun ia tidak dapat menemukannya.

"Ten hyung?" panggil Jaehyun tanpa sadar.

Setelah itu tempatnya berubah, itu adalah cafe tempat mereka biasa berkumpul saat masih kuliah dulu. Sekarang Jaehyun tengah duduk di salah satu meja bersama mereka.

"Sebelas tahun yang lalu, pernah terjadi kasus pembunuhan fenomenal. Masyarakat pada saat itu menyebutnya dengan kasus 'new generation' dimana para korban yang berjatuhan mengalami kematian yang tidak masuk akal." sekali lagi Jaehyun menoleh kearah suara, namun tidak ada yang bisa ia lihat.

Ia jadi penasaran, sebenarnya apa yang sedang orang-orang ini bicarakan? New generation? Apa itu? Kematian tak masuk akal?

Tepat ketika ia hendak bicara, semua orang menjerit histeris. Ia menengok kearah pintu dapur, disana ada kepala manusia yang menggelinding di lantai dengan darah yang berceceran dimana-mana.

Jaehyun ingin mendekat dan mencari tahu apa yang terjadi, ketika tiba-tiba ia kembali berpindah ke sebuah ruangan aneh yang sudah hancur bersama sekumpulan orang-orang membentuk lingkaran.

"Semuanya, aku tahu kalian tidak suka dengan bencana ini. Dalam diri kalian pasti ada keluhan mengenai betapa beratnya apa yang harus kita lakukan, mulai dari mengumpulkan makanan, bertahan hidup, melindungi diri, dan masih banyak lagi. Hingga kita terluka karena hal itu, tapi ini yang membuat kita dekat. Inilah yang menyatukan kita semua, jika aku bisa meminta pada Tuhan maka aku berharap bisa mengenal kalian setelah bencana ini selesai." Jaehyun tercengang, ini...ini adalah suara dirinya sendiri!!

Setelah itu semuanya gelap, dan ia membuka matanya dengan tergesa-gesa. Nafasnya tak beraturan dengan bulir keringat yang membasahi pelipisnya.

"...apa itu tadi.." gumamnya pelan.

Jaehyun menenangkan dirinya dan menghela nafas panjang, ia kembali bekerja dengan senyuman di bibirnya seolah mimpi itu tidak pernah terjadi.

====

Johnny dan Mark sampai di depan ruang kerja Johnny, mereka masuk dan didalam sudah ada seseorang yang menunggu sambil berkutat dengan jam AI nya.

"Mingyu..." panggil Johnny.

Orang yang dipanggil Mingyu itu langsung menoleh dan berdiri, "oh?  Johnny hyung...informasi yang kau butuhkan sudah ada, kalau begitu aku pergi dulu. Sampai jumpa!!"

Mingyu berlalu sambil menyenandungkan lagu yang ia hafal tanpa menoleh kebelakang.

Johnny langsung mengambil berkas itu dari mejanya dan membuka halaman demi halaman, semuanya lengkap. Dari mulai foto, alamat, riwayat hidup semuanya ada. Mingyu benar-benar dapat diandalkan!!

"Mark, kau cari orang-orang ini. Aku akan mencari sisanya." ujar Johnny sambil memberikan beberapa berkas pada Mark.

"Karena kita sudah tahu Jaemin juga kakakmu, ditambah kau dan aku. Sisa anggota yang harus kita cari ada dua belas orang." lanjutnya sambil fokus pada salah satu dokumen.

"Baiklah." jawab Mark.

Ia melihat-lihat nama yang tertera,

[Lee Jeno, Lee Donghyuck, Zhong Chenle, Huang Renjun, Qian Kun, Park Jisung]

Tak lupa ia membaca daftar riwayat hidup mereka secara singkat. Setelah memahami data yang ada, ia segera bangkit dan menuju parkiran menyisakan Johnny sendiri di dalam ruangan.

Sepeninggal Mark, Johnny terus memandangi sebuah foto seorang pemuda yang tengah tersenyum lebar. Difoto itu ia tampak sangat bahagia, hingga kedua matanya ikut menyipit.

"Sepertinya dia tidak asing..." monolog Johnny.

====

Entah sudah berapa lama Jeno tertidur, ia bangun dan melihat Jaemin yang tersenyum saat ia membuka matanya.

"Merasa lebih baik?" tanya Jaemin hangat.

Jeno terdiam sejenak lalu mendudukkan dirinya dengan cepat, ia gugup. Apa ia tidur terlalu nyenyak?  Sudah berapa lama ia tertidur?? Kenapa Jaemin tidak membangunkannya?! Dan dengan bodohnya dia tidur dengan nyamannya di paha orang lain. Sungguh bodoh!

"M-maaf Jaem...aku..apakah aku membuatmu kesulitan?" Jeno bertanya dengan khawatir.

Jaemin tertawa kecil, "tentu saja tidak! Aku senang kau tidur dengan baik, malah seharusnya kau tidur di kasur yang empuk bukan ditanah yang hanya ditutupi rumput.."

Jeno menunduk malu, "itu..maaf, aku benar-benar menyesal.."

Jaemin masih tersenyum dan menjawab, "jangan sungkan, kita harus saling menolong bukan? Jangan terlalu formal padaku, biasa saja. Lagipula aku bukan seorang presiden ataupun menteri yang harus kau hormati, harusnya aku yang bersikap sopan padamu."

Jeno meringis pelan, "ah..itu tidak perlu, lagipula aku tidak terlalu suka jika harus dipanggil sajangnim terus menerus..."

Jaemin mengangguk pelan dan tersenyum.

"Apa kau lapar?" tanya Jeno.

Jaemin mengangguk, "ya, sedikit. Mari makan sesuatu?"

"Tentu, kali ini aku yang mentraktirmu." jawab Jeno.

"Maka aku tidak akan menolaknya, sajangnim..." ujar Jaemin setengah bercanda, keduanya tertawa bersama sambil berjalan menuju cafe terdekat dengan rumah sakit.

====

Dalam perjalanan, Mark mengemudi dengan satu tangan. Sementara tangan lainnya ia gunakan untuk menekan angka yang ia ingat saat membaca dokumen salah satu dari mereka. Setelah selesai ia menekan tombol 'panggil' dan dengam cepat tersambung.

Di seberang panggilan, suara seorang remaja terdengar.

"Halo?  Siapa ini?"

"Halo Tn. Kun,  aku Mark Lee dari departemen interpol. Bisa kita bertemu?" ujar Mark dengan sopan.

"Departemen interpol? Kenapa? Setahuku aku tidak pernah melakukan sesuatu yang melanggar hukum.."

"Bukan, ini bukan untuk membicarakan itu...ada hal lain yang ingin aku bicarakan denganmu juga teman-temanmu."

"Teman-temanku?"

"Ya, apa ada masalah?"

"Bisakah kau menjaminnya bahwa kau tidak akan menipu kami?"

"Aku bisa berjanji padamu, jika kau tidak percaya kau bisa menghubungi ketua departemen interpol untuk memastikan."

"...baiklah, dimana kau ingin bertemu?"

"Lantai dua gedung kepolisian, ruang konferensi. Besok pagi datanglah dengan tiga temanmu, Park Jisung, Zhong Chenle, dan Huang Renjun."

"Baiklah"

"Terima kasih atas kerjasamanya.."

"Ya"

Setelah itu sambungan terputus, dan Mark melanjutkan perjalanan menuju rumah sakit Lee Corporation berada. Ia akan memberitahu sisanya disana. Selain itu, ia juga sedikit merindukan Haechan...

Diam-diam ia menghela nafas dan tersenyum saat memikirkan wajah imut sang dokter muda.

To be continued
________

Neo City : The Game Is Called DionysusWhere stories live. Discover now