Lv. 33 : Merindukanmu

1.6K 273 41
                                    

Double or triple?

_____________

Sementara itu di pusat penelitian kepolisian kota Seoul, sekelompok peneliti dengan jas putih terus sibuk memantau data dan perkembangan dari misi mereka. Sekelompok orang ini tanpa lelah bekerja siang dan malam secara bergantian untuk melakukan yang terbaik demi misi besar mereka.

Di lorong ruangan isolasi, seorang pemuda berdiri menghadap ke arah pintu yang tertutup didepannya. Wajahnya tengah bimbang antara membuka pintu dan masuk atau tidak. Tangannya dengan ragu-ragu mencapai gagang pintu yang memiliki kunci sidik jari, namun ia kembali menurunkan tangannya dan menghela nafas panjang.

"Woochul? Ada apa?" tanya seorang pemuda lainnya yang baru saja datang.

Si pemuda bernama Woochul itu menoleh, "aku... Aku hanya ingin melihat mereka.."

Pemuda itu mengangguk paham, "kau merindukan mereka?"

Woochul mengangguk enggan. Kepalanya tertunduk lesu, matanya enggan menatap lawan bicaranya.

Pemuda itu menghela nafas, "kau harus bersabar, ini adalah misi yang diberikan oleh guru kepada kita. Kita harus berhasil apapun yang terjadi, saat ini mereka bergantung pada kita. Jika kita lengah, sesuatu akan terjadi pada mereka..."

"Maaf..." cicit Woochul. Tangan dikedua sisi tubuhnya mengepal kuat.

"Woochul? Doyum? Apa yang kalian lakukan disini?" tanya sebuah suara di belakang tubuh Doyum.

"Haru-chan... Woochul merindukan ayah ibunya, bagaimana jika terjadi sesuatu karena kita lalai? Aku hanya memberitahunya agar kita terus berhati-hati dalam misi ini..." jelas Doyum tanpa diminta.

Haruto, yang baru saja datang tersenyum kecil. "Aku tahu perasaanmu Woochul, jauh dari ayah dan ibu memang berat. Apalagi ibumu sangat memanjakanmu, kau pasti sangat merindukannya kan?"

Woochul hanya diam, tak menjawab pertanyaan dari temannya itu.

Haruto menghela nafasnya dalam, "pergilah. Aku akan mengawasimu dari sini, kau hanya punya tiga puluh menit."

Woochul menatap temanya yang lebih tua dengan terkejut. Sementara Haruto hanya diam sambil tersenyum dan mengangguk, memberi isyarat agar dirinya memanfaatkan waktu yang dia berikan.

Doyum menepuk pundaknya, "pergilah, kau pasti benar-benar merindukan mereka kan?" ia tersenyum tipis, sebenarnya ia juga merindukan kedua orang tuanya. Tapi ia tetap berusaha kuat demi teman-temannya.

"Terimakasih..." ujar Woochul dengan suara lirih, nadanya sedikit bergetar.

Haruto dan Doyum hanya mengangguk.

Setelah itu, pemuda dengan pipi gembil itu tanpa ragu memasukkan sidik jarinya ke tempat pemindaian disamping pintu. Setelah bunyi 'klik' terdengar, kunci terbuka dan ia mendorong pintu lalu memasuki ruangan.

Sementara Haruto dan Doyum menunggunya di depan pintu.

"Sedang apa kalian disini?" tanya seseorang dengan tiba-tiba.

Doyum dengan refleks memeluk tubuh Haruto dari samping saking terkejutnya, ia lalu menatap orang yang hampir membuat jantungnya berhenti dan memukul kepalanya. "Sialan! Kau hampir membuatku sakit jantung Zihao!"

Si tersangka pembuat kaget itu hanya menunjuk dirinya dengan polos. "Aku?"

"Aahhh! Sialan! Sudahlah aku pergi!!" dengan kaki yang dihentak hentakkan pemuda manis itu pergi meninggalkan dua orang didepan ruangan isolasi.

"Dia itu kenapa?" ujar Zihao dengan heran.

"Kau membuatnya terkejut." jawab Haruto dengan tenang. "Kau cocok menjadi hantu, kami benar-benar tidak mendengar langkah kakimu..." sambungnya.

"Sialan kau Nakamoto!" desis Zihao.

Mereka lalu diam, Haruto terus mengawasi Woochul yang ada didalam ruangan dengan sedikit iri. Zihao mengikuti arah tatapannya dan terkejut saat melihat Woochul ada didalam.

"Bukankah kita seharusnya tidak boleh masuk?! Kenapa dia masuk??" pekiknya pelan, ia menatap Haruto dengan tatapan bertanya.

"Dia merindukan orang tuanya." jawab pemuda keturunan Jepang itu dengan ringan.

"Tapi..."

"Zihao, apa kau merindukan orang tuamu?" Haruto memotong ucapannya.

"Tentu saja!" jawab Zihao dengan cepat. "Tapi aku menahannya untuk keberhasilan misi." sambungnya.

"Bagaimana jika kau tidak bisa menahannya?" tanya Haruto lagi.

Zihao terdiam, sebelumnya ia tidak pernah kehilangan kendali untuk apapun yang dia lakukan. Jadi ia tidak tahu apa jawaban untuk pertanyaan Haruto kali ini.

"Kau pasti akan gelisah Zihao, ayah dan ibumu adalah orang yang paling dekat denganmu. Bahkan teman dan sahabat tidak bisa dibandingkan dengan mereka." ujar Haruto tanpa mengalihkan pandangannya dari Woochul.

Zihao menatap pemuda disampingnya dengan terkejut.

"Woochul tidak sekuat kita, dia selalu dimanjakan oleh ibunya. Tentu saja dia akan sangat kehilangan saat berada jauh darinya." sambung Haruto.

Zihao ingat sekarang, Woochul adalah sahabatnya yang paling emosional. Dia sangat sensitif dan mudah menangis, membuat dirinya dan yang lain harus memperhatikan Woochul dengan hati-hati agar pemuda manis itu tidak menangis.

Saat mereka masih di sekolah dasar, Woochul sering diejek oleh siswa lain karena ia sangat cengeng. Dia juga dijauhi oleh murid lain karena sifatnya yang seperti perempuan. Dan Taehyun pasti akan menghajar siswa yang berani membuat Woochul menangis.

Alhasil Taehyun akan dimarahi ibunya karena berkelahi dan dihukum untuk berlutut di halaman belakang hingga sore.

Mereka bersembilan sudah bersahabat sejak kecil, itu karena orang tua mereka juga sahabat baik. Meski memiliki perbedaan usia, sembilan anak itu tidak pernah memanggil yang lebih tua dengan panggilan 'hyung' apabila hanya ada mereka bersembilan.

Namun lain ceritanya apabila ada salah satu orang tua mereka, karena jika mereka tidak sopan maka mereka pasti dihukum. Itu adalah peraturan dalam keluarga mereka.

Zihao menghela nafas panjang, "maaf..."

"Tidak perlu. Kita semua memang merindukan orang tua kita, tapi Woochul lebih merindukan orang tuanya. Kita harus seperti Mingrui, jika dia bisa bertahan kenapa kita tidak? Jangan sampai kalah darinya." ujar Haruto setengah bercanda.

Zihao terkekeh kecil, Mingrui adalah panutan mereka sejak kecil selain Eunsang. Itu karena dia adalah anak yang paling tenang dan sabar diantara mereka, dan jarang mengatakan kata-kata umpatan.

Dia sangat sabar dan tidak akan marah meski Doyum sering membuat laboratorium miliknya berantakan. Membuat mereka menjadikan Mingrui sebagai contoh yang baik.

Yahhh meskipun mereka masih belum mencontoh sifatnya.

"Hei, sejak kapan kalian akan berdiri disana?" tanya Doyum yang datang dengan nampan ditangannya. "Saatnya makan siang, ini. Hanya ada junk food, nanti malam aku akan pesan makanan sehat untuk kita..." dia memberikan nampan berisi makanan itu pada Haruto dan berdiri disebelahnya.

"Kau sudah makan?" tanya Zihao.

Doyum mengangguk pelan. "Aku pergi, Mingrui belum makan apapun sejak pagi. Aku harus memaksanya makan kali ini, kalau tidak paman Lee akan membunuhku nanti." ia meninggalkan keduanya lagi.

"Dia benar-benar mirip ibunya..." gumam Zihao.

"Seperti ibu, seperti anak." tambah Haruto.

Setelahnya mereka tertawa bersama, lalu mulai memakan makan siang berupa burger yang diberikan Doyum beberapa saat lalu. Tak lupa sambil mengawasi Woochul yang masih belum keluar dari ruangan.

_____________

To be continued

Udah ketebak dong Haruto anak siapa? Nah coba tebak yang lainnya anak couple yang mana?



Neo City : The Game Is Called DionysusWhere stories live. Discover now