Lv. 31 : Berpisah (3)

1.7K 330 41
                                    

Ada yang kangen? Hshshsh

___________

Minggu 1,kelompok ketiga

Di perjalanan kelompok ketiga, mereka sangat ramai. Ada Chenle, Yuta, dan Ten yang selalu membuat lelucon atau membuat yang lain kesal. Taeil yang menjadi ketua sementara di kelompok ini hanya bisa menggelengkan kepalanya pasrah, ia tidak bisa melarang mereka untuk tidak berisik seperti sekarang.

Yahhh... Sebenarnya itu percuma, karena mereka pasti akan lebih berisik dari sebelumnya. Jadi Taeil tidak ingin repot-repot melakukannya, cukup diam dan perhatikan, jika mereka melewati batas maka ia akan bertindak.

Kelompok ini adalah kelompok dengan jumlah anggota terbanyak, hampir setengah dari mereka ada di kelompok ini. Membuatnya tampak seperti guild kecil.

"Hei, kelompok kedua sudah mendapatkan misi tersembunyi..." ujar Yuta setelah membuka antar muka game nya.

"Lalu?" tanya Chenle dengan santai.

"Apa kalian ingin mencari misi juga? Itung-itung meningkatkan pengalaman bermain dan memulai misi kita sebenarnya..." tawar Yuta sambil menatap rekannya satu persatu.

Jungwoo mengedikkan bahunya, "jujur saja, aku belum pernah bermain game ini. Jadi aku akan mengikuti pendapat kalian yang lebih paham, disini aku akan menjadi staff medis..."

Jaehyun tertawa kecil yang membuat lesung pipinya terlihat, "karena itu untuk misi, kenapa tidak? Kita tidak bisa kalah dari kelompok dua. Kita memiliki lebih banyak orang disini, keuntungan lainnya adalah kita memiliki priest. Jadi kita harus pergi, benarkan hyung?" ia menatap Taeil yang tengah berpikir.

Pria yang lebih tua itu mengangguk setuju, "itu benar. Ayo kita lakukan, tapi kita harus menemukan tempat tinggal untuk sementara terlebih dahulu."

"Itu benar, aku ingin istirahat sebentar. Rasanya kakiku sakit setelah berjalan terlalu lama..." ujar Winwin dengan menyesal.

Yuta menghela nafas panjang, "itulah kelemahan ras manusia, fisik kita adalah yang terburuk. Walaupun elf mudah dibunuh, tapi mereka gesit. Tidak seperti ras manusia..."

"Oh? Lalu bagaimana dengan ras lainnya?" tanya Taeil, ia tertarik dengan penjelasannya.

"Ras terkuat dipegang oleh ras demon. Bar darah mereka sangat banyak, keuntungan lainnya adalah jika itu adalah summoner maka mereka akan bisa memanggil makhluk-makhluk kegelapan dan efeknya cukup luas biasa! Aku menggunakan ras ini saat bermain dulu..." jelas pemuda berambut merah itu.

"Lalu kenapa kau sekarang memilih ras human? Bukankah lebih baik memilih demon?" tanya Ten dengan heran.

"Aku sudah terlalu ahli dalam ras itu, dan aku juga ingin mengumpulkan pengalaman dari ras lainnya. Jadi aku memilih ras human sebagai percobaan pertamaku." jawab Yuta dengan entengnya.

"Lalu bagaimana dengan dua ras lainnya?" tanya Ten.

"Beast adalah ras tertangguh. Mereka sangat baik dalam pertahanan, oleh karena itu banyak pemain paladin yang memilihnya. Pertahanan adalah spesialisasi mereka, HP* mereka juga bisa dibilang sangat banyak, lebih banyak dari ras demon." sambung Yuta. "Lalu ada ras elf, ras dengan HP terburuk setelah ras manusia. HP mereka benar-benar sedikit jika dibandingkan dengan ras manusia, tapi kelincahan dan kecepatan mereka adalah nomor satu. Kebanyakan assasin dan Archer akan memilih ras ini karena kecepatan dalam gerakan mereka, walaupun HP nya sedikit." sambungnya.

(*HP= health point, Status yang menunjukkan jumlah satuan kesehatan karakter game. Atau biasa disebut bar darah)

"Kau seorang pemain pro, kenapa tidak ikut kompetisi liga e-sport hyung? Bukankah ada liga e-sport yang akan dimulai bulan depan?" tanya Winwin dengan polosnya.

Yuta tertawa kecil, "tidak semua pemain pro bisa ikut dalam liga itu, ada banyak syarat yang harus dipenuhi dan juga... Aku memang tidak mau melakukannya."

"Kau tidak mau melakukannya?? Kenapa?" tanya Chenle, ia terkejut dengan jawaban Yuta.

"Aku bermain game untuk bersenang-senang bukan untuk mencari uang, jika aku ikut dalam turnamen itu aku harus merelakan karier lamaku. Tentu saja aku memilih karierku yang memiliki gaji tinggi dibandingkan turnamen yang tidak pasti." jelas Yuta dengan santai.

Taeil mengangguk, "kau memang pecandu uang..."

Yuta tertawa terbahak-bahak, ia tidak menyangkal ucapan seniornya itu.

"Apa maksudnya?" tanya Jungwoo, ia benar-benar tidak mengerti.

"Jika ini di dunia nyata, akan sangat sulit meminta bantuan padanya. Kecuali kau menawarkan sesuatu yang menarik sebagai imbalannya, ia pasti akan membantumu." jawab Taeil. "Dia benar-benar menyebalkan!"

"Ahh... Aku mengerti. Kau mau ikut dalam misi ini karena ada keuntungannya?" ujar Ten sambil menatap pemuda berambut merah itu.

"Ini adalah pengecualian, aku melakukannya atas keinginanku sendiri." Yuta menyangkal.

"Kenapa?" tanya Winwin.

Yuta menatapnya cukup lama dengan wajahnya yang tersenyum penuh arti. "Aku ingin menemukan seseorang..."

Winwin mengangguk paham, ia tidak menganggap serius tatapan Yuta sebelumnya. Hanya saja, sekarang hatinya sedikit tidak nyaman. Atau... Itu hanya perasaannya saja? Entahlah.

"Ada desa disana, kita bisa mencari penginapan atau membangun gubuk kecil untuk tempat tinggal." ujar Taeil mengalihkan topik.

Sontak yang lainnya menatap kedepan, ucapan Taeil benar. Ada gerbang desa yang sudah tua disana, samar-samar siluet manusia yang sedang beraktivitas bisa dilihat, Ten yang sedari tak bersemangat karena lelah menjadi ceria kembali.

"Apalagi yang kita tunggu??? Ayo pergi!!" ujar Ten dengan penuh semangat.

"Aishh... Bersemangat sekali kau hyung..." Chenle meringis.

"Aku sangat lelah! Apa yang bisa kulakukan sekarang? Bahkan jika ada musuh menyerang sepertinya aku tidak akan bisa melawan..." rengek Ten dengan ekspresi yang berlebihan.

"Semua orang juga lelah Ten hyung.." Jungwoo menimpali.

Yang lainnya tertawa kecil, sementara Ten mempoutkan bibirnya dengan tidak senang. Ia menjadi lebih kekanakan daripada Chenle yang notabene adalah anggota paling muda di kelompok ini.

Dengan semangat yang tersisa, mereka terus berjalan menuju gerbang desa yang masih berjarak ratusan meter dari tempat mereka sekarang. Tak lupa rengekan dari Ten dan ejekan dari Chenle dan Yuta juga terdengar, anggota lainnya hanya bisa tertawa dan memaklumi mereka.

Karena nyatanya mereka juga ingin istirahat.

"Menurut kalian, lebih baik membuat rumah atau menyewa kamar?" tanya Jungwoo tiba-tiba.

"Membuat rumah akan lebih baik, kita bisa menyewakannya pada pemain lain nanti setelah selesai misi. Jadi kita memiliki uang tambahan dimasa depan." jawab Yuta.

"Seperti yang diduga dari seorang penggila uang..." celetuk Ten.

"Hei... Aku melakukannya untuk kebaikan semua orang! Lagipula jika kita terus menyewa kamar, uang yang kita miliki pasti akan habis dengan cepat. Walaupun mungkin kita akan mendapatkannya saat menantang instance atau melakukan tugas harian, berhemat adalah yang terbaik." Yuta menyangkal.

"Baiklah-baiklah... Kalian tidak perlu berdebat tentang itu, jika membuat rumah adalah yang terbaik maka kita buat satu rumah untuk semua orang." lerai Taeil sambil berjalan mendahului mereka berdua.

Setelah itu mereka kembali diam dan fokus berjalan dengan tenaga yang hampir habis. Satu-satunya keinginan mereka saat ini adalah agar mereka bisa terbang dan sampai di gerbang desa dengan cepat. Berjalan kaki benar-benar melelahkan oke?!

_____________________

To be continued

Ini bakalan jadi fanfic terpanjang yang pernah aku tulis :') semoga kalian gak bosen dengan alur yang sangat lambat ini ya readers-nim

Jika kalian benar-benar suka dan ingin fast update, kalian bisa berdonasi dalam bentuk pulsa. 10k=3 chapter, ini nomornya :
089618726827

See you

Neo City : The Game Is Called DionysusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang