Lv.09 : Terusik (3)

3.9K 679 44
                                    

Lucas yang tengah siaran langsung dalam saluran gamenya harus terganggu karena ada yang meneleponnya, ia mempause gamenya dan mengangkat telepon.

"Halo?"

"Syukurlah kau membalas.."

"Jungwoo Hyung? Ada apa?"

"Apa kau sudah melihat siaran televisi?"

"Ah, maksudmu mengenai mereka yang kehilangan kesadarannya tanpa sebab?"

"..ya"

"Dan kau mengira bahwa aku juga kehilangan kesadaranku? Begitu?"

"... bukan.. hanya aku cemas karena kau selalu bertindak bodoh.."

Lucas tertawa kecil,"aku baik-baik saja, sungguh. Meski aku sering bertindak bodoh seperti yang kau katakan, tapi aku tahu kapan harus bersiaga. Aku lebih khawatir padamu Hyung, jangan terlalu larut dalam pekerjaan itu tidak baik. Istirahatlah jika kau lelah dan jangan memaksakan diri."

"...um.."

"Ada lagi Hyung?"

"Itu.. jangan terlalu banyak bermain game, fokuslah pada kuliah mu dan cepatlah lulus."

"Tentu"

"Sampai jumpa.."

"Bye"

Setelah menutup telepon, Lucas tak lagi bersemangat untuk bermain game. Ia keluar dari permainan dan termenung di depan komputernya, secanggih apapun jam Al yang dikenakan semua orang di era ini komputer dan ponsel masih tetap digunakan dalam kehidupan mereka. Terutama gamers sepertinya.

Lucas kembali mengingat perkataan Jungwoo ditelepon, ia yakin jika seniornya itu akan terlihat gugup dan panik karena itu dia meneleponnya untuk memastikan keadaannya. Lucas tertawa kecil, seniornya sungguh lucu!!

"Haahh... kenapa aku merasa deja Vu? Apa... aku pernah mengalaminya dulu? Tapi kapan itu?" Lucas menerawang jauh, ia memutar-mutar kursi komputernya sambil terus berpikir.

"Kapanpun itu... aku harap itu benar-benar terjadi dan aku bisa menyatakan perasaanku padanya.." saat sambungnya lagi.

=====

Renjun celingukan mencari arah, ia tersesat lagi. Dan lupa dimana Kun berada, dan bodohnya ia lupa ponselnya.

"Sudah kubilang untuk menungguku sebentar, tapi kau tidak mau menurut. Sebenarnya apa yang kau inginkan?" Ujar seseorang dari belakangnya.

"Kun?" Renjun berbalik dan mendapati orang yang dicarinya ada, ia memeluk sosok yang lebih tinggi dan merasa tenang.

"Aku mencemaskan mu, jangan pergi tanpa memberitahuku lain kali. Oke?" Ucap Kun dengan lembut, tangannya terulur untuk mengelus rambut tunangannya.

"Maafkan aku.."

Kun berdeham, ia lalu mengajak Renjun untuk pulang. Untuk saat ini pemerintah tidak mengizinkan siapapun untuk bermain game, dan diminta untuk tetap dirumah dan menyalakan pelacak apabila akan keluar dari rumah.

=====

"Jae, ada apa?" Tanya Doyoung pada sahabatnya itu.

Pasalnya, ia terlihat sedang kesulitan dan membutuhkan seseorang untuk mendengarkan curahan hatinya.

Jaehyun menghela nafas berat,"sepupuku, YoonHwa. Dia kehilangan kesadarannya.."

"Aku turut bersedih... tapi, kenapa tiba-tiba semua orang kehilangan kesadarannya?" Doyoung menatap Jaehyun bingung.

Jaehyun mengangkat bahunya,"aku tidak tahu, ibunya mengatakan padaku bahwa YoonHwa tidak bangun dari tempat tidur selama empat hari dan keluarganya panik. Ia langsung dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan."

"Lalu? Apa yang dikatakan dokter?" Tanya Doyoung cepat.

"Mereka bilang..."

====

"Pasien kehilangan jiwanya." Ujar Haechan pada akhirnya.

Seluruh ruangan hening seketika, semua orang sedang mencoba memahami ucapannya.

"Apa maksudmu?" Tanya Jaemin.

Haechan menatap saudaranya dan menjelaskan. "Jeno, aku pernah belajar seni meditasi sebelumnya. Luo ahjussi pernah memberitahuku bahwa seseorang yang kehilangan jiwanya akan menjadi gila atau... kehilangan kesadaran seperti mereka. Jika kita tidak membawanya kembali, mungkin sesuatu yang buruk akan terjadi. Karena tubuh tanpa jiwa hanyalah sebuah cangkang kosong, sia-sia belaka. Tubuh akan membusuk cepat atau lambat, ditambah dengan mereka yang tidak mendapatkan asupan makanan dan minum tubuh mereka akan perlahan melemah dan sel-sel dalam tubuhnya akan menyerah, memakan satu sama lain dan akhirnya mati."

Jeno terdiam, begitu juga yang lainnya. Mereka tidak bisa melakukan apapun untuk saat ini.

"Kau bilang jiwa mereka hilang bukan? Dan itu berhubungan dengan kacamata holografik ini?" Tanya Jeno yang diangguki Haechan. "Baiklah, Aku akan mencoba meretas game ini dan mengeluarkan jiwa mereka."

Jeno mendial nomor asistennya, yang segera dijawab.

"Sajangnim?"

"Bawakan laptopku ke rumah sakit, secepatnya."

"Tentu"

Setelah itu i menutup panggilan dan menatap Haechan,"aku akan berusaha, tenanglah."

Haechan mengangguk,"aku percaya padamu."

Jaemin mendekati mereka dan masih terlihat bingung,"apa maksudmu? Mereka terjebak dalam arus internet? Seperti itu?"

Jeno mengangguk,"ya, secara singkatnya seperti itu."

"Lalu? Kau akan meretas mereka? Bagaimana caramu menuntun mereka agar kembali ke tubuh mereka? Apakah jiwa mereka tidak akan tersesat?" Jaemin menanyakan keresahannya.

"Itu.. aku tidak tahu." Jawab Jeno dengan jujur.

Jaemin menghela nafas panjang,"ini akan sulit.."

"Untuk saat ini kita hanya bisa berusaha untuk tetap menjaga tubuh pasien agar tetap menerima nutrisi dan air, jika tidak mereka akan mengalami dehidrasi dan kelaparan." Jelas Haechan.

"Aku akan membatu sebisaku." Jaemin menawarkan dirinya sebagai relawan.

Dan dengan itu, rumah sakit mulai sibuk dengan pasien yang masih berdatangan. Mereka menempatkan pasien di ruang yang besar, mengelompokkan mereka agar mudah untuk dilihat perkembangannya.

Total lima ruang rawat umum ditempati, perawat berjalan bolak balik dan membuat suara sepatu mereka bergema di lorong. Para dokter mengecek kondisi pasien setiap satu jam, mereka saling bergiliran untuk menjaga para pasien.

"Dokter, kita kehabisan stok tabung infus nutrisi. Bagaimana ini??" Tanya seorang perawat dengan panik.

"Tidak ada sama sekali??" Tanya Jaemin.

Perawat itu menggeleng putus asa.

"Dokter! Pasien nomor 046 hampir kehabisan cairan infusnya.. bagaimana ini?!" Seorang perawat lainnya datang menghampiri.

"Tenang, aku bisa membuatnya. Untuk beberapa jam kedepan, beri mereka minum. Aku akan menyelesaikannya dengan cepat." Ujar Haechan.

"Aku akan membantumu.." ujar Jaemin.

Haechan mengangguk, mereka bergegas ke ruang laboratorium dan menyibukkan diri dengan membuat paket nutrisi untuk pasien. Disana, Jaemin benar-benar terpana dengan kemampuan Haechan dalam membuat obat. Dia benar-benar terlalu jenius!!

Disisi lain, Jeno yang sudah menerima laptopnya langsung beraksi. Ia menghubungkan laptopnya dengan kacamata salah satu pasien dan memulai aksi hacking nya. Semua orang benar-benar sibuk hari ini...

To be continued

=====

Dobel up aja ya Ochi ngantuk ehe

Babay

Komen dong biar seru!!!


Neo City : The Game Is Called DionysusWhere stories live. Discover now