Lv. 25 : Desa Kelahiran Kembali

3.4K 564 40
                                    

Sesuai janji yap!

__________

Setelah perjalanan panjang yang melelahkan, mereka akhirnya diam. Bahkan Chenle hampir memakan semua persediaan buah yang dipetik Mark bersama Haechan.

Sudah hampir tengah hari saat mereka tiba di depan gerbang besar yang terbuat dari kayu, itu terbuka dan memperlihatkan pemandangan yang ada didalamnya. Suasana hingar bingar dari pasar, kios kecil, hingga rumah bordil memenuhi jalanan tempat itu.

Diatas gerbang itu, terdapat tulisan 'Desa Kelahiran Kembali' dengan ukiran yang unik. Ten, sebagai penggemar berat kaligrafi memiliki mata berbinar saat menatap pelat diatas mereka.

"Hei, menurut kalian...tulisan diatas itu kaligrafi daerah mana?" tanya Ten antusias.

"Sudah pasti dari Eropa, lihatlah huruf-huruf yang digunakan! Media cetak inggris sering menggunakannya saat menulis berita di koran mereka." jawab Doyoung yang juga memperhatikan.

Jaehyun menatap teman-temannya penasaran, "kalian tidak asing dengan kaligrafi seperti ini?"

Ten dan Doyoung mengangguk serentak.

"Kami selalu pergi ke pameran kaligrafi, menyenangkan sekali saat melihat bentuk tulisan Indah seperti itu!!" jawab Ten antusias.

"Baiklah, hentikan sejenak kekaguman kalian! Kita berdiri ditengah jalan dan menghalangi orang lain untuk lewat, jadi sebaiknya kita mencari penginapan terlebih dahulu." ujar Yuta mengingatkan.

"Baiklah! Ayo!!"

Setelah itu mereka kembali berjalan menuju bagian dalam gerbang itu, dan sangat terkejut dengan apa yang ada didalamnya. Ada banyak makhluk aneh, mungkin sebagian adalah NPC dan yang lainnya adalah pemain. Mereka berbaur dengan baik dan hidup rukun layaknya warga pedesaan yang ada di dunia nyata.

"Rasanya seperti aku kembali ke Eropa zaman dulu..." gumam Jungwoo spontan.

"Perkemahan musim panas ini benar-benar ajaib..." timpal Taeyong.

Jika digambarkan, wajah mereka saat ini tengah tertegun melihat pemandangan desa kecil yang Makmur. Itu penuh dengan orang-orang, tapi mereka tidak seperti masyarakat modern yang individualis. Mereka benar-benar bergaul dengan yang lainnya tanpa memandang rendah orang lain.

Belum lagi, rumah-rumah kayu dengan cerobong asap dan pohon-pohon cendana, akasia, dan juga willow. Itu adalah pemandangan khas masyarakat Eropa zaman dulu. Yahh…jika kau mengabaikan rupa para penduduknya tentu saja.

Setelah pulih dari kekaguman mereka, mereka berjalan dengan santai sambil melihat sekeliling dengan penasaran. Misi kali ini benar-benar berbeda dengan tiga tahun lalu saat mereka harus berurusan dengan zombie, ini adalah misi yang menyenangkan!!

"Disana ada penginapan!" ujar Taeil sambil menunjuk kearah sebuah bangunan rumah kayu tiga lantai yang memiliki tanda di atas pintunya.

Red Lilly's house

"Pergi?" tanya Jisung.

Johnny mengangguk setuju. Mereka bersama-sama masuk ke dalam penginapan, sang penjaga sekaligus pemilik penginapan menyambut mereka dengan hangat.

"Selamat datang...selamat datang!! Mari para tamu yang terhormat, apa yang bisa saya bantu?" ujar sang pemilik penginapan.

"Ada berapa kamar kosong disini?" tanya Johnny dengan suara monotonnya.

"Ah?" sang pemilik tertegun dengan pertanyaannya.

Ten menggeleng pelan, lalu menarik mundur Johnny. "Biar aku yang bicara!" setelah itu ia tersenyum pada pemilik, "tuan, kami pengembara dari jauh. Dan kami sedikit lelah sekarang, bisakah kami menyusahkanmu untuk mendapatkan beberapa kamar? Hanya untuk empat sampai tujuh hari."

Sang pemilik langsung paham, "ah! Anda pengelana…tentu! Tentu! Kami memiliki beberapa kamar kosong untuk kalian. Tapi sayangnya…itu terbatas." dia mengerutkan keningnya penyesalan.

Johnny mengerutkan keningnya. Ten hanya menepuk pipinya dan segera mengambil alih sebelum Johnny bisa berbicara.

"Ada berapa kamar yang tersisa?" tanyanya.

"Hanya ada lima kamar dengan tempat tidur ganda...maafkan aku." jawab pemilik penginapan itu. "Tapi jika kalian ingin mencari penginapan lainnya, itu ada di seberang tempat ini. Pemiliknya adalah adikku, kalian bisa kesana!!"

Ten mengangguk dan tersenyum, "tentu, terimakasih tuan."

Si pemilik balas mengangguk.

"Bagaimana?" tanya Doyoung.

"Satu kamar untuk dua orang, sepuluh dari kita harus tinggal disini dan sisanya ke penginapan seberang." usul Taeil.

"Tentu!"

Ten berbalik pada pemilik, "tuan, kami akan memesan semua kamar yang tersisa. Apakah bisa?"

Pemilik penginapan itu terkejut dan langsung mengangguk berulang kali seperti ayam yang mematuk nasi. "Tentu!! Tentu saja!! Silahkan!!"

"Siapa saja yang akan tinggal di sini?" tanya Johnny.

"Aku dan Jungwoo hyung!!" ujar Lucas.

"Kalau begitu...aku dan Renjun juga." Kun.

"Aku dan Taeil hyung." Doyoung, Taeil hanya menatapnya dengan tatapan rumit.

"Aku dengan Winwin.." sahut Yuta.

"Aku dengan Jeno!!" seru Jaemin dengan semangat, ia bahkan memeluk lengan kiri si pemuda bermata tersenyum itu.

"Baiklah, kalau begitu kami sisanya akan di penginapan seberang. Sampai jumpa!!" ujar Johnny.

Mereka mengangguk, mengucapkan selamat tinggal lalu berpisah. Delapan orang sisanya menuju penginapan yang direkomendasikan oleh pemilik Red Lilly house. Dan setelah check in, mereka mendapatkan empat kamar untuk delapan orang.

"Nah, siapa yang akan menjadi roommate masing-masing?" tanya Jaehyun.

Mark dengan acuh tak acuh menarik tangan Haechan menjauh dan masuk ke salah satu kamar, yang lainnya menatap mereka dengan bingung.

"Sepertinya adikmu membuangmu Taeyong..." sarkas Johnny.

"Diamlah!" ujar Taeyong tak kalah tajam.

"Kalau begitu aku dan Jisung, sampai jumpa hyungdeul.." Chenle menarik tangan Jisung menuju kamar yang ada di seberang kamar dua orang tadi.

"Apa kau tidak keberatan jika aku sekamar denganmu?" tanya Jaehyun pada Taeyong ramah. Yang ditanya hanya mengangguk pelan, lalu mereka pergi menuju kamar lainnya.

Ten menatap Johnny, "sepertinya kita akan menjadi rekan sekamar untuk beberapa hari kedepan..."

Johnny balas menatapnya dan mengangguk pelan, "ya.."

Setelah selesai dengan pembagian roommate, mereka mulai beristirahat sejenak. Menikmati pemandangan pedesaan yang unik di desa kelahiran kembali. Menikmati suasana tenang yang sangat jarang mereka dapatkan saat di dunia nyata.

Mereka bergaul dengan cepat meski ingatan mereka sebagian hilang dan sebagian lainnya kabur. Memori mengenai anggota kelompok mereka benar-benar kabur, dan sangat sulit untuk mengingatnya.

Perasaan geram karena tak bisa mengingat apapun mengenai teman satu tim mu adalah buruk, kau akan sulit untuk bergaul kembali secara normal dan tidak ada kecanggungan.

Karena hal-hal yang mungkin dulu sering kalian lakukan bersama, kini kalian tak tahu itu dan hanya bisa berhadap-hadapan dengan canggung. Menatap satu sama lain, sulit untuk memulai pembicaraan.

Kecuali...mereka yang di dunia nyata memang sudah dekat atau sering bergaul bersama. Akan mudah untuk menemukan topik pembicaraan.

To be continued

_________

Sesuai janji ochi~

Babay~

Good night all

Neo City : The Game Is Called DionysusWhere stories live. Discover now