Lv. 26 : Berusaha untuk Mengingat

3.4K 530 67
                                    

Malamnya, mereka sepakat untuk berkumpul di rumah teh dekat dua penginapan itu. Dikatakan bahwa tempat itu adalah tempat yang sangat terkenal di desa ini, dan sering kali mengundang orang-orang berbakat untuk menghibur para tamu yang ada.

Dan setiap hari tempat ini akan ramai hingga pukul sepuluh malam. Belum lagi, pemandangan malam hari desa ini adalah yang terbaik. Sangat layak menjadi objek wisata jika di dunia nyata.

Di kamar Jaemin dan Jeno, keduanya sibuk dengan meneliti senjata masing-masing. Mereka juga memeriksa perbekalan yang ada untuk berjaga-jaga apakah ada kekurangan atau tidak.

"Jeno.." ujar Jaemin memecah keheningan diantara mereka.

"Hm?" Jeno menjawab tanpa memindahkan tatapannya dari panah merah miliknya.

"Apa...kau ingat peristiwa tiga tahun lalu?" tanya Jaemin ragu.

Jeno menatapnya sekilas, "yang mana?"

Jaemin menerawang jauh pada bulan di luar jendela mereka, "itu...diruang pemantauan.."

Tangan Jeno berhenti mengelap busur panahnya dan menatap wajah lawan bicaranya. "Ruang pemantauan?"

Jaemin mengangguk kaku.

Jeno mengerutkan keningnya, "yahh...tapi itu sangat kabur sekarang. Tapi...saat aku mengingatnya nanti, aku akan mengatakannya padamu." Jeno tersenyum kecil yang mana membuat Jaemin sedikit gelagapan.

Pemuda bermarga Na itu menggaruk tengkuknya pelan dan mengalihkan pandangannya dari lawan bicaranya dengan menatap senjatanya. "Me-menurutmu…apakah kita akan berhasil kali ini?" Jaemin mengalihkan pembicaraan.

"Aku tidak yakin, tapi…jika semua orang bekerja sama untuk itu, aku yakin kita pasti bisa melakukannya." Jeno tersenyum lebar dan menatap Jaemin hangat.

Lagi-lagi Jaemin salah tingkah, ia berdeham sambil menggaruk ujung hidungnya pelan. "Ekhem…saatnya kita pergi. Johnny hyung pasti sudah menunggu dengan yang lain!"

Ia cepat-cepat bangkit dan memasukkan pedangnya ke dalan sarung dan meletakkannya kembali ke punggungnya.

Jeno mengangguk setuju, ia meletakkan busur panahnya ke punggung dan mengencangkan sabuk tempat anak panahnya. Ia menatap Jaemin dan tersenyum kecil, "ayo!"

Jaemin mengekori dibelakangnya, matanya dipenuhi rasa nostalgia saat menatap punggung tegap kakak dari dokter muda pemalu di tim mereka.

"Andai kau mengingatnya…apakah kau akan tetap bersamaku Jen? Maafkan aku…aku jatuh Cinta padamu untuk kedua kalinya, bahkan meski kita tak saling mengingat satu sama lain. Kau adalah orang yang berhasil membuatku merasa hangat dengan semua perlakuan manismu itu..."

Jaemin tersenyum tipis, hampir tak terlihat saat ia menyusul Jeno dan menyampirkan tangannya pada pemuda itu.

=====

Di sisi lain, Doyoung tengah menceramahi Taeil yang ceroboh hingga melukai telapak tangannya hingga sobek dan berdarah.

"Lihat dirimu hyung! Kau itu sudah dewasa, tapi kenapa kau sangat ceroboh dan menjatuhkan cangkir seperti itu?! Ada apa denganmu hari ini?! Apakah kau kehilangan jiwamu hah?!" Doyoung dengan berani menunjuk-nunjuk wajah Taeil dan bahkan sesekali mencubit pipinya saat memarahi yang lebih tua.

"Doyoung aku.."

"Apa?! Kau apa?! Kau ceroboh dan jiwamu disedot oleh serigala ekor besi itu?! Begitu?! Atau kau gugup karena pelayan penginapan disini sangat cantik hingga kau tidak tahu harus meletakkan tanganmu dimana?!" Doyoung kembali memotong ucapan Taeil, wajahnya memerah karena marah.

Neo City : The Game Is Called DionysusWhere stories live. Discover now