Lv. 44 : The Truth

443 76 6
                                    

Ruang tengah bungalow itu diselimuti ketegangan, tak ada yang bicara meskipun mereka tidak tahu apa yang terjadi. Setidaknya itulah yang dirasakan oleh kelompok Hongjoong.

Ia hanya menatap orang-orang yang ada disana dengan bingung.

"Ekhem!" Johnny melangkah ketengah ruangan, memecah keheningan mereka. Raut wajahnya benar-benar serius saat ini.

"Aku tahu kalian pasti bingung kenapa kalian dibawa ke tempat ini oleh beberapa orang yang bahkan tak kalian kenal dengan baik." Johnny memulai.

Sebenarnya, tidak ada kewajiban bagi kami untuk membawa kalian kedalam misi kami. Tapi, waktu yang kami miliki tidak sebanyak itu. Ditambah lagi, orang yang-"

"Tunggu! Misi?? Misi apa? Apa maksudmu dengan itu?!" Minho menyela, alisnya terajut.

Mark ikut maju, dengan kedua tangan dalam saku celananya ia berbicara dengan dingin. "Ya. Misi. Sebuah misi untuk mengeluarkan kalian dari jerat utopia sementara ini, dan membawa kalian kembali ke dunia nyata."

"Maksudnya?" Seonghwa mengernyit.

"Kalian tidak bisa keluar dari game ini. Satu-satunya cara untuk keluar adalah, mati. Tidak ada jalan lain." Mark menjawab.

"Apa maksudmu?! Kami akan mati hanya karena sebuah game online berbasis virtual reality begitu?!" Changbin menyela, ia tampak marah dengan jawaban Mark yang menurutnya mengada-ada.

"Tolong dengarkan dulu penjelasan kami, aku tahu kalian pasti bingung dan merasa hal ini mustahil. Tapi tolong, tenanglah. Keberadaan kami disini untuk membawa kalian serta pemain lainnya keluar." Taeil, yang duduk disudut menjelaskan dengan tenang.

Segera Changbin kembali tenang setelah Hyunjin menariknya untuk duduk, yang lain juga merasa diyakinkan oleh Taeil dan tidak lagi bersuara.

Johnny menghela nafas panjang sebelum menjelaskan. "Sebelumnya, kami adalah tim dari kepolisian yang mendapat misi untuk masuk kedalam game ini dan membawa kalian keluar. Seperti yang kukatakan, kita, termasuk kami tidak akan bisa keluar dari sini kecuali jika kita mati. Bukan hanya didalam game ini, tapi nyawa kalian juga akan ikut hilang setelahnya."

"Kami sudah menyusun rencana sebelumnya, untuk menyelesaikan misi ini tanpa membawa orang lain ikut dalam misi ini. Karena ini benar-benar sangat beresiko. Tapi kami tidak tahu bahwa pembuat game ini benar-benar licik dan kejam disaat yang sama. Dengan luasnya dunia game ini, kami tidak bisa mengeksplorasi seluruh dunia game dalam waktu singkat."

Awalnya, kami ingin meminta informasi dari guild-guild yang ada mengenai game dan lingkungan di dunia ini. Kami pikir, jika kami menguasai medan mungkin kami bisa selangkah lebih maju dari keberhasilan. Tapi sialnya, kerusuhan itu terjadi."

"Kami belum sempat merealisasikan rencana kami, saat kerusuhan itu muncul dan merusak rencana awal kami. Dan itu sebabnya, kini, kami hanya bisa membawa kalian serta dalam misi kami."

Johnny selesai menjelaskan.

"Mengapa kami harus ikut dalam misi kalian?" Mingi bertanya, masih belum paham dengan apa yang terjadi.

"Kami butuh lebih banyak tangan untuk menyerang inti game ini, dan membuka celah yang ada untuk membawa kalian keluar." jelas Jungwoo.

"Kasarnya kalian memanfaatkan kekuatan kami untuk menyerang lawan, begitu?" tanya San.

Lucas menggeleng kecil, ia tampak serius saat ini. "Aku tidak akan menyebutnya begitu, aku lebih suka menyebutnya sebagai meminjam. Karena kami tentu saja tidak akan membiarkan orang sipil mati dalam misi ini."

"Rasanya menyakitkan saat melihat orang-orang mati tanpa kita bisa membantu mereka, itulah yang kami rasakan. Tapi..." Haechan menghela nafas berat, "kami hanya ada delapan belas, apa yang bisa kami lakukan? Sementara ada ratusan atau bahkan ribuan orang yang terjebak dalam game ini."

Neo City : The Game Is Called DionysusWhere stories live. Discover now