LV. 08 : Terusik (2)

4.1K 681 68
                                    

Tadinya aku mau triple update, cuma tiba-tiba hape Ochi mati:') eh pas dinyalain lagi kuotanya abis:') jadilah gagal triple update

_________

Chenle berlari tergesa-gesa, wajahnya panik dengan bulir keringat dingin membasahi keningnya. Sampai di tempat tujuan, ia langsung berteriak. "Jisung!!! Ji!! Jawab aku!!"

Hening, rumah besar dihadapannya itu seperti tidak berpenghuni. Hanya ada bunyi air mengalir dari air mancur dari taman samping rumah mewah itu.

"Jisung!! Jangan membuatku khawatir!! Jisung-ah!!" Chenle sekali lagi berteriak keras, ia sangat ketakutan.

Tak lama pintu megah rumah itu terbuka, menampilkan sesosok remaja berwajah datar yang menghampiri Chenle didepan gerbang. Tanpa basa-basi ia membuka gerbang yang menghalangi mereka, dan ia disambut dengan pelukan erat Chenle.

"Ada apa?" Tanya Jisung penasaran, pasalnya sahabatnya itu terlihat panik.

Samar-samar ia mendengar isakan dari orang yang memeluknya, Chenle menangis. "Kenapa?"

"Hiks...kau selamat...kau masih sadar...hiks..jangan tinggalkan aku..." Racau Chenle, tangannya mempererat pelukannya pada Jisung. Ia harus berjinjit agar bisa sejajar dengan Jisung.

"Apa maksudmu?" Jisung semakin heran.

"Jangan pakai kacamata hologram itu!! Hiks... jangan.. aku tidak mau kau seperti Yangyang yang kehilangan kesadarannya..." jawab Chenle ditengah isakannya.

"Yangyang tidak sadarkan diri?" Jisung menangkap poin pentingnya.

Chenle mengangguk,"dia...dia tiba-tiba tidak sadar setelah memakai kacamata itu.. awalnya aku tidak tahu karena seperti yang kau katakan sebelumnya bahwa orang yang memakai kacamata game itu akan terlihat seperti mereka tengah tertidur. Aku juga sama, menganggapnya tertidur pada awalnya, namun...saat aku ingin membangunkannya untuk makan siang dia tidak merespon.. bahkan saat aku ingin melepas kacamatanya itu tidak bisa.." tangis Chenle kembali pecah.

Jisung merengkuh tubuh kecilnya dan menenangkan sahabatnya itu, ia membawanya kedalam rumahnya agar tidak ada orang yang salah paham pada mereka.

Sementara orang yang mereka maksud adalah sepupu jauh Chenle, Liu Yangyang. Setahun lebih tua darinya, dan merupakan saudara dari pihak ibunya.

"Jadi, coba ceritakan padaku apa yang kau lakukan disini? Dan kenapa kau begitu panik?" Tanya Jisung setelah Chenle dirasa tenang.

"Itu...aku takut kau seperti Yangyang, jadi aku lari dari rumah sakit ke rumahmu untuk mengecek apakah kau masih sadar atau tidak.." jawab Chenle dengan malu.

Jisung tertawa kecil,"kau terlalu kekanak-kanakan, aku tidak bermain game Dionysius hari ini."

"Benarkah?" Tanya Chenle penuh selidik.

Jisung mengangguk,"aku sedang bermain PlayStation lamaku, apa kau mau main?"

Chenle mengangguk semangat,"ayo!!"

Dalam sekejap ia melupakan kesedihannya dan kembali ceria, itu hanya karena seorang Park Jisung.

=====

"Jadi? Apa yang sebenarnya terjadi di kota ini?" tanya Mark memulai diskusi.

Salah seorang dari mereka berdeham lalu membetulkan posisi duduknya,"kami mendapatkan banyak laporan dari masyarakat bahwa banyak anggota keluarga dan teman mereka kehilangan kesadarannya saat bermain game online. Sejauh ini, sudah ada lebih dari seratus lima puluh orang yang melaporkan. Namun kami menduga bahwa masih banyak warga yang kehilangan kesadarannya tanpa kita ketahui." Namanya Kim Kibum, seorang detektif kepolisian yang sudah bekerja lima tahun lebih awal dari Johnny.

"Lalu apa yang kita lakukan untuk sekarang?" Tanya inspektur Ji.

"Umumkan pada semua orang untuk tidak memainkan game ini sampai batas waktu yang tidak ditentukan, aku tidak ingin ada korban lain yang berjatuhan lebih dari ini. Segera lakukan perintah, tidak ada penundaan." Ujar kepala polisi, Choi Siwon.

"Baik!!"

Mereka berdiri dan membungkuk hormat, setelah itu satu persatu dari mereka keluar untuk melakukan perintah. Ketika hanya ada Mark dan Johnny, Siwon memanggil mereka.

"Mark, Johnny tunggu."

Mark mengangkat sebelah alisnya, sementara Johnny kembali duduk dengan tenang.

"Ada yang harus kami lakukan air?" Tanya Mark.

Siwon mengangguk,"kalian ingat bencana tiga tahun lalu?"

Mereka berdua mengangguk

"Aku memiliki firasat bahwa itu bukanlah bencana alam yang kita semua kira." Siwon menyandarkan tubuhnya pada kursi.

"Apa maksudnya itu? Apa anda berpikir bahwa hal itu adalah ulah seseorang?" Mark semakin penasaran, apa yang sebenarnya ingin dikatakan orang itu.

"Ya, itu benar."

"Lalu apa tanggapan anda?" Tanya Johnny yang sedari tadi diam.

"Apa kalian tahu monumen  <<delapan belas patung dewa kebenaran>>? Banyak orang percaya bahwa mereka nyata, jika kedelapan belas orang itu nyata maka bencana alam yang kita alami itu bukanlah sesuatu yang biasa, ada sesuatu yang disembunyikan namun kita tidak mengetahuinya." Jelas Siwon.

"Seperti apa?" Tanya Mark.

"Entahlah... aku tidak tahu, seolah ada penghalang tak terlihat yang menghalangi kita semua untuk mengetahuinya." Jawab Siwon, matanya menerawang jauh.

"Apa yang bisa kami lakukan?" Tanya Johnny.

"Aku ingin, kalian bertemu dengan orang ini." Siwon menunjukkan sebuah foto pada mereka.

"Siapa ini?" Tanya Mark bingung.

"Namanya Lee Mingrui, pemuda campuran Korea-Tiongkok yang ada di bagian divisi informasi kita." Jawabnya.

"Sangat muda... sepertinya dia jauh lebih muda dariku." Ujar Mark tanpa sadar.

"Kau salah, wajahnya mirip denganmu." Sela Johnny.

Siwon terbatuk dan menyadarkan mereka kembali agar memperhatikannya.

"Apa?"

"Tanyakan padanya mengenai monumen itu dan cari cara untuk menghentikan semua ini, ini adalah misi rahasia jadi jangan katakan pada siapapun." Jelas Siwon, wajahnya serius saat menyangkut kepentingan masyarakat.

Keduanya mengangguk,"ya!"

Setelah itu mereka keluar dari ruangan dan menuju ke tempat divisi informasi berada. Menyisakan Siwon sendiri didalam ruangan.

"Yahh.. Mingrui, aku berharap banyak padamu... mereka kesulitan menemukan ingatan mereka, semoga dengan bantuanmu mereka bisa cepat mengingatnya." Monolog Siwon.

To be continued

====


Neo City : The Game Is Called DionysusWhere stories live. Discover now