04 - Pieris Rapae

12K 1.8K 89
                                    

"Tidak ada hadiah yang lebih besar daripada memberikan waktu dan energi seseorang untuk membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan apa pun"

- Nelson Mandela -

××××××××××

Dring...dring...

Elen menatap handphonenya sesaat setelah berdering. Dimana pesan tersebut dari Mega yang sudah berada di depan pagar rumah. Elen segera turun untuk menemui Mega.

"Aku membawa berkas ini untukmu, tapi maaf ya Len. Aku harus segera pulang, karena ada hal yang harus segera aku kerjakan." ucap Mega

"Hmm, tidak masalah. Terima kasih."

"Baiklah, sampai jumpa besok."

"Iya." saat Mega pergi, Elen langsung masuk kedalam rumah.

Namun, menyadari Elen telah masuk kedalam rumah, Mega seketika berhenti, dan berbalik menatap Elen. Tatapan hangat yang baru saja ia perlihatkan ke Elen, tiba-tiba saja berubah menjadi tatapan dingin.

Elen membuka berkas yang baru saja ia terima dari Mega. Mulai dari sketsa sekolah, hingga beberapa kasus sebelumnya. Pandangan Elen juga tertuju pada kasus yang tengah di selidiki oleh Ais sebelumnya. Kasus yang sama dengan kasus yang membunuh Ais dan juga Delima. Mungkin target selanjutnya adalah Cika, begitulah yang ada dipikiran Elen, hingga handphonenya kembali berdering. Menunjukan panggilan tersebut berasal dari Laura.

Mungkin kalian bertanya, dari mana Elen mendapatkan nomor Laura atau sebaliknya. Jawabannya, handphone yang mereka gunakan merupakan bagian dari fasilitas yang diberikan oleh pemerintah. Sehingga, baik itu panggilan dari Black Uniform pun bisa ia ketahui, karena nama penelpon akan langsung muncul dilayar handphone tersebut.

Elen segera mengangkat panggilan tersebut, lalu keluar dari rumah. Elen menuju ke taman kota, sesuai alamat yang dikirim oleh Laura. Tak lama kemudian, Elen tiba di sana, dan melihat Laura dari kejauhan.

"Elen, terima kasih kau sudah datang."

"Ada apa?" tanya Elen datar.

"Hmm, ambil ini."

Elen menerima sebuah berkas dari Laura dengan tatapan dingin seperti biasanya.

"Mungkin kau membutuhkannya. Maksudku, ini hari pertamamu, kau pasti butuh berkas ini untuk sedikit memahami sistem sekolah. Di dalamnya terdapat beberapa kasus yang bisa kau pelajari. Aku yakin itu bisa sedikit membantu."

"Terima kasih." balas Elen singkat.

"Hmm." Laura tampak ingin mengatakan sesuatu pada Elen, tetapi ia sedikit canggung dikarenakan Elen yang terlalu dingin padanya.

"Ada apa? Jika kau ingin mengatakan sesuatu, katakan saja."

"Bisakah kita berteman?"

Elen menatap Laura dengan datar, tetapi jelas jika ia sedikit penasaran dengan alasan Laura yang ingin berteman dengannya.

"Tentu saja, kenapa tidak." balas Elen yang membuat Laura tersenyum.

"Terima kasih."

"Kenapa kau ingin berteman denganku? Bukankah seharusnya, kau tak percaya pada siapa pun?"

"Harusnya seperti itu, tetapi entah kenapa aku merasa kau berbeda."

"Baiklah, anggap aku temanmu. Aku juga akan sama, kau akan jadi teman sekaligus rekanku. Jadi, mohon bantuannya." jelas Elen ke Laura. Mendengar itu, Laura tampak tersenyum puas.

"Terima kasih."

Laura mengajak Elen berbincang di taman tersebut. Entah apa yang mereka bahas, tetapi jelas dari raut wajah dan tatapan Elen, jika ia sama sekali tak tertarik dengan pembahasan mereka. Tetapi karena Laura cukup antusias, ia memilih mendengarkannya dengan seksama, hingga mereka merasa sudah cukup, dan kembali ke rumah mereka masing-masing.

Bad & Crazy School (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang