• • • - -/- • • • •

4.6K 731 28
                                    

"Saat salah satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain terbuka. Hanya seringkali kita terpaku begitu lama pada pintu yang tertutup, sehingga tak melihat yang telah terbuka untuk kita."

- Helen Keller -

××××××××××

Semua kembali berjalan seperti biasanya. Para siswa yang mengalami luka telah mendapatkan pengobatan, baik itu fisik atau mental mereka. Semua itu dilaksanakan disatu tempat, yakni rumah sakit XRL School. Dikota ini, setiap sekolah memiliki rumah sakit mereka masing-masing.

Hari ini, sudah menjadi hari ke-2 di mana Cika masih dirawat di rumah sakit tersebut. Sampai hari ini, kondisinya masih sama. Ia masih tak sadarkan diri setelah misi. Bukan hanya Cika, Kirant yang juga mengalami masalah pada matanya juga mendapat pengobatan khusus.

Elen yang hendak melihat keadaan Cika, tak sengaja bertemu dengan Kirant dan teman-temannya. Namun, Elen tak peduli dan melewatinya begitu saja. Ia hanya melirik Kirant sejenak, kemudian berlalu begitu saja.

"Apa itu Elen?" tanya Kirant

"Kau bahkan mengenalinya?"

"Hmm. Aku hanya menebak-nebak saja." balas Kirant

"Tidak, kau mengenalinya karena ia tak menyapa kita kan. Di sekolah, aku rasa, hanya ia yang tak menyapa kita saat bertemu."

"Tidakkah kalian merasa dia salah satu anak yang berkepribadian sosiopat?"

"Aku juga merasa seperti itu. Walau begitu, orang-orang seperti itu sangat pandai berbohong dan memanipulasi segala hal yang berhubungan dengannya atau pun yang ada disekitarnya."

Mendengar pendapat teman-temannya, Kirant seketika tersenyum lalu perlahan berjalan.

"Oh! Ada apa?"

"Tidak, hanya saja, aku tak ingin kalian terlibat secara terang-terangan dengannya. Jika kalian telah menyadari hal itu, maka sebisa mungkin jauhi kontak langsung dengannya." ucap Kirant

"Aku mengerti."

Mungkin yang dikatakan Kirant dan teman-temannya ada benarnya perihal kepribadian Elen, karena hal itu cukup mencolok padanya. Walau begitu, yang dikatakan Kirant benar adanya. Kepribadian seperti Elen harus diwaspadai keberadaannya.

Setelah Kirant dan teman-temannya berlalu, Elen yang membuka pintu kamar Cika dan menatap ke arah mereka dengan tatapan yang sulit untuk dimengerti.

Elen menghela nafas, lalu menutup kembali pintu tersebut. Berjalan mendekati Cika sembari menarik sebuah kursi ke arah jendela. Ia lalu duduk dan menatap ke luar jendela.

Dilihatnya, para siswa yang sedang terluka sedang melakukan aktivitas di area rumah sakit, untuk menghilangkan kebosanan mereka.

"Kau sudah ada di sini rupanya."

Elen menatap ke arah suara tersebut, dilihatnya seorang siswi berambut seleher, berkulit putih dengan tinggi badan semampai. Walau begitu, Elen meresponnya biasa saja dan malah acuh dengannya.

"Siapa? Apa kau mengenal Cika?"

"Heh. Jadi kau tak menyadari keberadaanku? Kita ini teman sekelas loh. Tapi, bukan masalah besar jika kau tak mengenaliku. Karena aku sendiri lebih sering menyendiri, dan mungkin Cika satu-satunya yang menyadari keberadaanku." ucapnya.

"Ekpresi wajahnya sekilas mirip dengan Kirant. Dia terlihat baik, tetapi?" pikir Elen

Entah apa yang dipikirkan Elen? Namun, senyum hingga tatapan siswi tersebut sampai membuatnya berpikir seperti itu.

Bad & Crazy School (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang