01 - Fake

4.2K 730 10
                                    

"Change hurts. It makes people insecure, confused, and angry. People want things to be the same as they've always been, because that makes life easier"

Richard Marcinko

×××××××××××

Seseorang dengan balutan jas putih terdengar berbicara dengan nada yang menegaskan sesuatu. Tepatnya, disebuah ruang yang cukup besar, dengan teknologi canggih disekitarnya. Ia sedang berbicara dengan seorang gadis kecil yang menatapnya dengan tatapan kosong.

"Meskipun kau ada, itu tak akan mengubah apa pun. Kau tak bisa pergi kemana pun. Kau tak akan bisa tumbuh layaknya anak-anak seusiamu. Mereka telah menjadikanmu seperti seorang monster, yang hanya tau bagaimana caranya membunuh. Kau hidup tanpa emosi layaknya manusia."

"Maka dari itu, lebih baik kau lenyap saja. Kau sama sepertiku, kau tak punya apa pun lagi."

"Tidak." ucap sosok gadis kecil tersebut.

"Tapi, kaulah yang sebenarnya berniat untuk mati kan? Lalu bagaimana kau masih hidup?"

"Ini semua adalah salahmu. Semua ini adalah kesalahanmu. Eleanor! Andai saja kau tidak ada."

Tiba-tiba saja, sebuah suara entah dari mana bermunculan satu persatu.

"Andai saja kau tidak ada..."

"Andai saja kau tidak ada..."

"Andai saja kau tidak ada..."

"Andai saja kau tidak ada..."

"Andai saja kau tidak ada..."

"Andai saja kau tidak ada..."

"Andai saja kau tidak ada..."

"Andai saja kau tidak ada..."

"Assassin sialan! Mati saja kau!"

Elen terbangun dari tidurnya dengan nafas terengah-engah, wajahnya hingga tubuhnya gemetar dan berkeringat. Elen bahkan terlihat ketakutan, dan segera menarik selimut tersebut lalu memeluk kedua lututnya.

"Kau tidak perlu merasa terkekang karenaku. Lupakan saja aku."

Elen merasa mendengar suara bisikan, atau mungkin itu hanya ilusinasinya saja.

"Tidak mau! Tunggu aku kakak. Jangan tinggalkan aku sendiri. Aku merasa ketakutan sendiri." ucap Elen

"Sepertinya memang. Kau masih ingin mengingatku sekali lagi. Maka dari itu, hiduplah dengan bebas dan berbahagialah."

"Bebas? Bahagia? BERHENTILAH BERBICARA SEENAKNYA. Padahal kau meninggalkanku sendirian. Kenapa? Kenapa tak ada satu pun yang ingin bersamaku? Kenapa kalian semua meninggalkanku? Seolah, aku tak pantas hidup, dan berbaur dengan orang lain."

Elen memegang kepalanya sembari menutup kedua matanya. Perlahan ia membuka matanya kembali, lalu melirik ke arah jendela.

"Masih gelap."

Elen berdiri dan menuju ke meja yang tak jauh dari tempat tidurnya. Menatap jam tangan miliknya yang menunjukkan pukul 02.15 pagi. Saat hendak meminum segelas air, ia mendengar suara dari arah dapur.

Tentu saja akan membuatnya melangkah keluar untuk mengecek dapur tersebut. Dan ternyata, Cika sedang mengambil segelas air untuk ia minum.

"Oh Elen!"

"Aku pikir siapa."

"Jujur saja, aku tidak bisa tidur akhir-akhir ini."

"Kenapa?"

Bad & Crazy School (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang