Bang!
" Tujuh! Yeay! Tujuh botol patik telah pecahkan! Tuanku lihat, bukan? " Jerit keriangan Intan sambil melompat kecil.
Raja Ahmad kemudian dipandangnya sambil tersenyum senget, ingin mengusik.
" Patik yang tidak berguru ini pun tetap dapat menembak sasaran dengan tepat. Sedangkan Tuanku yang berguru, baru dapat pecahkan sebotol. " Bisik Intan sambil tertawa kecil.
" Kamu tahu tidak yang beta berpura-pura tidak handal menggunakan senapang dihadapan kamu? Berbuat baik kepada wanita adalah satu keharusan, bukan? " Balas baginda.
Intan menahan tawa.
" Beta akan buktikan yang beta dapat- " Ujar baginda sambil mengangkat senapangnya ke paras bahu. Namun, sempat dihalang oleh Intan.
" Mengaku kalah saja Tuanku. Membazir peluru. " Nasihat gadis itu diselit dengan tawa kecil.
Baginda raja segera memandangnya.
" Usah buat Arjuna khawatir lagi dengan senapang miliknya. Bukan mudah untuk dia dapatkan, bukan? " Pujuk Intan sambil menaikkan keningnya.
" Beta tidak akan mengaku kalah dengan mudah. Anggap saja ini latihan. Dan jangan lupa jumpa beta di tempat yang sama pada esok pagi. Beta akan belanja kamu halwa. " Arah baginda.
Intan membalasnya dengan anggukan kecil.
" Hari sudah pun semakin gelap. Elok patik pulang ke rumah sekarang. " Kata gadis itu serta merta setelah menyedari yang langit biru kian bertukar jingga.
" Sebentar, Intan. " Halang baginda.
Gadis itu segera memandangnya penuh kehairanan.
" Ada apa, Tuanku? " Soalnya.
Raha Ahmad tidak menjawab malah hanya menghalakan jarinya ke arah terbenamnya matahari. Dalam diam memberi arahan kepada Intan untuk melihat keindahan alam semula jadi.
Intan terpukau.
" SubhanAllah. " Bisiknya sambil mengukir senyuman pada bibir.
" Matahari terbenam ini adalah bukti.. yang setiap pengakhiran akan berakhir dengan indah. " Ujar baginda sambil memandang matahari yang berada dihadapannya.
" Pengakhiran apa saja yang berakhir dengan indah? Bagi patik, tiada satu pun pengakhiran yang seindah Tuanku fikirkan. " Balas Intan.
" Pasti ada. Beta yakin. " Jawab putera muda itu ringkas.
" Kenapa pula? Sungguh patik tidak faham. "
" Fikiran menguasai segalanya dalam tubuh setiap insan. Cubalah fikir tentang kebaikan saja dalam sesuatu pengakhiran. Beta pasti ia akan berakhir dengan indah. " Ujar raja Ahmad sambil memandang Intan yang berada di sebelahnya.
" Faham? "
" Faham, Tuanku. " Jawab gadis itu sambil membalas pandangan baginda.
" Andai jika kita berpisah pada satu hari nanti. Ingatlah fasal detik-detik berharga yang telah kita tempuhi bersama. " Nasihat putera itu lagi dan kali ini dibalas dengan senyuman dan anggukan daripada Intan.
YOU ARE READING
Puas Ku Merayu [H]
Historical FictionThe Last Sultan : Sultan Ahmad Shah of Malacca بِسْمِ ٱللّٰهِ ٱلرَّحْمٰنِ ٱلرَّحِيمِ ❝ In the name of God, the Merciful, the Compassionate. ❞ ﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋ ❝ Tergamak sungguh ayahanda turunkan takhta kepada anakanda dalam keadaan Melaka yang sedang...