BAB 28

70 9 8
                                    

SERAYA Arjuna berjalan masuk ke dalam Istana Melaka, dayang-dayang disitu mula menjadi tidak tentu arah. Ada yang berbisikan antara satu sama lain dan ada yang terjatuh. Ketampanan jejaka itu telah menarik minat ramai orang di situ ditambah lagi dengan fizikalnya yang tinggi, sememangntlya mampu membuatkan para gadis disitu cair.

Tanpa menyedari yang dia kini menjadi sorotan orang ramai, matanya lincah memandang sana sini untuk mencari kelibat Intan. Namun, batang hidup gadis itu pun dia tidak dapat lihat sejak tadi lagi.

Kegagalan itu membuatkannya menghembus keluhan ringan.

" Dimanakah engkau, Intan? Sudah seminggu aku tidak dapat lihat kehadiranmu. Rumahmu kosong, keluargamu juga tiada.. " Ujarnya, resah.

" Arjuna! " Panggil Angkasa tidak jauh darinya.

Arjuna refleks memandang ke arah jejaka yang serba segak itu. Kening dinaikkan tanda kehairanan dia memanggil namanya.

" Engkau sudah lewat! Ayuh kita berangkat sekarang juga. Majlis akan bermula tidak lama lagi. " Ajak Angkasa.

" Lewat? "

" Ya. Bukan kah orang-orang berpangkat seperti kita ini perlu hadir awal? Apa kata menteri-menteri nanti? Sudah. Ayuh ikut aku. "

Tanpa membuang masa, Arjuna segera mengikuti jejak langkah Angkasa menuju ke arah alun-alun Istana Melaka dimana majlis perkahwinan akan berlangsung.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
INTAN memandang refleksi dirinya pada sebuah cermin. Wajahnya dihiasi dengan solekan nipis, rambutnya disanggul kemas dan dihiasi dengan pelbagai perhiasan rambut. Busana yang dipakainya adalah pakaian rasmi diraja berwarna kuning cair. Tanpa gadis itu sedari, terbit senyuman kecil di wajahnya.

" Cik muda terlihat amat menawan. "

" Ya, benar! Hamba rasa Cik muda lah yang paling anggun di dalam istana ini. "

Intan hanya tersenyum lalu menunduk menandakan terima kasihnya kepada mereka berdua.

" Cik muda, jika sudah bersedia, ayuh berangkat ke majlis sekarang juga. " Ujar Suri seraya mengarahkan dayang-dayang Istana di dalam kamar itu berdiri.

Intan mengangguk lalu perlahan-lahan berdiri. Kain diangkat sedikit agar mudah untuknya berjalan.

Sebaik sahaja gadis itu ingin melangkah keluar dari kamar tersebut, matanya tidak sengaja bertembung dengan anak mata Anggun. Setelah menyedari kesilapannya itu, Anggun pantas menundukkan pandangannya seperti dayang-dayang Istana yang lain.

" Tidak mungkin hamba tersilap orang.. "

Anggun mula menutup matanya, bibir bawah digigit.

" Anggun, bukan? " Soal Intan mencari kepastian. Baru saja kakinya ingin membuka langkah ke arah Anggun, Suri terlebih dahulu berjalan ke arahnya.

" Cik Muda. "

Intan kembali mengalihkan pandangannya ke arah Suri.

" Kita sudah lewat. "

Gadis itu mengangguk. Sempat dia memandang figura yang disangkanya Anggun itu sekilas sebelum membuka langkah pergi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
SETELAH menaruh hadiah di atas sebuah meja berlapik kain sutera berwarna keemasan, Angkasa dan Arjuna mula mengambil tempat duduk di bahagian hadapan. Arjuna kemudian memandang pentas yang dihiasi dengan barang-barangan mewah. Pelbagai jenis bunga juga tersedia di hadapan pentas kecil tersebut, terhias indah bak sebuah taman bunga.

" Engkau tahu siapa isteri raja Ahmad? " Soal Arjuna pemecah kesunyian antara mereka berdua.

Angkasa lantas mengangguk, " Sudah tentu. "

" Siapa? "

" Yang penting gadis itu berasal dari keluarga bangsawan Johor-riau. Kata mereka, orangnya anggun dan lemah lembut. Tapi, aku sendiri belum bertemu dengannya lagi. " Jelas Angkasa. Lalu, Arjuna mengangguk faham.

Usai itu, tiba lah Sultan Mahmud Shah dan Tun Senaja yang melaram melebihi si pegantin. Tampak berseri dari jauh. Maka, berdiri lah semua hadirin lalu menyembah hormat kepada keluarga diraja tersebut.

" Dirgahayu, Tuanku sultan. Dirgahayu, Tuanku permaisuri balu. " Sambut mereka.

Beberapa saat kemudian, Putera Ahmad Shah menjejakkan kaki ke atas pentas. Menteri-menteri dan orang-orang besar juga mula menyembah hormat lalu berkata, " Dirgahayu, Tuanku raja. "

Selesai saja, keluarga diraja tersebut duduklah lalu diikuti oleh para hadirin.

" Mana pengantin perempuan? " Soal Angkasa.

" Sabarlah. "

Entah mengapa Arjuna merasakan hatinya tidak enak, seperti sesuatu yang mengejutkan akan berlaku.

" Wah. Arjuna, engkau lihat.. " Suruh Angkasa sambil menyiku lengan rakan karibnya itu.

Arjuna refleks mendongak untuk memandang pegantin perempuan yang berjalan ke atas pentas menuju ke arah raja Ahmad berada. Sempat gadis itu menyembah hormat ke arah baginda raja sebelum duduk di tempat yang telah disediakan.

Senyuman Arjuna mulai layu setelah melihat wajah Intan di atas pelamin tersebut.

" Mengapa engkau berada di sana? "

Hatinya bagai retak seribu.

" Arjuna, engkau baik? " Soal Angkasa, khawatir.

Dia memandang riak wajah Arjuna yang berubah drastik. Air mata lelaki itu mula bertakung, matanya kian menjadi merah, hanya tinggal menunggu detik harapannya musnah.

" Arjuna.. " Panggil Angkasa lagi.

Arjuna hanya fokus ke arah Intan yang dihiasi dengan senyuman manis di wajahnya. Gadis itu dan baginda raja mula memandang antara satu sama lain sambil tersenyum bahagia. Arjuna dari jauh hanya mampu mengenggam tangan, menahan amarah.

Tanpa dia sedari, air matanya perlahan-lahan jatuh mengalir ke pipi. Tangisannya sudah pecah.

" Sepatutnya, aku lah yang berdiri disebelah mu. Sepatutnya, aku lah yang memandang mu. Sepatutnya, aku lah yang memimpin mu ke pintu syurga. Tapi, mengapa baginda yang engkau pilih? Intan.. Kau sudah tahu, hidupmu akan merana kerana kehidupan di Istana ini. Namun, mengapa engkau pilih jalan sebegini? " Monolog Arjuna, dalam hati merintih.

" Arjuna. " Panggil Angkasa.

Arjuna lantas mengelap air matanya menggunakan kain lengan baju. Lalu, dipandangnya semula ke arah hadapan seperti tiada apa-apa yang berlaku.

" Apakah gadis di sebelah raja Ahmad itu.. "

" Ya, dia lah yang selalu aku ceritakan. Penyeri hidupku. " Potong Arjuna. Air matanya kembali bertakung, namun sempat ditahannya daripada tumpah. Hanya perlukan masa untuk mengubati diri.

Bersambung.

Saya ketandusan idea. 😂

Puas Ku Merayu [H]Where stories live. Discover now