06 - AF

2.4K 140 25
                                    

Bel pulang telah berbunyi, banyak murid bergegas meninggalkan lingkungan sekolah. Tidak jarang beberapa dari mereka memilih untuk mengulur waktu. Saat ini, aku menatap kesal pada Ranaka yang tidak mau diam.

"Lo niat bantu gua apa enggak sih?!" seruku, sementara dia malah asik memalak Romi.

"Bima, bantuin gua ke perpus taruh ini!" seruku, sedang mengkode buku paket yang berada di meja depan.

Bima mengangguk. "Boleh, gua juga sekalian mau pulang," ujarnya sambil berjalan mendekat.

Sebelum Bima sempat membantuku, tas ranselnya ditarik oleh seseorang hingga nyaris terjengkang.

"Minggir, gausah modus!" sembur Naka."

Aku hanya bisa menatapnya datar, sungguh rasanya ingin sekali aku mencakar mukanya yang begitu menyebalkan.

"Biasa aja kali Ka, lagian gua niat bantu."

"Brisik! Sini gua aja, sana lo pergi!" usirnya. Aku hanya bisa bersabar dalam hati.

Kulihat dia mengambil tiga buku paket lalu menyerahkan padaku, sisanya dia yang membawa. Loh?

"Kok gua cuma tiga?"

"Lo jangan bawa berat-berat, cukup bawa tiga buku, sama nanti bawa hati gua."

Mendengar itu, aku memukul punggungnya menggunakan buku paket itu, dan kulihat dia meringis. Mampus, aku tak peduli bahwa dia adalah anggota geng motor.

Aku melenggang pergi meninggalkan Naka yang berteriak meminta bergabung, biar saja karena dia sok bergaya ingin membawa banyak.

Mengabaikan tatapan orang-orang yang sejak tadi melihat aku dan Naka, biarlah hari ini aku cukup kesal dengan anak itu.

"Pa, tunggu woi!"

Aku akhirnya memperlambat langkahku, menunggu Naka menyamakan langkah. Setelah langkah kita sejajar, banyak murid yang belum pulang akhirnya berbisik-bisik tentang aku dan Naka.

Aku tentu kesal saat beberapa murid mulai mencemoohku. Terserah mereka saja ingin berprasangka tentangku bagaimana. Asalkan ujaran itu tidak berlebihan, aku tidak akan membalasnya.

Setelah kita menaruh buku di perpustakaan, akhirnya kami berdua berjalan menuju parkiran. Awalnya, aku menolak, lebih baik aku menunggu di pintu gerbang, tetapi ia tidak mau.

Saat kulihat di sana, ternyata sudah ada yang lain. Parkiran masih ramai ternyata. Bahkan aku melihat beberapa anggota lain, ah, ternyata mereka dari kelas 11.

"Lo lama banget, dari mana aja?" tanya Zaidan, sontak membuat perhatian mereka teralihkan ke arah kami berdua.

"Perpustakaan, naruh buku paket," jawabnya."

"Va," panggil Ezra, membuat aku menatapnya. "Naka bilang mau beli novel buat tugas. Karena kita juga udah masuk ke bab yang sama, gimana kalo sekalian aja belinya?" tawarnya.

"Emang kalian belum beli?" Kulihat Ezra menggelengkan kepalanya."

"Belum, kita baru aja dijelaskan materinya waktu kemarin sama Pak Arkan."

Kesempatan sekaligus ide yang bagus.

"Boleh deh, sekalian gua tanya materi boleh?"

Ezra mengangguk. "Boleh dong, sekalian ngerjain bareng juga gak masalah."

Woi, apa ini yang dinamakan lampu hijau? hahaha.

Saat aku ingin berbicara lagi, suara deheman dari Alvan membuat kami menatapnya.

"Apa, mau terus ngerumpi?"

"Udah berangkat, keburu sore." Liam memerintahkan yang lain untuk segera pergi meninggalkan area sekolah.

ABOUT FEELINGS [END]Where stories live. Discover now