41 - AF

1K 77 5
                                    

Alvan membawaku menuju ruang musik, aku terpukau saat melihat seisinya. Apa mungkin di sini juga termasuk tempat favorit mereka? Aku berjalan menelusuri satu persatu alat musik yang ada di ruangan ini, sedangkan Alvan duduk di sofa sambil memegang gitar, dia membiarkan aku kode untuk duduk di sampingnya.

"Al, enggak apa kita di sini?" tanyaku.

"Gak apa-apa, jam kosong hari ini."

"Lah, terus Pak Broto tadi ngapain?" Alvan mengangkat bahunya, lalu mulai memetik senar gitar secara perlahan. Tak lama, Zaidan masuk dan menghampiri kami.

"Gua cariin di mana-mana, taunya mojok di sini," ucapnya dengan sebal, sedangkan Alvan hanya menatap tanpa minat padanya.

"Ponsel gua mana?" Alvan merogoh saku celananya lalu menyerahkan ponsel Zaidan.

"Ganggu," cibirnya, sedangkan Zaidan mengangkat bahunya dan berjalan ke sofa sebelah untuk duduk sambil memainkan ponselnya.

Perlahan Alvan mulai memainkan gitarnya, aku seperti mengenali lagu yang akan dibawakan oleh Alvan. Bahkan sekarang, dia mulai menyanyikan lirik pertama yang sudah kuduga. Aku mengetahui ini.

"Kau begitu sempurna, di mataku kau begitu indah." Dia memainkan gitar sambil bernyanyi dan menatapku dengan senyum.

Zaidan yang menyadari itu lantas merekamnya, lebih tepatnya dia melakukan siaran langsung menggunakan media sosial milik Bradiz. Sedangkan aku menikmati setiap lirik yang dinyanyikan oleh Alvan, diiringi dengan melodi gitar yang dimainkannya.

"Kau membuat diriku, akan selalu memujamu."

"Di setiap langkahku, ku 'kan selalu memikirkan, dirimu. Tak bisa kubayangkan hidupku tanpa cintamu."

"Janganlah kau tinggalkan diriku."

"Tak 'kan mampu menghadapi semua."

"Hanya bersamamu ku akan bisa, kau adalah darahku."

"Kau adalah jantungku."

"Kau adalah hidupku, lengkapi diriku."

"Oh sayangku kau begitu ... sempurna, sempurna."

Alvan semakin semangat memainkan gitarnya, dia bernyanyi sambil menatapku dengan tatapan hangat, membuat aku tersenyum ke arahnya.

"Kau genggam tanganku, saat diriku lemah dan terjatuh."

"Kau bisikkan kata, dan hapus semua sesalku."

"Janganlah kau tinggalkan diriku."

"Tak 'kan mampu menghadapi semua."

"Hanya bersamamu ku akan bisa, kau adalah darahku."

"Kau adalah jantungku."

"Kau adalah hidupku, lengkapi diriku. Oh, sayangku, kau begitu ... sempurna, sempurna."

Setelahnya, dia menyelesaikan nyanyiannya sembari tersenyum ke arahku. Aku tak tahu harus beraksi bagaimana, yang jelas pipiku terasa panas.

"Gila keren woi, iyakan guys?"

Zaidan di sana berteriak heboh, tak lupa tatapannya pada ponsel yang ia genggam. Lalu tiba-tiba banyak notif dari ponsel milikku, aku pun melihat postingan tersebut.

Lambe_nusaabadi

Lambe_nusaabadi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
ABOUT FEELINGS [END]Where stories live. Discover now