42 - AF

1K 74 6
                                    

Kali ini, aku berada di kafe milik ayah Evan. Mereka berdua tiba-tiba mengajakku untuk sekadar nongkrong. Liam sibuk dengan olimpiade matematika, Zaidan fokus pada ekskul dancenya, dan Naka—tentu saja, tebak sendiri ke mana dia pergi. Ezra sedang asyik mencari undian panci, dan Alvan sendiri ada sedikit latihan. Jadi, sekadang kami bertiga berkumpul di sini.

"Nih, kita ke sini digratisin apa bayar?" tanya Abyaz dengan ekspresi riang.

Mendengar itu, Evan tersenyum manis. Aku hanya menatap bingung pada keduanya.

"Oh, tentu saja bayar. Enak aja gratis, dikira beli bahan kagak pake duit?" jawab Evan sambil tertawa.

"Aelah, minimal gratis minuman kek," usul Abyaz dengan senyum khasnya.

"Kagak ada, enak aja," timpal Evan tegas, mengakhiri percakapan mereka dengan nada santai. Setelahnya, Evan memanggil salah satu pelayan, dan aku sedikit terkejut saat melihat bahwa pelayan itu masih remaja.

"Iya, Kak? Mau pesan apa?" tanya pelayan remaja itu dengan ramah.

"Eh, Nayla," sapa Abyaz, membuatku bertanya-tanya apakah Abyaz kenal dengannya.

"Hai, kak," sapa Nayla sambil tersenyum.

"Auva, lo mau pesen apa?" tanya Evan sambil melihat ke arahku.

"Gue pengen yang manis aja, kira-kira enaknya apa?" tanyaku, mencoba mencari saran dari mereka.

"Oh, ini aja Kak, kebetulan ada menu baru pancake dengan topping saus cokelat," kata Nayla sambil menunjuk menu tersebut dengan senyum ramah.

Wah, sepertinya enak. Aku tergiur dengan menu itu dan mengangguk setuju. "Boleh deh, mau satu. Minumnya samain aja sama mereka," kataku pada Nayla, yang dengan sigap mencatat pesananku.

"Hari ini pulang jam berapa, Nay?" tanya Abyaz, memulai percakapan baru di antara mereka.

"Mungkin jam delapan malam, Kak. Kenapa?" tanya Nayla sambil meneruskan tugasnya dengan cermat.

"Gue jemput, ya?" goda Abyaz dengan ekspresi santai.

Mendengar itu, aku dan Evan langsung melirik satu sama lain sambil melemparkan kode, menciptakan momen keakraban di antara kami.

"Eh, gak usah, Kak. Aku pulang sendiri aja," ucap Nayla dengan senyum ramah.

"Gak papa, gua tetep jemput, pokoknya," sahut Abyaz dengan mantap.

"Y-yaudah deh, kalau gitu aku kembali kerja dulu ya, Kak," kata Nayla, memperlihatkan sikap tanggung jawabnya. Kami semua mengangguk sambil melambaikan tangan, menciptakan momen perpisahan yang akrab.

"Auva, lo hari ini pulang jam berapa?" tanya Ebanv, mengganti suasana.

"Jam delapan, kenapa?" jawabku dengan tatapan meledek ke arah Abyaz.

"Gua jemput, ya?"

"Oh, boleh dengan senang hati," kataku dengan senyum menghiasi wajahku. Setelahnya, aku dan Evan tertawa bersama, merasa senang berhasil menggoda Abyaz yang kini tengah memalingkan wajahnya sambil tersenyum.

"Cielah, naksir Nayla nih?" goda Evan sambil menatap Abyaz dengan mata penuh kelicikan.

"Diem anjir." Abyaz menjawab sambil tersenyum malu, dan Evan tertawa mendengarnya.

"Nayla udah lama kerja di sini?" tanyaku, mencoba mengalihkan perhatian.

Evan mengangguk. "Lumayan lah, ayah nerima dia karena tahu kalau Nayla lagi butuh kerjaan." Aku mengangguk paham mendengar penjelasan dari Evan, memahami latar belakang Nayla di tempat kerja mereka.

ABOUT FEELINGS [END]Where stories live. Discover now