10 - AF

2K 128 7
                                    

Pagi ini cuaca cukup bersahabat, begitupun dengan perasaanku. Bisa dikatakan bahwa kemarin adalah hari pertama aku jalan dengan Alvan? Ya, anggap saja seperti itu.

Hari ini adalah hari Senin, sejujurnya aku sedikit malas untuk berangkat pagi. Akan tetapi, ini adalah kewajiban setiap murid di hari Senin, bukan?

Seperti biasa, aku duduk di bangku kelas, bermain ponsel guna menghilangkan rasa jenuh. Dan tidak menyadari kedatangan Naka, sudah aku bilang bukan? Aku masih merajuk.

"Woi! Asyik banget, sampe gua dateng enggak sadar," ucapnya. Aku hanya mengangguk tanpa menatapnya.

Tiba-tiba saja ponselku direbut olehnya, menyebalkan sekali manusia satu ini. Membuat mood pagiku rusak begitu saja.

"Lo lagi ngapain sih, Pa?" Aku bangkit dari duduk untuk menarik kembali ponselku.

"Ka, siniin hape gua!" Teriakan kerasnya membuat perhatian seisi ruangan tertuju padaku.

"Apa neh? Bentar mau baca," ucapnya sambil menggulir layar ponselku.

"Lo itu gak bakal paham!" Dengan segera aku mengambil kembali ponsel dan langsung menyimpannya.

Heran, kenapa dia suka sekali menjahiliku akhir-akhir ini? Mungkin ini cara anehnya menunjukkan perhatian.

Tak berselang lama, akhirnya bel sekolah berbunyi. Aku bergegas keluar bersamaan dengan murid lain menuju lapangan sekolah, memilih pada barisan paling akhir, sengaja agar tidak terlalu panas.

Beberapa menit terlewatkan, kini kepala sekolah mulai menyampaikan amanatnya. Seperti biasanya, nasihat untuk belajar bersungguh-sungguh, teruntuk kelas 12 dikurangi acara membolosnya, hanya itu.

Upacara kali ini cukup tertib dan lancar. Kami semua membubarkan diri ketika sudah selesai. Kini aku sudah duduk kembali di bangku kelas, ruang kelas sedikit kosong mungkin yang lain pergi ke kantin.

Setelah itu, anak-anak mulai memasuki ruang kelas. Tak lama guru pun masuk. Namun, anehnya aku tak melihat Naka. Ke mana dia?

Hingga pada jam akhir pelajaran, dia pun tak terlihat. Apa dia membolos? Yasudah itu urusan dia. Lebih baik sekarang aku bergegas menuju ke kantin, aku sangat lapar. Semoga ada makanan enak hari ini.

Sampai di kantin, aku memesan sebuah bakso dengan es teh. Duduk sendiri tanpa menghiraukan tatapan sekitar. Apa peduliku pada mereka?

Tanpa sadar, bangku sekitarku ada yang mendudukinya, itu Angel dan teman-temannya. Mau apa mereka?

Aku menatap mereka tanpa minat, sungguh. Paling tidak, aku ingin menikmati makanan tanpa harus terlibat dalam drama mereka.

"Wow, biasa aja dong natapnya!"

"Selow."

Mengganggu mood makanku saja, sialan! Kutatap dirinya dengan datar.

"Mau apa?" tanyaku, mencoba menyembunyikan sedikit kekesalan di balik senyuman maksa.

Kulihat Angel tersenyum menyeringai, lalu memajukan dirinya sampai akhirnya mencengkram daguku erat. Apa sih ini anak? Tidak jelas sekali.

Aku mencoba menahan ringisan saat kukunya yang panjang itu mulai menancap pada kulitku, pasti akan membekas. Seandainya saja bisa mengerti apa yang ada di pikirannya.

"Udah gua peringati buat enggak deket sama Bradiz, kenapa lo malah makin nempel sialan!" Dia menggeram kesal, membuat aku emosi karena kukunya yang semakin menusuk.

Dengan segera aku memegang tangannya lalu menghempaskannya sambil menatap permusuhan pada Angel. "Ya terus hubungannya sama lo apa?" tanyaku, mencoba menyampaikan ketidaksetujuanku dengan tegas.

ABOUT FEELINGS [END]Where stories live. Discover now