11 - AF

1.8K 122 6
                                    

Pada akhirnya aku lebih memilih untuk kembali ke kelas, dan mengabaikan fakta bahwa ponselku masih ada pada Naka. Kalian harus tahu, anak itu ternyata cepat sekali dalam hal berlari, aku dibuat kewalahan dan pada akhirnya memilih menyerah.

Aku segera duduk di bangku, mencoba menetralkan deru napasku akibat mengejar Naka. Hingga akhirnya sekolompok siswi masuk ke dalam kelas, membuat suasana hening seketika. Hei, ada masalah apa lagi ini?

Salah satu dari empat siswi itu mendekat ke arahku, ia dengan keras memukul mejaku hingga membuat semua murid di sini menatap ke arahnya, begitupun aku.

Aku tak memperdulikan gebrakan itu, ku ambil botol minum lalu meminumnya dengan santai. Sama sekali tak memperdulikan keempat siswi tersebut.

"Hei!" sentaknya.

Perempuan dengan seragam ketat itu segera mengambil botol minumku, dan nyaris menyiramku jika saja tangannya tak dihalangi oleh seseorang.

"Mau apa lo?"

"Abyaz!" pekik gadis itu.

Aku hanya menatap mereka tanpa minat, mengapa sih mereka ini pada bar-bar sekali? Apa alasan yang membuat mereka merundungku?

Abyaz dengan cepat merebut botol minumku lalu menaruhnya di atas meja, ku ambil dengan cepat sembari menutup kembali botol itu. Tanpa sadar bahwa kini Abyaz sudah berdiri di depanku membuat tubuhku tertutup olehnya. Situasi semakin menegangkan.

"Pergi, Lan."

Abyaz mengenalinya?

Perempuan itu malah menatap tajam Abyaz, tak memperdulikan ucapan remaja itu.

"Enggak, aku harus balas dia."

"Buat apa? Lo enggak ada hak, Wulan."

Ah, jadi namanya siswi itu Wulan. Apakah dia termasuk dalam lingkaran permainan Abyaz?

"Kamu kenapa belain dia sih? Aku ini pacar kamu! Dia udah gatel sama kamu, pake deket-deket sama kamu," katanya dengan nada geram.

Abyaz menggeleng, "Keluar ya? Gua minta baik-baik sama lo, dia enggak ada hubungannya sama gua," ungkapnya.

Melihatnya emosional, aku hanya menghadiahkan senyum miring. Lihat deh senyumku, haha. Sepertinya ia sadar saat aku terlihat mengejek, dia berusaha maju menyerang meski Abyaz sudah mencoba menggagalkannya.

Ternyata, Wulan punya kekuatan besar. Aku kaget saat dia menarik dan mendorongku hingga terjatuh. Sial! Gerakannya begitu cepat, aku tak menyadari bahwa sekarang dia duduk di atas tubuhku, lalu menampar pipiku dengan keras. Kurang ajar, baru setengah hari sudah dua tamparan dari penggemar mereka.

"WULAN!"

Aku hanya diam, menatap Abyaz yang tampak emosional, menarik Wulan hingga mendorongnya ke arah papan tulis.

"Gua udah bilang, gua enggak ada urusan sama dia. Lo kenapa malah nampar dia, hah?" tanyanya dengan amarah.

"Aku enggak suka kamu sama dia!"

Dengan napas memburu, aku melihat Wulan menatap Abyaz dengan tatapan berkaca-kaca. Tak peduli dengan keadaan yang mulai ramai itu.

"Aku tahu waktu itu kamu boncengin dia, traktir makan, sampe liat kamu jalan bareng senyum-senyum!"

"Ya tapi gua enggak ada apa-apa sama dia, lo paham bahasa manusia enggak sih?" cetus Abyaz.

Drama memuakan!

Bangkit dari bantuan orang lain, aku tatap Wulan yang masih berdebat dengan Abyaz. Setengah berlari ke arahnya, dengan cepat ku tampar balik wajahnya, membuat perdebatan itu berhenti.

ABOUT FEELINGS [END]Where stories live. Discover now