23 - AF

1.4K 99 19
                                    

Naka mendekati kami dengan pandangan bingung, menatap ke arah yang lain saat mereka mendiamkan diri, seolah enggan menatap wajahnya. Sambil berkacak pinggang, Naka melihat setiap murid satu per satu. "Woi, gua tanya juga, lagi pada bahas apa?"

"Ini cuma ngomongin tetangga Romi, Ka," kata Amel.

Naka tersenyum, "Ngapa emang tetangganya?"

Romi menoleh ke arah Naka, remaja itu kini sudah berdiri di sampingnya. "Itu, anu, Ka."

"Apa, anu-nya tetangga lo kecil?"

Ucapan spontan dari Naka membuat kita semua melototkan mata. Amel dan Rangga tak kuasa menahan tawa, akhirnya mereka melepaskan tawanya. Sementara itu, Romi entah kenapa wajahnya tiba-tiba memerah. Aku hanya bisa menggelengkan kepala, bingung dengan reaksi mereka semua.

"Kenapa muka lo merah? Ucapan gua bener?"

Kami semua spontan tertawa mendengar ucapan Naka, dia ini apa tidak ingin menyaring ucapan sebelumnya.

"Enggak, Anjir! Jadi gini, ternyata  tetangga gua, dia janda. Terus laki-laki di sekitar sana pada tertarik, akhirnya jandanya diusir karena takut ganggu rumah tangga di situ."

"Gua kirain kenapa, abis muka lo semua dari jauh serius bener. Noh, apa lagi Auva, mukanya."

"Kenapa gua?"

"Kek orang planga-plongo," goda Naka sambil tersenyum.

"Sialan!" seruku.

Mereka diam melihat perdebatan kami, lalu Naka segera mengusir mereka. Memang ya, seenaknya dia saja.

"Pergi sana sebentar lagi bel, bukannya belajar malah ghibah."

"Iya, ampun suhu," ucap salah seorang dari mereka sambil segera meninggalkan tempat itu.

Akhirnya mereka membubarkan diri, Naka bergegas duduk di bangkunya. Aku hanya menatap sekeliling dan tersenyum ketika mataku bertemu dengan Amel dan Billy.

"Gak usah senyum, udah punya pawang," sindirnya.

"Apaan, orang gua senyum sama Amel," sahutku sambil tersenyum lebar.

"Tadi berangkat sama Alvan?" tanyanya.

Aku mengangguk, lalu tak lama kemudian, pelajaran pertama dimulai. Kami semua memperhatikan dengan seksama apa yang telah diterangkan oleh guru di depan sana.

"Nanti lo mau lihat Alvan main basket?" tanya Naka.

Aku hanya mengangguk, toh itu permintaan langsung dari Alvan. Terus fokus mencatat dan memperhatikan guru sampai akhirnya bel istirahat berbunyi.

"Lo mau ke mana?" tanyaku pada Naka.

"Mau ke ruang musik sama dua curut, ada yang harus dibahas," katanya.

Aku mengangguk, lalu dia pergi begitu saja. Setelah itu, Amel dan yang lain datang mengajakku ke kantin. Aku mengiakan ajakan mereka karena berencana membeli minuman untuk Alvan nanti.

"Naka ke mana tuh?" tanya Amel.

"Ruang musik, ada yang mau dibahas."

Lalu kami berjalan menuju kantin. Aku hanya memesan dua botol air mineral dan roti isi, karena berencana memakannya sambil menonton Alvan.

"Gak makan lo?" tanya Sari.

"Makan ini aja, gua duluan ya," pamitku sambil menggigit roti.

"Mau ke mana?"

"Nonton basket, yaudah ya," jawabku.

Aku tersenyum ketika mereka terang-terangan menggodaku, lalu segera meninggalkan mereka. Saat aku sampai di tempat duduk, mataku tertuju pada Alvan yang sedang bermain dengan timnya.

ABOUT FEELINGS [END]Where stories live. Discover now