52 - AF

1K 63 4
                                    

Kini, para anggota Bradiz yang berada di dalam gudang sedang dikepung oleh beberapa preman berbadan besar, menciptakan atmosfer tegang yang membuat Katian merasakan kemenangan yang semakin dekat.

Terlebih lagi, saat melihat beberapa dari mereka mulai menyerang, tak lupa Naka dan Haikal yang kini sudah bergabung, membantu yang lain untuk melawan preman. Gudang itu menjadi arena pertarungan yang kacau, diwarnai suara benturan dan teriakan.

Jefri membawa Auva menjauh dari tempat kejadian, menyelamatkan diri mereka dari kekacauan. Dia bisa melihat anggota Bradiz berkelahi dengan brutal, terutama tatapan serius Ezra yang mencoba menumbangkan preman dengan badan kekar itu, menambah intensitas pertarungan.

"Bangsat!" Teriakan kemarahan meledak dari seseorang, mencerminkan frustrasi dan ketegangan yang menyatu dalam pertempuran yang tengah berlangsung.

Jefri juga melihat Katian yang kini berkelahi dengan Alvan, menciptakan duel sengit di antara mereka. Mata Jefri menangkap ketegangan di udara, sedangkan Naka terlihat begitu gesit menghindari pukulan dari preman, bahkan kini dia tengah membantu Evan yang sedang kesusahan, menambah lapisan kompleksitas dalam pertarungan.

Keadaan di luar juga sangat kacau, Tio dan yang lain berhasil melumpuhkan beberapa preman, menciptakan celah untuk masuk dan membantu yang lain. Gudang itu menjadi medan pertempuran yang semakin padat dengan gerakan-gerakan yang saling bersilangan.

Sret!

"Argh! Bajingan!"

Teriakan dan suara benturan menciptakan hiruk-pikuk kekacauan. Alvan tidak menyadari bahwa kini Katian sudah memegang pisau lipat, mendapatkan luka gores di lengannya yang menambah dramatisasi pertarungan. Suasana semakin tegang saat Katian menunjukkan jati dirinya di hadapan banyak orang, bahkan ia tak segan-segan menjilat darah Alvan yang menempel pada pisau miliknya, menciptakan momen yang mencekam.

Jefri yang menonton perkelahian itu, menyadari pergerakan halus dari Auva. Dia bisa melihat Auva yang kini perlahan sadar dari pingsannya, menciptakan momen keajaiban di tengah kekacauan.

Auva terkejut ketika menyadari kondisi gudang yang sangat kacau, bahkan ia tidak sadar bahwa kini sedang duduk di kursi roda. Meski merasakan sakit yang sangat kuat pada tangannya, matanya mencoba mencari sosok yang ia rindukan di tengah kekisruhan pertarungan.

"Auva," panggil Jefri dengan lembut, tatapan matanya lurus menghadap ke depan, memperhatikan setiap pergerakan mereka, seolah menciptakan zona perlindungan di sekitar Auva.

Auva mendengar panggilan itu, lalu menengok ke arah belakang. Terkejut melihat Jefri berdiri dengan tatapan datar, menciptakan momen reunian yang diwarnai oleh kejutan dan kebingungan.

"Jeff ... tolong pisahin Katian sama Alvan," pinta Auva dengan pelan, suaranya gemetar mencerminkan kecemasan.

Dapat dilihat kondisi Alvan yang kini dihajar habis-habisan oleh Katian, terutama luka di lengannya yang membuat Auva menangis. Jefri hanya bisa diam, tatapannya penuh pertimbangan sambil menggelengkan kepala, menciptakan ketidakpastian dalam tindakan yang harus diambil.

"Gua enggak bisa. Ini keinginan Katian dari lama Va, gua enggak bisa bantu," ujar Jefri, suaranya terdengar berat dan terbebani oleh konflik internal.

Mendengar itu, Auva menggelengkan kepala dengan kekecewaan yang terpancar di wajahnya. Dia menatap Jefri dengan tatapan tak percaya, kesedihan bercampur dengan rasa kekecewaan. Lalu, dapat dilihat Gisel berdiri di pinggir lemari besar, senyumnya tak pernah luntur sejak tadi, menciptakan nuansa misterius dalam kekacauan ini.

"Lepasin gua Jef kalau lo enggak bisa bantu, gua yang bakal nolong Alvan," desak Auva, suaranya penuh ketidaksetujuan.

Jefri menggeleng keras, wajahnya mencerminkan keputusasaan, sementara Auva yang melihat itu semakin kesal dan marah. Dia berusaha membuka ikatan pada kakinya dengan susah payah. Jefri, meski terlihat tegar, berusaha menahan Auva agar tetap duduk tenang.

ABOUT FEELINGS [END]Where stories live. Discover now