18 - AF

1.6K 117 25
                                    

Ketika aku kembali ke kelas, Naka memaksaku untuk ikut bersamanya, dia memaksa aku untuk bergabung. Dari awal keluar kantin hingga sampai di koridor, dia terus merangkulku, sedikit membuatku risih. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa kekuatannya lebih dominan.

Di belakang, sudah pasti ada mereka, termasuk Evan yang sedang dirangkul oleh Gisel. Meski Evan tidak menolak, dia hanya diam dan sesekali menjawab pertanyaan dari Gisel.

"Va, itu paket isinya apa?" Abyaz menanyakan.

"Album KPop," jawabku.

"Dari siapa?" Abyaz bertanya lagi.

"Paling juga dari cowok, Kak," Gisel menjawab santai.

"Emang, budek kuping lo? Haikal bilang juga cowok, tapi maaf nih, dia bukan pacar gua," kataku dengan kesal.

"Va, pulang sekolah sibuk enggak?" tanya Liam.

Meski dirangkul, aku mencoba menengok ke arah Liam, lalu menggeleng kepala.

"Gua free sih, kenapa?" tanyaku dengan penasaran.

"Pulang sekolah, bisa ikut kita ke markas?" tanya Liam.

"Ih, ikut dong!"

"Lo mau diamuk sama Alvan lagi?" Zaidan bersuara setelah sebelumnya diam. "Lagian lo siapa sih? Bukan anggota juga," tambahnya.

"Ih, Kak Auva juga bukan anggota 'kan? Kenapa ke markas?"

"Auva disuruh ke markas karena mau resmiin dia sebagai anggota, Sel," jelas Evan, sambil aku masih mendengar percakapan di belakang.

Kemudian, keheningan melanda, aku hanya bisa pasrah mengikuti langkah Naka, sambil mendengar bisikan yang sangat jelas dari siswi yang membicarakan aku.

"Udah abaikan aja, nanti juga ada waktunya buat ungkapin semua," ujar Naka padaku, aku mengangguk.

Sampai di anak tangga, kita semua berhenti. Ternyata, Gisel pamit karena kelasnya sudah terlihat. Namun, tatapan gadis itu padaku sedikit tak mengenakan.

"Yaudah, Kak. Aku duluan."

Kemudian, kami semua berpisah. Barulah saat memasuki kelas, dia melepaskan rangkulan itu. Tanpa memperdulikan Naka, aku duduk dan menyimpan tote bag itu.

"Lo enggak ada gitu nanya sesuatu?" katanya.

"Nanya apa?"

"Ya, masalah Gisel atau lo yang bakal jadi anggota Bradiz?"

Aku menganggukan kepala, "Udah tau semua. Udah diem, gua mau belajar," ucapku.

Naka hanya mencibir, tetapi aku tak ambil pusing. Saat ini, fokusku hanya pada pelajaran yang ada.

Hingga akhirnya semua mata pelajaran selesai, kita semua bergegas pulang. Jujur saja, entah mengapa perasaanku menjadi tidak enak. Namun, aku mencoba untuk berpikir positif, yakin bahwa ini hanya perasaanku saja.

Sebelumnya, aku memberi tahu ayah bahwa aku akan mampir ke tempat Naka. Ayah mengizinkan dengan syarat harus berhati-hati.

Kini, aku berjalan bersama Naka, di setiap jalan menuju parkiran, dia membahas banyak hal—dari yang lucu hingga yang membuatnya kesal. Sesekali, aku ikut merasakan emosi yang dia ceritakan.

Hingga pada akhirnya, kita semua sampai di parkiran. Begitu tiba di sana, tanganku langsung ditarik oleh Alvan, sambil melepas jaket dan mengikatnya pada pinggangku.

Aku cukup terkejut, begitu pula yang lain. Tanpa sepatah kata pun, Alvan langsung melakukannya. Dia pun naik motor dan menyuruhku untuk segera naik.

"Ayo naik!"

ABOUT FEELINGS [END]Where stories live. Discover now