Chapter 5 : Cowo fiksi selalu dihati.

225 40 0
                                    

Chapter 5 : Cowo fiksi selalu dihati.

❝ HAPPY READING ❞
🦋

"Hm?"

Melihat Ifah yang linglung, segera membuat jiwa-jiwa peka miliki Naviza keluar. "Kakak kenapa? Kepleset harapan?"

"... Iya, kepleset harapan."

Naviza terdiam. Gadis kecil itu menatap kakaknya penuh simpati. "Kakak pecah hati?"

"Patah hati, dek," koreksi Ifah.

Gadis itu berdiri setelah selesai merapikan novel-novel kesayangannya.

"Patah hati kenapa?" tanya Naviza penasaran. Pasalnya, saudarinya itu sama sekali tak terlihat linglung saat berangkat tadi. Lalu, kenapa tiba-tiba malah patah hati padahal hanya dirinya tinggal pergi memilih pensil sebentar?

"Cowok impian kakak pergi..."

"Innalillahi." Naviza menggeleng tak berdaya. "Kapan, kak?" tanyanya lagi.

"Allahuakbar, maksud kakak bukannya mati, dek!" Ifah sedikit menjitak kening sang adik yang kelewat polos.

"Tapi, kan, cowo kakak fiksi semua?" ungkap gadis kecil itu lagi.

"Kamu bener, tapi entah kenapa kakak jadi pengen ngebuang kamu ke jembatan." Ifah mendatarkan wajahnya, lalu menarik tangan Naviza menuju kasir.

Prinsip Ifah yang selama ini Naviza tahu ialah ; cowo fiksi, selalu dihati. Jadi wajar saja kalau dirinya berpikir bahwa sang kakak telah patah hati karena kekasih fiksinya yang mati.

**

Ray sedikit berbalik, ujung matanya barusan secara tak sengaja menangkap siluet yang ia kenal. "Ifah?" lirihnya.

Namun, saat menatap sekeliling, tak ada satupun orang yang ia kenal di sekitar sana.

"Sayangg, kamu kenapa, sih?" tanya Decy, kembali menarik fokus yang saat itu tengah hilang dari kepala Rayhan.

**

"Kemaren. Kamu inget, kan, bang sama anak perempuan yang duduk di depan mama?"

Daffa mengangguk santai, nyatanya, lelaki itu tentu masih mengingat adik kecil yang dulu selalu mengekori dirinya kemanapun ia pergi itu.

"Sekarang dia nambah cantik aja, ya?" tanya Wendi.

Daffa lagi-lagi akan mengangguk, tapi ia urungkan, lalu ia putuskan untuk menggeleng saja. "Enggak."

"Loh? Kan cantik banget itu?"

"Enggak secantik itu, kok, ma." Daffa mengunyah pudding nya sembari menatap sang ibu guna mencoba terlihat serius.

"Ahaha, bohong banget kamu, bang!" gelak Wendi melihat tingkah sang anak.

"Aku ga bohong!" bela Daffa.

Wendi terkekeh. "Bohong, itu telingamu merah!"

Daffa terdiam. Telinga sialan, apa-apaan dirinya malah lupa dengan telinga yang membuat dirinya tak bisa berbohong ini?

**

Esok harinya lagi, hari Kamis, hari dimana seluruh siswa-siswi di SMANSANUBA, atau SMA N 1 Nusa Bangsa diharuskan untuk menggunakan seragam batik.

Ifah lagi-lagi mengernyit sedih, ketika netranya menatap seorang lelaki yang sekali lagi ia temukan tengah merangkul seorang gadis.

"Kali ini, beda orang lagi. Lo yakin masih mau suka sama tuh orang?" tanya Putri yang pandangannya juga sama-sama terarah ke pemandangan di depan mereka.

"Pengennya sih udahan, tapi gimana? Gue ga bisa ngendaliin perasaan semudah itu," keluh Ifah, tangannya mengaduk bakso yang hampir tak berbentuk di depannya.

"Ayo, coba bikin diri lo sendiri ilfeel sama si Rayhan itu, pasti nant--"

"Gue udah coba cara itu, Put!" potong Ifah. Bahu gadis itu terkulai lesu.

Saat mencoba menghilangkan perasaannya kepada Rayhan sejak beberapa bulan lalu, Ifah bukannya malah ilfeel, dirinya malah semakin menyukai.

Putri membuka ponselnya, lalu mencari sebuah video yang ia rasa mampu menyindir Ifah.

"If, dengerin ya. Anggep si Rayhan yang ngomong begini!" Putri tersenyum manis.

*Klik!

Segera, sebuah suara langsung berputar dari speaker ponsel miliknya.

"Dari dulu aku juga tidak mencintai kamu, Sukab."

"Dasar bego! Dikasih isyarat, tidak mau mengerti."

"Huh!"

"Sekali lagi, aku tidak mencintai kamu."

"Kalau aku toh kelihatan baik selama ini kepadamu, terus terang aku bakal bilang sama kamu sekarang, sebetulnya aku cuma kasihan."

"Terus terang, aku cuma kasihan sama kamu Sukab."

"Mencintai begitu rupa, tapi tidak tahu yang kamu cintai sebetulnya tidak mencintai kamu!"

"Makanya jangan terlalu banyak berkhayal, Sukab."

"Pake otak sedikit."

"Hanya dengan begitu, kamu akan selamat dari perasaan cintamu yang tolol itu!"

*Tut...

Hening melanda. Putri menatap Ifah dengan ekspresi menghela nafas lelah, dan Ifah berekspresi seolah tengah sakit hati.

"Tuh dengerin, puisi ; Jawaban Alina yang dibawakan sama mbak Dian Sastrowardoyo!" final Putri santai.

***

Dialog aneh :

Dian Sastrowardoyo : Dasar bego, dikasih isyarat --

Ifah : Tidak mau mengerti!

Daffa : MAMPUS.

Ó.Ò

ADDICTED || DAFFA [Tamat]Where stories live. Discover now