Chapter 42 : Terlalu dekat.

81 19 1
                                    

Chapter 42 : Terlalu dekat. (15+ Ó.Ò)

  Jangan pikir, Daffa tak mampu melihat rona merah di wajah putih Ifah.

Keningnya sedikit mengernyit bingung. Gadis di depannya kenapa?

Bibirnya mengerucut. Sejak ia membantu Ifah memasang tali di pakaian memasak, gadis itu seolah terus-menerus menghindarinya.

"Ambilin tepung terigu, kayanya ini kurang," ujar Ifah tanpa berani menatap wajah Daffa. Dia takut tiba-tiba memiliki pikiran aneh lagi.

"Ini."

Daffa mengulurkan tangannya, memberikan tepung beras ke tangan Ifah.

Gadis itu terdiam, lalu netranya menahan diri agar tak menatap Daffa. "Bukan ini, tepung terigu."

"Ini?" Daffa tersenyum jahil, dirinya mengulurkan tepung lain yang bungkusnya hampir mirip dengan tepung beras.

Ifah berdecak. "Ck, bukan ini. Tepung terigu, Daffa."

"Terus. Ini?" Jahilnya lagi, mengulurkan tepung maizena.

Terus menerus seperti itu, hingga akhirnya Ifah pun kehilangan kesabaran.

Gadis itu mengangkat tangannya dan mendorong tubuh Daffa ke arah tempat mencuci piring. Tangannya mengurung tubuh kekar Daffa, berlagak kesal, kepalanya ia angkat dan netranya dipertajam. Bagai kelinci yang mengamuk karena wortelnya direbut.

Ifah memelototkan matanya, menatap Daffa yang jauh lebih tinggi darinya dengan netra kesal.

Daffa terdiam, tubuh mereka terlalu dekat. Bahkan, Daffa rasa, mereka seperti tengah berbagi udara. Seringai di bibirnya membeku.

Seolah, waktu terhenti disana. Dengan keempat netra yang saling memandang.

Hening melanda, meniadakan suara-suara yang sedari tadi ada, suara memotong, suara perintah, dan suara mengaduk yang menghilang.

Tanpa sadar, netra Daffa bergulir, menatap mata, hidung, hingga terhenti di bibir Ifah.

Ifah pun terdiam. Netranya yang galak tiba-tiba linglung. Bukannya ia tak sadar akan tatapan lelaki di depannya. Pipi gadis itu perlahan memerah. Sial! Apa yang sedang otaknya pikirkan!

Tangannya bergetar, tak lagi berani mengukung tubuh Daffa. Keberaniannya menciut.

Netranya menurun, menatap aple-Adam yang bergerak-gerak di leher lelaki itu. Tangannya segera beralih, turun ke samping paha.

Lagi-lagi, tanpa berani, ia mengalihkan pandangan secara acak, lalu menjauh dengan tenang.

Tangannya mengambil tepung terigu, bersiap untuk melanjutkan pekerjaannya dengan tubuh yang kaku.

*Srek!

Tepung putih berserakan, terjatuh di atas keramik.

Ifah dengan terkejut menganga. Netranya secara reflek menatap Daffa yang tiba-tiba mengukung tubuhnya di depan pantri. Sama seperti yang tadi ia lakukan.

"L-lo, ngapain...?" tanyanya lirih.

Daffa menatap gadis itu dengan netra datar. Dasar telinganya memerah. Mendekatkan kepalanya pelan, lelaki itu meremat pinggiran pantri erat.

Ifah melebarkan matanya terkejut, kepalanya terus mundur seiring gerakan Daffa. Pipinya terus saja memerah. Nafasnya ia tahan.

Dalam diam. Kedua insan itu bersamaan meneguk ludah kasar. Yang satu ketakutan, dan satu lagi ... Entahlah.

Hampir ... Sedikit lagi, hidung keduanya hampir saling bersentuhan. Ifah menutup matanya was-was, dan Daffa perlahan mengangkat matanya, menatap gadis itu yang terlihat seperti tengah takut dan grogi.

*Cup.

Daffa mengalihkan target, dirinya mengecup ujung hidung Ifah dengan cepat.

Bertepatan dengan itu. Suara benda terjatuh pun dapat terdengar. Disusul oleh teriakan membahana.

*Bruk..

"KALIAN NGAPAIN, ANJIR?!"

Daffa menjauhkan tubuhnya dengan tenang, netranya melirik Ifah dan Rafa di depan sana malas. "Ga ngapa-ngapain," ujarnya santai.

Rafa tetap saja mematung, menatap tak percaya.

Teriakannya mengundang Putri dan Raka berjalan segera dari belakang, mereka berdua pun ikut terdiam.

Apalagi ketika melihat tepung berserakan di atas lantai, Ifah dengan wajah pun leher memerah seolah berubah menjadi kepiting rebus yang matang, dan Daffa berdiri santai, lalu Rafa yang terdiam menganga.

"Kalian, kenapa?"

***

ENJOY!

15+

T_T

Ó.Ò

ADDICTED || DAFFA [Tamat]Where stories live. Discover now