Chapter 32 : Singa.

86 20 0
                                    

Chapter 32 : Singa.

❝ HAPPY READING ❞
🦋

     "Maaf, kak. Tapi kalau gini, ada baiknya saya bantu ngasih liat tentang jimat seluruh orang di kelas ini?" bisik Ifah tajam. Giginya bergemelatuk, seolah ia bisa menggigit telinga lelaki di depannya ini kencang.

Lelaki itu melirik panik ke sekitar. Sial, jika gadis kecil ini benar-benar memberitahu pengawas, mungkin yang akan disalahkan adalah dirinya.

Ada baiknya lebih berjaga-jaga, kan?

"O-oh, maaf, pak. Kayanya saya salah liat."

***

"Singaa, ayo kita main-main, mana tau nanti ketemu cowo ganteng."

Ifah menggendong seekor kucing kecil di lengannya, gadis itu berjalan keluar pagar rumah, lalu menjadikan sekian rumah sebagai target akhir dari jalan-jalan sore itu.

"Eh, nak Ifah? Mau kemana?"

Ifah tersenyum, menatap wanita paruh baya yang adalah tetangganya itu. "Mau jalan-jalan sore doang, kok, Tan."

"Ooh, yasudah. Hati-hati, ya? Akhir-akhir ini lagi marak pencurian."

"Iya Tante, terimakasih."

Tersenyum manis, tak seperti biasanya, Ifah berpamitan dengan sopan pada wanita paruh baya yang terus tersenyum itu.

"Meoww~" Singa mengeong samar, sepertinya hewan kecil itu tengah lapar?

Menundukkan kepalanya, membuat rambut gadis itu menutupi sedikit pandangan Singa hingga kucing kecil itu segera menggeliat tak nyaman.

Ifah terkekeh geli, lalu berhenti di separuh jalannya menuju perumahan. "Aaa gemes banget, sih, Singaaa~"

Asik bercakap ria, dua makhluk berbeda bahasa dan pengertian itu lagi-lagi tak sadar akan kehadiran sosok ketiga di hubungan harmonis mereka.

Namun, kali ini, Dero adalah pelaku yang menjadi pengamat.

Lelaki paruh baya itu akan mengeluarkan motornya, terlihat seperti akan pergi ke kantor karena pakaian kacang hijau yang telah terpasang rapih.

"Singa? Kamu ngasih nama kucing pakai 'Singa'?" ledeknya, lebih ke tak habis pikir.

Ifah terdiam. Ah, sepertinya hari ini adalah hari sialnya lagi.

Gadis itu perlahan mengangkat kepalanya, membuat rambut hitam sepanjang bahu pun terguncang ke samping, menampakkan hidung kecil sedikit pesek miliknya.

Dero segera mematikan mesin motornya, lalu melirik sekitar sebelum akhirnya menatap hewan kecil dipelukan gadis kecil di depan pagar rumahnya. "Nemu dimana? Jan-jangan itu kucing saya, ya?"

Ifah menahan diri agar tak memutar bola mata malas.

"Bukan, om. Memangnya sejak kapan om punya kucing?"

"Sejak kamu lahir juga saya udah punya kucing!" jawab Dero nyolot.

"Memangnya saya lahir kapan?"

"Bukannya dua bulan sebelum ulang tahun Daffa, ya?" Dero mengernyit, bagai tengah berfikir.

Ifah menyipitkan matanya. Menatap lelaki paruh baya itu heran. "Kok ... Om bisa tau tanggal ulang tahun aku? Apa jangan-jangan om sebenernya memang suka, ya, sama papaku?"

Membeku, Dero tak sadar wajahnya hampir segelap ekor wajan.

Dengan usil, Ifah menggoda sembari menunjuk-nunjuk tak menyangka, "Astaga, ternyata bener kata Mama... Om beneran suka, ya, sama Papa ganteng nya aku?"

*CTEK!

"Diem kamu, bocil!"

Dero menghidupkan mesin motornya lagi, lalu segera melaju pergi setelah melotot pada anak kecil dengan kucing malas di pelukannya itu.

Sial, bagaimana mungkin Ifah bisa tahu sejarah kelam antara dirinya dan Sean?!

"Lo ngapain sama bokap gue?"

Ifah terperanjat, hampir menjatuhkan benda kecil di pelukannya. "Astaga! Ga anak, ga bapak, sama-sama punya hobi ngagetin orang, ya?!"

Daffa melirik samar pada kedua makhluk hidup di depannya yang terbatas pagar putih. "Ngapain?"

"Oh, gue?"

"Bukan. Kucing lo!"

"Ooh, Singa lagi tidur." Ifah mengangguk mengerti.

Daffa menggeleng lelah. "Bodoh. Lo ngapain sama bokap gue?"

Ifah mengangkat kepalanya, menatap Daffa yang sial sekali lebih tinggi dari dirinya. "Oh iya. Gue mau nanya. Om Dero, pernah bilang kalau dia masih suka sama Papa gue, gak?"

Daffa terdiam. Malas sekali menjawab pertanyaan bodoh itu.

"Menurut lo gimana?" tanyanya samar.

****

Enjoy!

Ganti genre, gimana?

Ya ga bisa gitu, lah!

Ó.Ò

ADDICTED || DAFFA [Tamat]Where stories live. Discover now