Chapter 36 : Dirobekin atau Robek sendiri?

90 18 0
                                    

Chapter 36 : Dirobekin atau Robek sendiri?

    Ifah mematung tak percaya, tubuhnya kaku, tak bergerak sama sekali dari posisi awal saat Daffa meninggalkannya.

"Sial. Tuh cowok gila, barusan ngapain?" lirihnya.

Tangan kirinya yang bebas menyentuh bibirnya sendiri. "Dia... DIA NGAPAIN ANJ?!"

Netranya menatap aneh, pada rumah yang tak terlalu jauh dari rumahnya. Dilihatnya, Daffa telah memasuki pintu rumah dengan santai dan tanpa beban.

Asik melamun kesal, Ifah dikejutkan oleh sebuah notifikasi dari ponselnya di dalam saku celana yang saat itu ia pakai.

Daf Gila :
Bibir lo ada coklatnya.

Ifah terdiam, sekali lagi, tubuhnya bergetar malu. "Hah?" lirihnya tak percaya.

Daf Gila :
Jangan mikir macem-macem, cewek mesum!

Ifah menyipitkan matanya tak terima. Sial, memangnya sejak kapan dirinya pernah berfikir aneh-aneh?!

Jemarinya mengetuk layar, sembari berjalan menuju pintu rumah.

You :
Kapan gue mikir macem-macem?!

Daf Gila :
Cuma satu macem.
Ya, kan?
Ga usah terlalu percaya diri, ga mungkin gue mau cium lo.
Bocil pesek.

"Memangnya kapan gue mikir kalau dia bakal cium gue? Bajingan!" gumam Ifah kesal bukan main.

***

Daffa meneguk ludahnya kasar. Sial, otaknya kini malah tak bisa diajak berkompromi.

Seolah, tadi itu seharusnya ia melakukan hal lain saja secara langsung, bukannya kabur dan pulang ke rumah.

"Bego. Gue mikir apaansih?!" rutuknya.

Tangan kekarnya melempar ponsel pintar miliknya ke atas kasur, lalu segera ia pergi menuju kamar mandi, berniat membersihkan diri.

Benar saja. Sebenarnya bukan Ifah yang berpikir macam-macam.

***

Esok harinya, Ifah lagi-lagi harus ujian di ruangan yang sama seperti kemarin. Dirinya harus berada di sekitar manusia-manusia bodoh ini lagi.

Bukannya apa, ia mengatakan mereka bodoh hanya karena indra kepekaan mereka yang sepertinya tak berfungsi dengan baik.

"Udah tau di depan belakang ada CCTV, masih aja berani nyontek dan bikin jimat. Dasar," cercanya bergumam.

Seorang gadis yang sepertinya kelas 12 di meja sampingnya melirik Ifah heran.

Ifah berlagak tak sadar akan tatapan itu, segera saja, tangannya mengerjakan setiap soal dengan kepercayaan diri yang lumayan.

Di ujian sekolah ini, kelasnya selalu diacak. Maka dari itu, Ifah sekelas dengan anak-anak kelas 10, 11 dan 12.

Ifah tak akan mengadu pada pengawas tentang orang-orang yang memakai contekan, tapi ia juga tak akan membela ketika orang-orang itu tertangkap pengawas.

Lagipula. . .

Ifah melirik guru lelaki di depan sana, lalu segera menundukkan kepalanya lagi. "Pengawasnya pasti udah tau. Paling nanti pas meriksa jawaban anak-anak, gurunya bakal bikin nilai mereka semua makin rendah dari yang perkiraan. Pasti," pikirnya.

***

"Susah, gak, ujiannya?" tanya Putri sembari mengunyah sebuah roti coklat.

Ifah mengangguk. "Lumayan. Tapi kalau semalem belajar, pasti bakal dapet isinya."

"Iya, sih." Putri ikut setuju.

Keduanya asik-asik saja duduk di meja kelas dengan buku dan makanan berserakan di atas meja.

Tak sadar, bahwa beberapa sosok di sudut telah memperhatikan keduanya sedari tadi.

Gadis yang duduk di samping Ifah tadi berucap pada temannya, "Tadi, anak cewek yang di kursi samping gue itu bilang kalau CCTV ruangan aktif. Kalian nanti harus hati-hati. Gue ga mau kalau kita kena kasus."

***

Benar saja. Saat ujian selanjutnya, dapat Ifah perhatikan bahwa beberapa orang di kelas itu telah melakukan bisnis contek mencontek dengan lebih hati-hati.

Namun, sayang sekali. Kali ini pengawas ujian mereka sepertinya lebih garang dari yang sebelum-sebelumnya.

"Nomer ujian 10-007-1001 dan 10-007-1002. Mau ibu robek kertas ujiannya atau kalian yang merobek sendiri?"

***

ENJOY!

Ó.Ò

ADDICTED || DAFFA [Tamat]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant