Chapter 15 : Berangkat bareng (2)

133 29 0
                                    

Chapter 15 : Berangkat bareng (2)

❝ HAPPY READING ❞
🦋

Selepas berganti pakaian, Ifah dan Putri pun memutuskan untuk pulang.

Ifah terpaksa harus diantar oleh Putri yang saat itu berkendara dengan motor baru nya.

Karena ... Ban motor Ifah tiba-tiba saja ditemukan bocor. Sepertinya tertusuk paku.

"Makasih, Put ku yang cantikk!" ucap Ifah sembari turun dari motor.

Putri mendengus. "Huh, sama-sama. Tapi, motor gue jadi didudukin perdana sama lo."

"Yaudah si maapin, ahaha!"

"Ish, tapi gapapa. Mau pulang dulu, dadaahh. Motor, say bye sama tante Ifah dulu!"

Segera, Putri pun mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi menuju rumah.

Meninggalkan Ifah yang saat ini geleng-geleng kepala. Heran dengan tingkah sahabatnya itu.

"Motormu mana, kak?"

Baru saja menginjak lantai di rumah, Ifah segera ditanyakan karena seperti ada yang kurang dari dirinya saat pulang.

Terkekeh malu, Ifah salim pada sang ibu. "Hehe, ban nya bocor, ma."

"Bocor? Kok bisa?" Zakka menatap putrinya heran.

Ifah menggeleng pelan. "Ga tau juga, ma. Tapi kayanya karena ketusuk paku gitu."

"Ooh. Terus besok kamu ke sekolahnya gimana, dong?"

"Mungkin minta jemput sama Putri," jawab Ifah ragu-ragu.

"Loh? Rumah Putri kan lumayan jauh dari sini? Beda belokan juga, 'kan?"

Ifah terdiam sebentar, lalu menjawab, "Eh, iya juga ya..."

"Kamu, sih, pake ga mau dianter sama papa segala," sela Sean tiba-tiba. Lelaki paruh baya itu berjalan keluar dari pintu rumah, lalu duduk santai di teras.

Ifah cemberut. "Ya gimana lagi. Aku tuh males banget kalau ditanyain ini itu sama temen-temen tentang papa. Pas terakhir papa anterin aja, temen perempuanku langsung nanya, 'Fah, itu Abang kamu?' 'Abang kamu punya pacar, gak, Fah?', Halahh, ga mauu."

Langsung saja Sean terkekeh ketika mendengarnya. "Maafin ketampanan papa yang melebihi ekspektasi ini, ya, nak!"

Kedua ayah dan anak itu begitu fokus tertawa bersama. Tak menyadari wajah Zakka yang tersenyum sumringah sembari berjalan guna menelepon seseorang.

**

"Ifahh, kamu hari ini barengan sama anaknya tante aja, ya?" Wendi terhenti sebentar, lalu meralat kalimatnya, "bukan hari ini, tapi selama motor kamu rusak. Okee?"

Ifah yang saat itu merapihkan baju batiknya pun terdiam. Tangannya membeku di udara.

Apa-apaan?

Dirinya?

Harus bareng sama Daffa?

Bukannya diantar sampai sekolah, ia pasti akan diturunkan di tengah jalan!

"E-eh tante Wendi. Kapan sampai, Tan?" tanyanya ketika sadar dirinya telah terdiam tak sopan.

"Tadi, pas kamu lagi cemberut sambil ngomong mau pergi sama siapa."

"Tante ke sini sama siapa?" tanyanya reflek.

Seketika, Wendi terkekeh, hingga matanya mengerut membentuk garis lengkungan yang indah. "Rumah kita sebelahan loh, nak. Kamu ini, lucu sekali, ya?"

Ifah kembali memerah malu, sial, bibirnya kelepasan bertanya aneh.

"Kamu mau, 'kan, barengan sama Daffa? Tadi, mama mu nelpon tante, minta saran yang bagus tentang masalah kamu saat ini."

Ifah tak menjawab, ia hanya mampu tersenyum. Lagi-lagi dirinya pasti tak mampu memberikan penolakan pada wanita paruh baya yang terlihat ramah itu.

**

Dan, benar saja.

Ifah sama sekali tak mampu menolak Wendi.

Dirinya, dengan 'terpaksa' harus duduk manis di jok belakang motor matic Daffa.

Ada yang bertanya. Naviza berangkat sekolah bersama siapa? Gadis kecil itu diantar jemput oleh papa Sean yang tampan.

Keduanya kini tengah di jalan menuju sekolah. Dengan Daffa yang memaksa untuk menaruh tas Ifah dan tasnya di antara mereka.

Seolah ia ingin mengambil keuntungan saja? Pikir Ifah.

"Turun," perintah Daffa datar.

Ifah menatap sekeliling. Oh, ini sekitar beberapa meter dari gerbang sekolah.

"Makasih, jelek," ungkap Ifah dengan sedikit meledek.

"Lo tuh Jelek! Udah jelek, ga tau terimakasih lagi!"

Ifah mencubit lengan berotot Daffa, lalu perempuan itu akan berlalu pergi saat suara Daffa kembali menginterupsi.

"Pulang nanti, tungguin gue di sini."

***

ENJOY!

YEAYY! PART KE 5 DIHARI KEDUA NULIS CERITA INI!

Ó.Ò

ADDICTED || DAFFA [Tamat]Where stories live. Discover now