Chapter 40 : Tatapan Maut.

83 18 0
                                    

Chapter 40 : Tatapan Maut.

"Maaf, Neng. Bayar dulu."

Daffa dan Ifah berbalik, menatap kang martabak yang saat ini tengah ikut berjongkok di sisi mereka.

Ifah terdiam, lalu menyenggol Daffa. Dirinya sama sekali tak ada membawa uang, karena dompetnya tertinggal di dalam mobil sang Papa.

Daffa dengan pasrah membayar. "Maaf, ya, Bang. Saya hampir lupa karena terlalu kaget ngeliat perzinahan ini."

Ifah menggeleng pelan, dirinya sedikit malu dengan abang-abang martabak yang menatap mereka berdua heran.

"Terlalu mendramatis," cerca Ifah setelah abang Martabak pergi. "Orang yang gak tau bakal mikir kalau lo lagi kaget karena ngeliat pacar lo selingkuh."

Daffa terkekeh samar. "Yakali. Gue, mah, udah biasa ngeliat pacar gue selingkuh."

Ifah sedikit terdiam. Memang, sih, kak Decy kan sering gonta-ganti pacar.

"Keren, kok. Itu artinya lo udah bisa bestie an sama batu." Ifah memberi Daffa satu jempol di jarinya.

Daffa terdiam, tak ingin menjawab karena itu bisa menyebabkan topik tak berfaedah di antara keduanya terus berlanjut.

"Diem, perhatiin ke depan. Mungkin nanti kita bakal dapet rahasia yang bisa digunain buat ngancem mereka berdua."

Ifah mengangguk, lalu dengan ekspresi serius, ia menatap kedua sejoli di depan sana. "Iya. Supaya kita bisa malak mereka buat beliin Pudding mangga."

Daffa, "..."

Bukan seperti ini rencana awalnya. Tapi, ia rasa itu adalah rencana yang bagus!

Pudding mangga gratis, kami datang~

***
"Kalian ngapain jongkok disitu?"

Putri mengernyit bingung, netranya menatap kedua insan yang tadi secara tak sengaja ia lihat saat akan membuang tusuk gigi di sudut toko.

Daffa menatap Raka tajam, dan Ifah memandangi netra Putri penuh kekejaman.

Daffa berdiri, lalu menarik tangan Ifah guna membantu gadis itu ikut berdiri tanpa kesusahan.

"Kalian berdua. Kita tangkap karena telah main belakang!" tegas Ifah mengangguk-anggukan kepalanya.

Daffa melanjutkan, "Iya!"

"Kalian harus bayar denda berupa empat buah pudding mangga dengan kotak besar. Setelah denda lunas, kalian baru boleh keluar, tapi setelah menandatangani perjanjian bahwa kalian akan terus memberi kami berdua pudding mangga selama dua tahun!" Ifah berucap serius.

Daffa terdiam, kepalanya miring, menatap Ifah penuh tanya. "Kita belum bikin perjanjian kaya gitu."

"Sutt! Diem! Nanti kita bagi hasil 50 : 50!" Ifah menutup mulut Daffa menggunakan jari telunjuknya.

Putri dan Raka saling memandang, bingung.

"Memangnya kami ngapain? Bukannya kalian, ya, yang seharusnya dicurigai karena berduaan malem-malem begini?" ungkap Putri heran.

Seketika, Daffa dan Ifah mematung diam. Keduanya saling memandang karena lupa. Sial.

***
"Jadi, kenapa kalian berdua pergi mesra-mesraan kaya gini?"

Raka mengangguk. "Bener. Kalian jadian?"

Putri melanjutkan, "Atau, apa kalian memang beneran udah menikah?"

Raka lagi-lagi mengangguk. "Kalau iya. Tega banget kalian ga undang gue ke pesta nya."

Putri akan terus berucap, tapi sebuah kerupuk menyumpal mulutnya. Raka pun ikut terdiam, karena telah ditatap tajam oleh Daffa si lelaki tidak berakhlak baik.

"Diem. Yang ketangkep itu kalian, kenapa malah kita yang di interogasi?" Ifah menyipitkan matanya tajam, lalu melirik dua insan itu dengan tatapan mautnya. "Kalian ngapain malem-malem berduaan? Jangan bohong karena itu bisa bikin hidung kalian semakin maju dan terus maju hingga menabrak tiang listrik!"

"Gue--"

"Sutt! Diem dulu!" Ifah meraup bibir Putri di jemarinya, pertanda menyuruh diam, lalu melanjutkan, "jangan melontarkan pembelaan diri, karena gue dan Daffa ga percaya itu. Entah kalian beneran pacaran atau enggak, yang jelas kalian berdua harus tetep beliin gue dan Daffa pudding mangga!"

Raka, "..."

Daffa, "Hmm."

Dan Putri, "Hah!;"
***

ENJOY!

Ó.Ò

ADDICTED || DAFFA [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang