Chapter 7 : Bocah ingusan.

198 39 0
                                    

Chapter 7 : Bocah ingusan.

❝ HAPPY READING ❞
🦋

Di sisi berlawanan.

Daffa terhenti berjalan, kala matanya tak sengaja menangkap sesosok yang saat itu tengah menatap dirinya juga.

Rafa pun terdiam, lelaki itu kebingungan karena Daffa yang berhenti tiba-tiba, lalu netranya mengikuti arah pandangan Daffa.

"Lah? Itu, kan, si bocah ingusan yang dulu sering nempelin bang Raka?" gumamnya bertanya pada diri sendiri.

Tanpa diduga, Daffa malah menjawab, "Iya, yang dulu itu sering pamer bisa bawa sepeda di depan rumah gue."

Rafa terkekeh. "Rugi nih si Raka ga ikutan. Kalau dia ada disini, mungkin dia bisa deket lagi sama tuh bocah."

Daffa mengernyit. "... Deket? Lagi?"

"Iya. Dulu, kan, Raka yang paling deket sama tuh bocah. Terus tiba-tiba bunda ayah ngajakin pindah, jadinya mereka kaya kepisah gitu."

"Kepisah apaan? Cuma beda gang kecil doang," ledek Daffa tak sadar.

"Iya, buat kita yang udah segede ini mah itu emang deket. Tapi kalau menurut bocil-bocil, itu udah jauh, bego."

Dan karena itu juga lah, Ifah dan Raka tak bisa lagi bermain bersama. Karena, orangtua mereka yang tak lagi saling merestui untuk bermain karena jarak yang 'terlalu jauh'.

Pun, dengan Rafa yang pernah membujuk Raka ; Jangan main sama anaknya tante cantik lagi, soalnya dia sering numpang makan pudding disini.

Raka kecil, dengan polosnya mengangguk dan menuruti perintah sang adik.

**

Di saat yang lainnya sibuk pemanasan dan bermain di air.

Rayhan malah sibuk membuntuti seorang gadis dengan rambut terkepang satu itu hingga mencapai tangga menuju lantai dua sekolah.

Ifah mengernyit, bulu kuduknya terasa naik.

Otaknya tak bisa berfikir positif. Apa jangan-jangan ada arwah yang mengikuti dirinya saat ini?

Ifah berbalik cepat, yang ia dapati malah jejak telapak kaki dengan air.

"Iih, gila," gumamnya mempercepat langkah.

"Lagian. Kenapa, sih, harus ketinggalan gini?"

Saat sampai di kelas, gadis itu segera mengambil powerbank kecilnya yang tertinggal di laci.

Dengan terburu-buru, Ifah berjalan, berharap semoga cepat sampai di kolam renang lagi.

Namun, sebuah tangan segera menarik gadis itu ke sudut tangga.

*Srek.

"AAAA--"

Teriakannya terhenti, karena telapak tangan besar yang menutup mulutnya.

Dan disaat bersamaan, Ifah pun menyadari wajah yang ia kenal di depan tubuhnya.

"Stt, diem. Gue ga bakal ngapa-ngapain lo, kok." Rayhan kemudian melepas tangannya.

Reflek, Ifah menarik nafas dengan panik.

Saat telah tenang, ia memberanikan diri untuk menatap sepasang netra yang jaraknya tak terlalu jauh dari kepalanya.

Bibirnya bergetar takut. "K-kenapa?" tanyanya yang bisa dibilang melirih.

"Kenapa, sih, anjir? Gue ga bakal apa-apain lo. Kok malah sampai tremor gini?" tanya lelaki itu santai, tangannya menggenggam jemari Ifah lalu menariknya ke depan wajah mereka berdua.

"Engga. Kaget, cuma."

"Lo cuma kaget? Gitu maksudnya?"

"I-iya, hehe." Ifah terkekeh canggung. Dirinya bagai tengah berbicara tak jelas karena gugup.

"Kaget kenapa?" tanya Rayhan lagi, ia sedikit senang karena melihat ekspresi gugup gadis di depannya.

Jantung Ifah bagai tengah berdisko. Ia berharap, semoga suara detaknya tak terlalu terdengar. Dirinya sangat malu!

Tanpa sadar, kedua wajah itu terlalu dekat, hingga bahkan seolah mereka tengah saling bertukar oksigen.

Rayhan tersenyum miring, lelaki itu berancang-ancang ingin semakin mendekatkan wajah keduanya.

Seketika, pipi Ifah bersemu merah. Seolah dirinya telah berubah menjadi udang rebus.

Dari belakang, yang terlihat.

Rayhan dan Ifah sedang ... Ekhm ... Berciuman.

Tapi, nyatanya, mereka sama sekali tak melakukan hal menjijikkan itu.

Sebuah bayangan terhenti di beberapa langkah sebelum tangga.

Pemilik bayangan itu tertegun, netranya menatap tak percaya pada adegan dewasa di depannya.

"Sialan! Kalian kalau mau mesra-mesra, mending jangan di sini, deh. Noh ada CCTV," ucapnya lantang.

Seketika, Rayhan memundurkan wajahnya dengan ekspresi tenang.

Dan Ifah, semakin memerah malu.

Sial, dirinya hampir terbawa suasana. Dasar lemah dan bodoh, seharusnya ia melawan dengan setidaknya menendang selangkangan Rayhan.

Ah, citranya memburuk hanya karena kesalah pahaman ini.

Kali ini, gadis itu secara jujur menyatakan bahwa dirinya mulai sedikit ilfeel terhadap lelaki yang telah ia sukai selama empat tahun lebih itu.

***

ENJOY!

Maaf, otakku agak mumet, tapi gaoaoa beneran gaoaoa.

Ó.Ò

ADDICTED || DAFFA [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang