Chapter 50 : Ujian Nasional Daffa.

72 19 0
                                    

Chapter 50 : Ujian Nasional Daffa.

"Papa udah ngasih kabar, kak." Zakka tersenyum haru. Penantiannya selama sekian minggu akhirnya dapat terkabul. "Walaupun cuma pesan text, tapi itu udah lebih dari cukup."

Ifah melepaskan sendok dan garpu dari tangannya, mulut gadis itu sedikit menganga. "Papa?"

Zakka berjalan mendekat, menggenggam ponsel berbalut casing dengan gambar panda. Itu ponsel milik Naviza, adiknya. "Papa bilang, dia baik-baik aja."

"..." Ifah mengambil ponsel dari tangan Zakka, netranya bergulir menatap obrolan chat di salah satu aplikasi. Tangannya bergetar ringan, takut-takut bahwa isinya malah tak terduga.

You :
Papaa, adek rindu:(
Where are you??
(+17)

Papa tampan dan baik hati :
Nak, jaga diri, jaga mama pun kakak.
Papa pulang sebentar lagi.
Tunggu, ya.
Banditnya terlalu nakal, kali ini sedikit lebih lama. Gapapa, ya, nak.

Papa tampan dan baik hati last seen at 6 Feb, 20**. 04:24 AM.

Tanpa sadar, netra Ifah sedikit memburam. Ah, Papa nya pasti telah berusaha mencari jaringan.

Tapi, jelas itu adalah subuh hari ketika Papanya mengirim kabar. Apa disana fokus Papa sangat ketat hingga waktu tidurnya tidak teratur? Pastinya iya.

"Kita pasti nungguin Papa, kok," lirihnya.

***

Seperti kabar yang diterima dari Sean setelah 7 minggu, Dero pun juga telah memberi kabar kepada istrinya di saat yang hampir bersamaan.

Tentunya, kabar itu diterima dengan sangat bahagia oleh dua keluarga yang ditinggalkan.

Sekian waktu lagi berlalu, dan hanya sekali saat itu pula lah Dero dan Sean memberi kabar singkat, yang menyatakan bahwa keduanya aman dan sehat.

Tak terasa, saat ini sampailah anak kelas 12 setiap sekolah lanjutan atas di waktu genting yang membuat detak jantung dua kali lebih cepat.

"Lo jadi Ujian Nasional bentar lagi, 'kan?" Ifah mengayunkan kakinya di tepi dermaga pantai.

Daffa mengangguk. "Iya," jawabnya.

Ifah melirik lelaki dengan hoodie hitam di sampingnya itu, netranya sedikit memancarkan perhitungan kala berbalik menatap bintang-bintang kecil di langit.

Tanpa mengalihkan pandang, bibir Ifah bergerak melirih, "Itu artinya, lo bakal berhenti jagain gue, dong?"

Tertegun, Daffa menatap sisi wajah Ifah lekat. "Em, mungkin..?"

"Kenapa jawaban lo malah kaya bertanya gitu?" Ifah memiringkan kepalanya, kening sedikit mengernyit sebagai pertanda bingung.

"Gue ga yakin?"

"Itu lo nanya lagi?" Ifah menatap Daffa dengan rambut yang terus terhembus udara dingin pantai. "Kan gue nanya, terus kenapa lo malah nanya juga?"

Menghela nafasnya pelan, Daffa merangkul bahu Ifah. Bibirnya berucap tanpa mengalihkan pandangan dari bentangan benda kecil di langit, "Karena gue juga bingung. Ga mungkin gue ninggalin lo disaat lo lagi dalam masa down begini, 'kan?"

Kalimat akhir ia gemakan di dalam hati.

"Bingung?"

"Hm. Gue bingung, mau memperpanjang kontrak buat jagain lo apa enggak."

"Haha," Ifah tertawa lepas. Matanya menyipit girang. "Memangnya itu bisa disebut perpanjang kontrak?"

Daffa tersenyum kecil. Netra obsidiannya menahan diri untuk menatap Ifah. "Bisa. Jadi, gimana?"

"Apanya?"

"Ya itu," gurau Daffa. Ia akhirnya menatap netra Ifah yang kebingungan. Alhasil, netranya pun terpaku disana. "Gue bisa jagain lo sampai kapanpun lo mau."

Entahlah. Daffa sendiri bingung, kenapa ia malah mengucapkan kalimat menggelikan seperti itu.

Yang jelas, detak jantungnya terasa sangat berdebar kencang, membuatnya tak bisa menahan diri dari ucapan tidak jelas itu.

Ifah mendengus, tiba-tiba moodnya sedikit memburuk. Dirinya menatap Daffa malas. "Sampai kapanpun yang gue mau? Tapi, lo bakal kuliah di luar kota, 'kan? Jadi gimana lo mau jagain gue?"

***

ADDICTED || DAFFA [Tamat]Where stories live. Discover now