Chapter 48 : Jangan deketin temen gue!

82 18 0
                                    

Chapter 48 : Jangan deketin temen gue!

   Netra gadis itu bergeser, menatap ikon komentar di sudut kanan.

[Keren, sih. Dari awal juga mukanya memang kelihatan kaya cewe ga bener. Wkwk.]

[Muka polos, otak kaya Bitch. Haha.]

[Cantik enggak. Gaya doang besar, sok-sokan ngerebut pacar orang.]

[Pantesan kelakuannya begitu. Ibunya aja ga tahu tempat pas bertindak melawan moral baik.]

[Ck ck ck, Ayahnya sibuk nyari duit ngebela negara. Bini sama anaknya malah sibuk memperkuat bakat supaya bisa jadi Jalang premium.]

Netra Ifah berkedip tenang, api bagai mengamuk dari dasar hatinya.

Seolah, matanya tenang melambangkan kesialan yang akan menimpa pembuat postingan di forum itu. "Akan gue balas. Pasti. Semakin banyak ludah kotor kalian yang keluar, nanti bakal semakin banyak pula air mata pahit yang kalian telan," lirihnya.

Putri mendengar dengan saksama. Dirinya sama sekali belum pernah melihat sisi Ifah yang seperti ini.

Ia mengalihkan topik, setelah beberapa saat hening. "Papa Sean udah ada kabar, If?"

"Belum."

Cengkeraman tangannya pada ponsel semakin mengencang, tapi ekspresinya tetap saja seolah tak ada yang salah.

Ifah tersenyum. Lagi-lagi kepekaannya tak berfungsi dengan baik, belum apa-apa dirinya telah senang karena Ifah sepertinya tidak terlalu sedih.

"Jangan khawatir. Papa Sean pasti bakal ngirim kabar baik. Bentar lagi," hiburnya dengan senyum manis.

"..."

Senyum gadis berkacamata itu membeku, kala jemarinya ingin mengambil ponsel dari tangan Ifah.

"If..." panggilnya ragu-ragu.

Jemari Ifah terlalu kuat mencengkram ponsel itu, membuat dirinya tak bisa mengambil dari genggaman Ifah.

"Pasti. Papa ga bakal kenapa-kenapa."

***

"Nih, minum. Seperti biasa, 'kan?" Rayhan mengulurkan sekaleng soda dengan senyum manis.

Ifah mengambilnya dengan acuh. Seolah tak ada masalah sama sekali.

Tapi, Daffa di sisi lain kini menatap interaksi keduanya dengan dingin. "Ini yang katanya lagi deket di forum?"

"Iya." Rafa mengangguk normal, netranya memancarkan rasa khawatir untuk Ifah. "Padahal cewe pesek ga pernah godain lo ataupun si Rayhan itu. Tapi kenapa dengan kejamnya tukang bikin postingannya malah kaya gitu? Dan, foto mama Ifah, jelas banget itu editan tapi orang-orang goblok di sekolah ini masih aja percaya."

"Ya, kan, Daf?" tanyanya berbalik.

Namun, yang ia temukan malah kursi kosong. Daffa telah berjalan cepat menuju Ifah dan Putri di meja kantin lainnya.

Memang, Ifah telah memberanikan diri ke kantin, tapi masih dengan membawa makanan dari rumah.

Ifah membuka kaleng soda, mencoba santai.

Saat tenggorokannya telah merindukan rasa soda mengalir, tangan kekar dengan kulit putih malah mencekam tangannya. Lalu, suara tegas dengan rasa dingin yang kental pun terdengar, "Jangan diminum."

"Kenapa?" Ifah tertegun sejenak.

"Ga baik."

Daffa duduk di samping Rayhan, lalu menatap lelaki itu santai. "Lo udah liat yang di forum, 'kan? Jadi kenapa lo masih ngedeketin 'temen' gue?"

"Bukan urusan lo." Rayhan memutar bola matanya malas, lalu merebut dan meminum soda di tangan Ifah.

"Sialan. Lo disuruh buat bikin rumor makin ganas, hah?" bisik Daffa tajam, giginya yang bergemelatuk seolah bisa merobek telinga Rayhan kejam.

"Lo udah tahu? Tapi gaya lo masih acuh begini. Pantas kah lo dipanggil teman?"

"Brengsek. Bukan urusan lo. Lo tau? Kucing bisa mati karena rasa penasaran yang terlalu besar."

"Begitu juga buat lo. Bukan urusan lo, entah dia nyuruh gue atau enggak."

Ifah menggigit pipi dalamnya main-main. Netranya menatap kedua lelaki menyebalkan yang sayang sekali tampan di depannya datar. "Ga usah bisik-bisik. Orang yang berdiri sejauh sembilan kilometer juga denger apa yang kalian omongin."

***

Enjoy!

Semakin ga jelas. Iya, ga, sih?

Ó.Ò

ADDICTED || DAFFA [Tamat]Where stories live. Discover now