Chapter 43 : Daffa, Cuma Teman!

92 18 0
                                    

Chapter 43 : Daffa, Cuma Teman!

    "Kalian, kenapa?" Putri mengernyit heran.

Pemandangan yang ia dapati di depan matanya saat ini sungguh membuat bingung.

Dapur minimalis dengan keramik netral dan perlengkapan serba ada itu kini terlihat sedikit berantakan. Tepung putih berserakan di lantai, mengotori pemandangan bersih nan indah di ruangan itu.

Raka menatap kembarannya dan Daffa terus-menerus, lalu tiba-tiba ia bagai tersadar bergurau tak pasti, "Ga mungkin ketangkep basah lagi anu, 'kan?"

"..."

Raka terdiam sejenak, lalu menatap Ifah dan Daffa tak percaya. "Kalian ... Ga ketangkap basah beneran, 'kan?"

Ifah mengerjap berulang kali, mencoba menurunkan detak jantungnya yang tak stabil. Tenggorokannya bergerak, menelan ludahnya dengan kasar. "Y-ya enggaklah... Ya, 'kan?" jawabnya disambung bertanya lagi pada Daffa.

Lelaki dengan wajah tampan dan kulit putih itu mengangguk saja, seolah dirinya tak memiliki rasa panik sedikitpun.

"Yang bener...?" Raka menyipitkan mata tak percaya.

Putri menyela, "Gue juga ga percaya. Tapi, kalian ga mungkin bener-bener nganu, 'kan?!"

Rafa meneguk ludahnya kasar, menatap keempat temannya di depan sana membuat dirinya tiba-tiba sadar ; menjadi saksi mata secara langsung seperti ini sangat menyiksa batin, antara berbohong atau berterus terang.

Raka menatap Rafa tajam, lelaki itu menggaruk alisnya berlagak santai. "Raf, sebagai saksi mata, lo seharusnya ngeliat apa yang mereka lakuin. Jadi, tadi mereka ngapain sampai bikin lo jatuhin kantong plastik belanjaan kit---"

Raka berhenti, ketika sadar akan suatu hal penting lainnya.

Hening. Tatapan kelima orang itu turun, pada kantong bening yang telah diwarnai dengan warna kuning.

Raka menyipitkan matanya horor, menatap sang adik tajam. Giginya bergemelatuk kesal. "Lo barusan ngebanting mie sama telur yang barusan kita beli, ya?"

Rafa menciut, sial. Dirinya tak berani menjawab.

Raka bagai lupa terhadap dirinya yang hampir menginterogasi Daffa, Ifah dengan benar. Dirinya kini mendekat dan menarik telinga adik kembarnya kasar. Ia mendekatkan mulut ke telinga kanan Rafa. "KENAPA LO BANTING, BEGOO?!"

Pengang. Itulah yang Rafa rasakan di telinganya. Dirinya mematung bodoh dengan tangan yang terhenti di dekat telinga.

Putri ikut menjambak rambut Rafa gemas. Kini, keduanya asik membully Rafa. Lupa bahwa kedua pasangan pezinah sedang berada di belakang mereka.

Detak jantung Ifah yang hampir normal tiba-tiba kembali melonjak kala tatapan polosnya kembali beradu dengan tatapan penuh perhitungan Daffa.

Daffa berbisik dengan jarak yang masih jauh diantara mereka, "Detak jantung lo kedengeran. Lagi disko-an, ya?"

***

"Gara-gara ini cecunguk bodoh, kita jadi harus makan mie tanpa telur!" rutuk Raka, tangannya mencubit lengan Rafa kuat.

"Tau, tuh. Nyebelin banget," Putri menyambung datar.

Ifah kembali kaku, mulutnya berhenti mengunyah. Dengan mengingat peristiwa telur, tentu saja itu memancing agar masalah antara Daffa dan dirinya di dapur kembali terungkap.

Rafa mengangkat kepalanya bagai teringat tiba-tiba. Netranya bergulir, menatap Daffa dan Ifah dengan pandangan SUS. "Maafin. Tadi gue kaget karena ngeliat cowok Antartika ini lagi ciuman sama cewek pesek," ungkapnya santai.

Raka kembali terdiam, dan Putri reflek menahan nafas tertegun. Keduanya menatap Rafa tak percaya, lalu melirik kedua insan yang menjadi tokoh utama dengan bibir sedikit menganga.

"Sial. Lo bohong, 'kan?" tanya Raka getir, jemarinya yang panjang melempar kulit bumbu mie ke wajah kembarannya itu.

"Gue? Bohong?" Rafa terkekeh sejenak. "Kalau ga percaya, tanya sama oknumnya sendiri!" sinisnya.

Ifah meneguk ludahnya kasar. "Sial," lirihnya pelan.

Sadar akan tatapan tajam dari teman-temannya, Daffa menghela nafas pelan, tangan kirinya menyugar rambutnya ke belakang, dan tangan kanannya menaruh sendok ke piring. "Kami ga kissing."

Ifah mengangguk kencang, bak anak ayam yang mematuk padi.

"Bohong! Tadi gue liat, kok," cerca Rafa tak percaya.

"Serius." Daffa melirik Ifah sejenak. "Lagipula... Kita berdua cuma teman masa kecil. Gak lebih dan ga akan pernah lebih dari itu!"

***

ENJOY!

Hari terakhir T_T

Kayanya ga bisa tepat waktu, deh..

Ó.Ò

ADDICTED || DAFFA [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang