Chapter 35 : Nasi Kotak.

89 21 0
                                    

Chapter 35 : Nasi Kotak.

❝ HAPPY READING ❞
🦋


Beberapa puluh menit kemudian, setelah Ifah dan Daffa berkendara pulang dengan kecepatan normal.

Fatma merapikan meja makan, mencuci segala kotak makanan yang tadinya berisi pudding mangga.

Wanita paruh baya itu beberes sembari sesekali menatap kedua anaknya yang duduk di depan televisi.

"Dia beneran hampir kena sesuatu yamg buruk, Rak?" tanyanya setelah selesai merapikan piring dan kotak yang barusan ia cuci.

Raka mengangguk, tangannya menggaruk hidung mancungnya yang tiba-tiba terasa gatal. "Iya, Bund. Untungnya ga beneran kena."

"Ho'oh. Kita hampir dapet makanan kotak gratis. Tapi Alhamdulillah nya ga jadi," sela Rafa memonyongkan bibirnya bosan.

Fatma menggeleng lalu menatap anak bungsunya malas. "Ucapanmu itu, loh, dek."

"Bundaaa, jangan panggil dek dek dek mulu," protes Rafa menatap sang ibu tak senang.

Raka mengulurkan tangannya, lalu menepuk kepala sang adik dari belakang. Setelahnya ia segera mengungkapkan ekspresi puas sembari mengangguk-angguk. "Lo emang Adek, Raf. Seharusnya lo bisa terima itu."

"Nye nye nye." Rafa berdiri lalu pergi berjalan menuju kamarnya. Seolah dirinya tengah merajuk.

Fatma menggeleng pelan, heran sendiri dibuatnya. "Ga pengen dipanggil Adek tapi sikapnya masih aja kaya balita yang lagi ngambek."

Raka mengangguk setuju. Belum sempat dirinya menyeringai puas, segera sebuah kain lap tangan menempel di belakang kepalanya.

Fatma berucap dengan nada santai. "Kamu itu, jangan main kepala terus! Nanti kalau otak adekmu kenapa-kenapa gimana?"

Raka terdiam. Bibirnya terbuka sembari cengengesan.

***

Daffa berhenti di depan pagar rumah Ifah, lalu netranya yang berwarna obsidian menatap Ifah dan kucingnya turun, berjalan, hingga masuk ke dalam rumah.

Saat Ifah telah masuk kerumah, lelaki itu mengeluarkan ponselnya dari saku celana dan mengirim pesan pada kontak dengan nama lengkap Ifah, "Cemilan lo ketinggalan. Jemput."

Tak lama, suara grasak-grusuk datang dari dalam rumah. Ifah segera berlari keluar dan menatap Daffa sengit. "Lo tuh ngeselin banget, ya?"

Daffa mengangkat sebelah alisnya, berpura-pura heran. "Kenapa?" tanyanya tak bersalah.

"Sengaja banget nungguin gue masuk kerumah dulu, baru ngasih tau kalau makanan Singa ketinggalan?!"

"Bukan salah gue. Itu karena lo nya aja yang udah tua dan pikun an," ledek Daffa dengan tangan terulur memberikan kresek berisi makanan kucing ke tangan Ifah.

"Gue masih muda, lo tuh yang udah tua, pikun an, tulangnya rapuh, hampir keropos!"

Saat akan berbalik kesal, Ifah merasakan pergelangan tangannya ditarik dari belakang. Kakinya yang akan berlari pun terdiam.

Gadis itu membalikkan kepalanya, sekali lagi menatap Daffa sinis menggunakan matanya yang berwarna coklat gelap.

"Apa lagi?!" teriaknya sinis.

"Lo belum ucapin terimakasih," ujar Daffa.

"Makasih," ketus Ifah.

Daffa melihat jam di pergelangan tangan, melihat waktu yang hampir terlambat.

Tangannya yang satu lagi menepuk kepala Ifah. Awalnya lembut, lalu tiba-tiba menepuk kencang, seakan tengah memukul. "Sana. Masuk terus mandi. Jangan skip makan malam."

"Tumben?"

Daffa melepas tangan gadis itu, menatap netra Ifah, lalu hidung gadis itu, hingga bibirnya yang indah dan terlihat lembut.

Ifah menyipitkan matanya, lalu mengatupkan bibir karena merasa pandangan Daffa yang aneh.

Daffa mengulurkan tangannya yang kekar, lalu memencet kedua sisi pipi Ifah hingga bibirnya mengerucut bak ikan. Jemarinya mengelus benda lembap itu dengan netra yang fokus menatap kesana.

Ifah tertegun, apa-apaan?

Daffa menjauh pelan, lalu menatap netra gadis pendek di depannya yang melebar terkejut. Bibir Daffa menyeringai kecil, dengan jahil, jemarinya mencubit pipi Ifah keras.

Keempat netra berbeda suhu itu saling memandang.

Daffa menjauh lalu menghidupkan motornya lagi. Membiarkan Ifah membeku di depan pagar rumahnya.

***

ENJOY!

PLIS, Waktunya nyisa dua hari sebelum deadline!

Bazeng😭

Ó.Ò

ADDICTED || DAFFA [Tamat]Where stories live. Discover now