Chapter 54 : Taruhan bersama Decy.

88 21 0
                                    

Chapter 54 : Taruhan bersama Decy.

"Di dunia ini, jika semua orang mengenal saya, maka tak ada satu pun di antara mereka yang akan berani berbohong dan merancang saya seperti yang telah kamu lakukan," lebih Ziga arogan.

Dirinya sedikit terpancing emosi. Dan dengan tak sengaja juga mengubah panggilannya pada dirinya sendiri. Dari 'Papa' menjadi 'Saya'.

Tangannya meraih sekotak benda dari saku, lalu mengambil salah satu dari banyaknya rokok di dalam bungkus tersebut. "Berani itu bagus, yang membuktikan kelayakan kamu untuk jadi penerus Papa. Tapi, terlalu berani juga ga baik, nak."

*Ctek.

Nyala api kecil mulai aktif dari benda kecil berupa korek di tangan besar Ziga, bibirnya mengapit Rokok lalu membakar bendera itu dengan sedikut menghisap udara disana agar apinya bisa hidup. "Sedikit hukuman, ga akan bikin kamu mati, 'kan?"

Seketika. Tubuh Decy membeku ngeri, jemarinya sedikit bergetar, dan bibirnya terkadang terbuka seolah ingin berbicara tapi tertunda.

Beberapa menit pun berlalu, tapi Decy masih belum bergerak, membuat Ziga kembali duduk dengan netra menajam.

Lelaki paruh baya itu melirik anak perempuannya sejenak, lalu beralih menatap pemandangan kota di luar sana.

"Bicara. Waktu adalah uang, jangan boros." Ziga menatap Decy acuh, bibirnya mengepulkan cincin asap. "Kalau ada yang perlu dibicarakan, maka Papa persilahkan kamu untuk meludahkan kata-kata lain, Des."

"..." Decy menelan ludahnya gugup, bibirnya bergetar ringan karena takut berucap salah, "Papa... Bisa yakin kalau kali ini kedua orang itu ga akan bisa ngelawan balik dan bikin ... Nama keluarga atau perusahaan kita menjadi buruk."

Decy paham, apa yang paling Papanya pentingkan di dunia ini. Harga diri tinggi dan saham perusahaan yang stabil.

Ziga menyipit tenang, ia hembuskan asap yang tertahan di mulutnya beberapa detik lalu.

Ia termenung sejenak, lalu tiba-tiba menyeringai kecil ketika otaknya terpikir sebuah rencana.

Ia gulirkan netranya yang sipit, menatap Decy lalu berujar penuh tantangan, "Berani bertaruh?"

"Ya. Berani."

Seringainya semakin jelas, Ziga menaikkan alisnya merasa tertarik. Ia berdiri, menepuk pahanya pelan, lalu berjalan ke depan Decy. "Jika kamu benar-benar bisa memenangkan taruhan ini, kamu bebas menikahi siapapun yang kamu mau nantinya."

Jari telunjuknya menaikkan dagu Decy, membuat kepala kecil itu terangkat mendongak.

Ziga menajamkan matanya, lalu berucap penuh peringatan, "Tapi kalau kamu kalah. Maka jangan bermimpi untuk bisa menikah, kuliah, atau bahkan tinggal sesuka hatimu lagi."

Decy mengerjap ragu, lalu mengangguk pasti. Lagipula, ia yakin taruhan dengan Papanya pasti akan dimenangkan oleh dirinya sendiri.

Ziga mengangguk puas. "Bagus. Anak seorang Ziga ga pernah mengingkari janji yang dibuatnya. Mengerti?"

Decy menggigit bibirnya, lalu memgangguk sebelum kaki ayahnya perlajan berjalan pergi, sepertinya akan pulang ke rumah?

Bukannya ia tak mengerti bahwa Ziga tengah mengancamnya untuk tidak mengingkari janji.

"Ya. Gue pasti menang. Pernikahan tanpa perjodohan, pasti akan ada di tangan gue." Decy menatap atap ruangan. Lalu menghela nafasnya lepas. "Kenapa gue harus takut gini? Lagipula, ga mungkin gue kalah."

"Mustahil," angkuhnya menyeringai.

***

Yang tak Decy sadari. Orang lain kini tengah menyusun pesta meriah untuknya agar gadis itu bisa menikmati dirinya sendiri hingga waktu hari perpisahan tiba.

Rafa berdecak pelan, lalu mengangguk meremehkan. Tangannya merangkul bahu Raka yang sedikit lebih tinggi darinya. "Cewek malang. Dia ngerasa rencananya pasti berjalan mulus, Decy ga akan menyangka kalau ternyata tukang penjebak kaya dia malah kena jebak sama kita."

***

ADDICTED || DAFFA [Tamat]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora