Chapter 57 : JADIAN!

93 20 0
                                    

Chapter 57 : JADIAN!

"Wah. Kayanya udah cukup Viral, ya?" gumam Ifah menatap ponselnya tenang.

Atensi gadis itu beralih, ketika sebuah suara panggilan terdengar dari depan pintu kelas.

"Yang namanya Ifah, ditungguin di taman belakang, tuh, sama seseorang!"

Ifah mendekat, melihat seorang lelaki yang sepertinya adik kelasnya berlari pergi tanpa menunggu jawaban.

"Seseorang?" Putri menatap Ifah curiga. "Siapa, tuh? Jan-jangan malah ada yang mau nembak lo, lagi?"

Ifah melebarkan netranya sedikit. Ah, pikirannya malah mengingat adegan memalukan di toko ice cream.

***

Dan disinilah Ifah kini. Dirinya duduk berdampingan dengan lelaki tetangga yang pernah menjadi teman masa kecilnya.

Ifah menggaruk kelopak matanya yang tak gatal. "Kenapa? Tumben ngajak ketemu di sini?"

Daffa menyipitkan matanya, menarik wajah Ifah agar menatap tepat ke kedua netra obsidiannya. Ia berucap pelan, hampir seperti bisikan, "Lo belum ngejawab yang gue tanyain pas itu."

Ifah mengangkat alisnya bingung. "Loh? Emang pas itu lo seriusan?"

"Ya, iya, lah!" Daffa merenggut kesal.

"Aneh banget. Nembak cewek malah kaya ngasih laporan--"

Ucapan Ifah terputus, kala Daffa menangkup kedua pipinya lalu berucap dengan serius, "Yaudah. Lo mau jadi pacar gue? Jawabannya Iya atau Yes?"

"..." Ifah terdiam. Pipinya merona malu, disertai dengan detak jantung yang tiba-tiba bagai berdisko.

Bibirnya terkatup rapat, terkadang tenggorokannya pun meneguk kering. "H-hah?"

"Lo cuma perlu ngangguk dan geleng kepala," perintah Daffa dengan ujung telinga yang ikut memerah. Kali ini bukan karena berbohong. "Tapi, ada bagusnya lo ngangguk aja."

Keempat netra berbeda suhu mereka saling menatap lamat. Entah Ifah dirasuki atau dihipnotis, ia mengangguk.

Ya. Ifah mengangguk!

Daffa menarik nafasnya, lalu melepas pipi Ifah sebelum berbicara cool, "Oke. Berarti resmi!"

"Lo mau kemana?" tanya Ifah reflek saat melihat Daffa berdiri dan sepertinya akan pergi. "Masa ... Baru jadian ... Gue udah ditinggal?"

"Ke kamar mandi. Ikut... Sayang?" Daffa mengangkat alisnya tinggi. Ah, sial, jantungnya terlalu berdebar kencang, membuat malu saja.

Ifah menganga diam. Daffa terkekeh gemas lalu berjalam pergi, jalannya terlihat cool, padahal hatinya telah kejedak kejeduk jeder duarr. Bibir lelaki tampan itu terus tersenyum kecil.

Ifah ditinggalkan, dengan rona pipi yang kentara jelas. "Jadi... Gue punya pacar?" linglungnya.

***

Pagi di keesokan harinya. Daffa membonceng Ifah di belakang motor maticnya.

Kedua pasangan baru itu sedikit canggung pada awalnya, tapi kini malah saling mencoba lebih dekat, mencoba memotong jarak yang tersisa.

"Jangan deket-deket sama Andi. Dia suka sama lo," perintah Daffa dengan mengendarai motornya pelan, mereka telah sampai di pekarangan sekolah.

"Tapi..." Ifah akan menolak. Tapi tak jadi ketika melihat mata Daffa di kaca spion. "Oke," ucapnya mengangguk patuh.

"Good girl."

Ifah sekali lagi memerah malu. Ah, apa-apaan hubungan yang malah seperti di novel ini?! Dirinya tak tahan!

Sejak kemarin, Daffa terus saja bersikap tak seperti biasanya. Entah itu mengucapkan selamat malam, mimpi indah, selamat pagi.

Kemarin juga lelaki ini datang ke rumahnya, sembari menenteng martabak di persimpangan sebelum rumah mereka.

Keduanya begitu asik, berbagi kasih dengan senyum yang tak hilang.

Tak sadar akan tatapan datar dari lantai di gedung atas.

Rayhan menatap dua insan di bawah sana dengan tak bersuhu. Tangannya merangkul bahu Decy kencang.

Decy menggigit bibirnya suram. "Bitch. Sana sini mau. Sialan."

Rayhan menatap Decy tajam. "Lo ngatain cewek gue?"

Decy tersadar. Ah, ia lupa akan keberadaan Rayhan di sisinya. "Sorry."

"Lo ulang sekali lagi. Gue pastiin lo ga bakal bisa dapetin Daffa," ancam Rayhan tajam. "Dan Ifah. Kalau gue ga bisa dapetin dia, maka artinya ga ada satupun manusia yang boleh milikin dia."

***

ADDICTED || DAFFA [Tamat]Where stories live. Discover now