ingkar janji

64 14 2
                                    

Setelah pulang dari danau, Jazz mengajak Vyona menuju apartemennya karena Jazz ingin mandi dan ganti baju, setelahnya akan menemani Vyona untuk menjaga Dahlia di rumah sakit

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Setelah pulang dari danau, Jazz mengajak Vyona menuju apartemennya karena Jazz ingin mandi dan ganti baju, setelahnya akan menemani Vyona untuk menjaga Dahlia di rumah sakit.

"Kamu nggak usah ikut lagi Jazz, kan ada Abang sama kak Eksa juga disana" ucap Vyona begitu melihat cowok tampan itu baru saja keluar dari dalam kamar, dengan kondisi rapi.

"Tapi aku mau nemenin kamu, biar kelihatan aktif di depan mertua"

"Apaan sih, nggak jelas" ucap Vyona sembari mencubit lengan Jazz.

"Udah yuk berangkat"

"Tapikan aku belum mandi" ucap Vyona sembari mencebikkan bibirnya.

"Kan aku antar kamu pulang dulu buat mandi, habis itu baru kita ke rumah sakit lagi Queen"

Areksa langsung menghampiri dokter Angga begitu tau dokter itu baru saja keluar dari dalam ruang rawat sang mama

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Areksa langsung menghampiri dokter Angga begitu tau dokter itu baru saja keluar dari dalam ruang rawat sang mama.

"Gimana keadaan mama saya dok?"

"Ibu Dahlia baik-baik saja, beliau hanya pingsan. Namun____" dokter Angga nampak menggantungkan kalimatnya hingga membuat Areksa dan yang lainnya menjadi penasaran.

"Namun apa dok?" Tanya Areksa sembari mencengkram kedua pundak dokter Angga.

"Kita harus secepatnya menemukan donor hati untuk mama kamu Areksa, kalau tidak nyawa ibu Dahlia bisa saja terancam"

Apalagi ini, baru saja pagi tadi ia mendapat kabar kalau mamanya telah sadarkan diri. Siangnya malah mendapat berita yang tidak mengenakkan.

"Apa pasien dirumah sakit ini nggak ada yang mati otak dok?" Tanya Alan kepada dokter Angga.

Dengan penuh sesal dokter Angga hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Pupus sudah harapan Areksa dan juga Alan. Padahal itu opsi terakhir yang mereka miliki, karena mendapatkan donor hati secepat itu adalah hal yang sangat mustahil.

Sedangkan itu Agra yang  masih duduk di kursi tunggu, hanya bisa duduk sembari mendengarkan kata demi kata yang keluar dari mulut dokter Angga, Areksa, dan juga Alan.

Vyona ✓Où les histoires vivent. Découvrez maintenant