sebuah fakta

95 16 1
                                    

Weekend ini Jazz sudah berjanji akan menemani Vyona untuk pergi ke makam Dahlia, jadi disinilah mereka sekarang, duduk diantara ribuan makam, ditangan Vyona juga sudah ada satu buket bunga Lily kesukaan Dahlia

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Weekend ini Jazz sudah berjanji akan menemani Vyona untuk pergi ke makam Dahlia, jadi disinilah mereka sekarang, duduk diantara ribuan makam, ditangan Vyona juga sudah ada satu buket bunga Lily kesukaan Dahlia.

"Hai ma, kita ketemu lagi" ucap Vyona sembari menaruh buket bunga yang ia bawa. "Mama apakabar? Ahh pasti mama lagi main-main di surga ya sekarang. Maaf ya, ma. Vyona baru sempat kesini tengokin mama"

Vyona merasa hatinya seperti ditusuk oleh benda yang tak kasat mata. Ia sungguh rindu mamanya, walaupun dulu Dahlia jarang sekali pulang tapi setidaknya Vyona masih bisa bertemu dengan Dahlia. Tapi sekarang sudah tak bisa Vyona temui sosok itu, sekarang jika Vyona rindu ia hanya akan menemui gundukan tanah yang sekarang ada dihadapannya.

"Pulang yuk, aku punya sesuatu buat kamu" ajak Jazz sembari merangkul Vyona.

"Apa?"

"Suprise dong"

"Ihh bikin penasaran aja, kasih tau dong!" ucap Vyona memohon sembari memasang wajah seimut mungkin.

"Kalau aku kasih tau nggak jadi kejutan, udah ayo pulang"

Pada akhirnya Vyona hanya bisa pasrah ketika Jazz menarik tangannya.

"Gendong" ucap Vyona sembari merentangkan kedua tangannya.

Jam dipergelangan tangan baru saja menunjukkan pukul 10.00 tapi matahari bersinar dengan teriknya, hingga membuat Vyona merasa malas untuk berjalan menuju parkiran.

"Nona kamu manja sekali ya" ucap Jazz sembari menunduk, menyamakan tingginya dengan tinggi badan Vyona.

"Ini sangat panas tuan, dan aku sangat malas untuk berjalan. Ini lumayan jauh dari tempat kita parkir tadi"

"Hemtt, baiklah tuan putri. Silahkan naik" ucap Jazz sembari sedikit berjongkok agar Vyona tidak kesusahan saat naik keatas punggungnya.

Dengan penuh semangat Vyona langsung saja naik keatas punggung Jazz.

"Oke, mari kita pulang tuan" ucap Vyona sembari melingkarkan tangannya pada leher Jazz.

"Jangan kenceng-kenceng pegangannya"

"Iya maaf"

Disepanjang jalan keduanya asik mengobrol, dan juga bercanda. Terkadang keduanya menjadi pusat perhatian orang-orang yang kebetulan sedang berziarah.

"Hai cantik ketemu lagi kita"

"Sorry, apa kita saling kenal?" Tanya Vyona pada cowok yang kini berdiri di depan Jazz hingga menghalangi jalan. karena cowok itu tidak sendiri, melainkan bersama ketiga temannya.

"Minggir loe" ucap jazz dengan dinginnya.

"Santai dong, gue cuma mau nyapa cewek cantik yang ada di gendongan loe"

"Dia cewek gue. Jadi nggak usah loe sapa-sapa dia"

"Terus kalau dia cewek loe kenapa? Selama janur kuning belum melengkung, maka masih milik bersama bukan"

Vyona ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora