Mengubur cita-cita

47 16 1
                                    

~~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~~

Bukit pulang ke rumah dengan tatapan kosong. Ia bimbang, apakah sebaiknya ia mengubur cita-citanya saja??

"Bang Kikit abis darimana?" Tanya Dion saat melihat sang Kakak memasuki rumah

"Kepo lu bocil!"

Saat Bukit melangkahkan kaki perlahan ke kamarnya, "Bukit!"

"Apa Umiku sayang??"

"Kamu itu ya! Sekolah enggak, kelayapannya tiap detik! Udah sana jaga warung! Umi mau mandiin Dion"

Bukit mengangguk pasrah,

Setelah sampai warung, tangannya dengan cepat mengambil beberapa buah permen dan menyimpannya di saku celana

"Assalamualaikum"

Bukit mendongak untuk melihat siapa yang mengucap salam, ternyata itu adalah Naya

"Waalaikumsalam."

"Bukit, Naya mau beli shampo dong"

"Yang mana?"

"Yang itu!" Telunjuk Naya terangkat menunjuk salah satu shampo yang tergantung di atas

Bukit mengambil dan memberikannya pada Naya, lalu Naya memberikan selembar uang padanya

"Ehm.. Bukit, makasih ya karena tadi Bukit temenin Naya ke dokter"

"Hm. Sama-sama" Bukit menjawab dengan senyuman

"Assalamualaikum!"

Pak Mahdi tiba-tiba datang dan langsung membuat senyum Bukit seketika luntur dan menghilang ditelan udara.

"Wah dateng lagi ni orang." Gumam Bukit

"Yaelah, jawab napa! Kalo orang ngucap salam tuh jawab!"

"Waalaikumsalam Pak Mahdi yang ganteng! Apakah ada yang bisa saya bantu?" Tanya Bukit dengan sopan

"Hah? Kutu? Mana? Perasaan kemarin gua udah nyampo"

"Kapan gua ngomong Kutu? Perasaan gua ngomong 'Bantu'. Tolong kuatkan hamba Ya Allah!" Gumam Bukit secara dramatis

"Kamu beli apa Nay?" Tanya Pak Mahdi pada Naya yang tak kunjung pergi dari warung

"Ini Yah, Naya beli shampo" Jelas Naya pada 'Ayahnya' itu. Ya, Pak Mahdi adalah Ayah Naya.

"Oh, odol"

Naya dan Bukit hanya menghembuskan nafas pasrah

"Bokap lu jarang sakit hati ya?" Bisik Bukit pada Naya

"Hah? Maksud Bukit?"

"Iya, Kalau satu RT ngomongin dan julidin dia, pasti dia gak bakal sakit hati. Orang telinganya aja kagak bisa denger jelas."

"Ih Bukit gak boleh kayak gitu. Nanti kalau Ayah Naya tau gimana? Dia bisa marah loh sama Bukit" Bisik Naya dan dijawab tawaan ringan Bukit

"Apa yang mau ditakutin? Orang dia aja gak bisa denger omongan gua tadi, Hahaha" Bukit tertawa renyah

BUKIT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang