AKHIR

35 11 23
                                    

HAPPY READING!

~~~

Tak terasa, sekian banyaknya permintaan-permintaan yang Naya lontarkan, yang pastinya membuat Bukit geleng-geleng kepala ketika istrinya itu mengandung, akhirnya sekarang kandungannya menginjak usia 9 bulan, dan bulan-bulan Juli adalah Bulan yang Bukit tunggu-tunggu. (Author suka mempercepat waktu, ha-ha-ha)

Keluarga Bukit dan Naya berkunjung dan menetap untuk bulan ini, sebab mereka mengkhawatirkan bulan-bulan yang rawan ini. Mereka semua tak membiarkan Naya menyendiri di bulan ini, takut terjadi hal-hal yang tak terduga

Umi, Bunda, Abi dan Pak Mahdi bersiap siaga, terkadang mereka bergilir, sebab Umi harus tetap menjaga warungnya, ya, Umi masih setia dengan warung kesayangannya, walau kerugian bisa terhitung setiap bulannya, itu semua karena tangan jahil Bukit yang sering mengambil permen di warung tanpa membayarnya, dan hal itu pun masih melekat padanya hingga ia menikah pun.

Hari ini, keluarga Naya yang menemani. Sudah 2 hari Bunda Naya dan Pak Mahdi menginap. Walau sudah menikah satu tahun lamanya, Bukit dan mertuanya-Pak Mahdi, masih belum akur,

Kalian tahu sendiri peran utama kita mempunyai kesabaran setipis tisu, sedangkan yang bersama Pak Mahdi harus bersikap sabar di setiap keadaan apapun, seperti Bunda Naya yang tahan menemaninya bertahun-tahun.

Pagi-pagi, Bukit memutuskan untuk lari pagi, entah ada angin apa yang menghantam tubuhnya, padahal dia adalah tipikal pria yang malas dengan yang namanya Olahraga.

Pagi-pagi sekali Bukit sudah bangun, lalu sarapan, ia pamit kepada mertua dan istrinya, dan di-iyakan.

Minggu-minggu ini Bukit merasa stress, sebab begitu banyak masalah dalam hidupnya, entah berasal dari pekerjaan ataupun hubungan rumah tangganya, jadi terkadang emosinya tidak bisa terkontrol.

Bukit dan Naya pun sering bertengkar akhir-akhir ini, mereka bertengkar dengan alasan yang tak jelas, misalkan saat Bukit pulang bekerja, Naya mendadak bertingkah menjengkelkan, seperti tiba-tiba marah karena Bukit tak membalas pesan singkat yang ia berikan. Hal sepele itu membuat mereka bertengkar, dan pertengkaran itu cukup hebat. Untung saja saat itu keluarga keduanya sedang tidak ada di rumah, jadi tak ada yang tau saat mereka bertengkar.

Saat sudah siap dengan kaos dan celana training, Bukit mulai berlari dari komplek perumahan ke arah taman yang tak begitu jauh dari komplek rumahnya

Langkah demi langkah, Bukit lalui dengan wajah murung. Ia sangat membutuhkan hiburan saat itu, dan ia pikir semua masalah akan terhambat karena fisiknya lelah.

"(Gua gak nyangka kalo masa-masa rumah tangga itu gak mudah. Setau gua rumah tangga ya bakalan bahagia, eh ternyata gini. Kenapa dulu gua cepet-cepet pengen nikah sih? Heran)"

Bukit meneruskan lari paginya, dan akhirnya sampailah ia di salah satu taman yang cukup ramai, karena ada sebuah pameran disana. Bukit tak mementingkan hal itu,

Setelah lelah berlari, Dia memilih untuk duduk diam di salah satu bangku taman

Hingga tiba-tiba satu tepukan seseorang dari belakangnya membuat ia menoleh

"Loh, Lu Bukit??"

"Dih, ngapain lu disini Jar? Gimana kabar lu?? Udah lama kayaknya kita gak kabar-kabaran"

Bukit dan Fajar saling memeluk, pelukan yang gentle namun terlihat jelas bahwa mereka berdua sama-sama melepas rindu

"Iya nih, Gua kan balik ke kampung si Natasya pas dia lahiran, dan Minggu kemaren baru aja balik" Fajar melepas pelukan, lalu ikut duduk di bangku taman

BUKIT (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora