HAMIL

21 11 41
                                    

HAPPY READING!

~~~
Benar ucapan Bukit di bab kemarin, setelah seminggu kemudian, tepatnya setelah ia mengucapkan itu, Naya hamil. Ya, hamil. Bukit dan Naya sebentar lagi akan menjadi orang tua.

Kehamilan Naya telah menginjak usia dua bulan, dan menurut Bukit itu sangat-sangat susah baginya, ia ingin cepat-cepat bayinya lahir ke dunia, pasalnya Naya selalu meminta ini dan itu dengan alasan bahwa itu semua kemauan sang bayi. Bayangkan saja, dua minggu yang lalu, Bukit berkelahi dengan seorang penjaga toko hanya karena Naya ingin Bukit menyentuh kepala botak si bapak, alhasil Bukit dimarahi habis-habisan oleh pria tersebut.

Baru saja kemarin ada kejadian lagi, Bukit diminta untuk mencari tukang ngamen yang bernama Harun, dan meminta foto dengannya. Bisa saja saat itu Bukit berbohong pada Naya, tetapi Naya meminta Bukit mengirimkan KTP si pengamen tersebut, untuk memastikan apakah benar namanya adalah Harun. Bukit mencari-cari bak orang aneh, hingga akhirnya dua hari setelah itu, Bukit menemukan pengamen dengan nama Harun. Ia mengajaknya berfoto dan mengirimkannya pada Naya, dan apa reaksi Naya?

"Lama banget sih nyari gitu doang sampe berhari-hari! Naya udah gak suka"

Ya, itulah sebabnya Bukit menginginkan buah hatinya untuk cepat-cepat lahir ke dunia.

Selepas sholat, Bukit sering mengusap lembut perut istrinya, dan menciumnya. Alih-alih mencium perut Naya, diam-diam Bukit membisikkan "Cepetan lahir, Papa udah gak kuat sama tingkah Mamamu"

Hari demi hari, hubungan pernikahan mereka perlahan membosankan, itu menurut Naya, tidak dengan Bukit.

Yang ada dipandangan Bukit saat Naya berbadan dua adalah, Naya semakin terlihat menggoda bagi dirinya. Ya, menggoda dari segi bentuk tubuh. Kalian tahukan bahwa pemeran utama kita ini memang berpikiran keruh sejak lahir.

Suatu hari di dalam rumah, tepatnya di hari Minggu. Bukit dan Naya menonton televisi di ruang tengah. Posisi mereka sekarang adalah, Bukit memeluk tubuh Naya dengan tampang berseri-serinya, sedangkan Naya hanya diam saja sambil mengunyah permen karet

"Yang!" Panggil Bukit tiba-tiba

"Hm?"

"Kamu makin hari makin seksi deh" Bukit melanjutkan ucapannya sambil masih memeluk Naya

"Hm"

"Sayangnya kata dokter gak boleh itu dulu, aku jadi gak semangat nih"

Naya tak mendengarkan semua ucapan suaminya, ia fokus melihat FTV yang ditayangkan di televisi, disana pemeran utama dalam FTV itu berprofesi sebagai tukang cendol. Tiba-tiba keinginan untuk memakan cendol pun mendadak meningkat

"Kamu gak mau apa yang, begituan--"

"Bukit! Naya mau cendol kayak yang itu dong!" Naya memotong ucapan Bukit.

Wajah Bukit terlihat kesal "Cendol apaan?! Ih, kamu mah gak dengerin aku ngomong ya?"

"Ih udah cepetan beliin, Naya pengennnn"

"Yaampun Nay, ntar aja ah, aku lagi.males kemana-mana"

"Ish! Yaudah ntar anaknya ngeces mulu, mau!?"

Itu adalah senjata terampuh yang bisa Naya lakukan.

"Yaudah, bentar aku ngambil jaket dulu" Ujarnya dengan nada malas

Senyum Naya terbit saat mengetahui bahwa Bukit setuju dengan keinginannya. "Gitu dong. Ini juga kan buat anak kita. Eh, jangan lupa nitip salam ke si amangnya ya!" Naya sedikit berteriak karena Bukit sudah berjalan agak jauh menuju kamar

"Ngapain nitip salam?"

Bukit berbalik badan dan mengerutkan keningnya

"Ya nitip salam aja emang kenapa?? Gak boleh??"

BUKIT (END)Where stories live. Discover now