GAK SESUAI EKSPEKTASI [Bukit Lamar Naya]

21 12 5
                                    

~~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~~

Hari demi hari, Minggu demi Minggu, bulan demi bulan, hingga akhirnya tak terasa sudah bertahun-tahun lamanya Bukit dan Naya bersabar menantikan hari dimana mereka siap untuk menjalin hubungan lebih dalam lagi, yaitu pernikahan.

Hari Minggu ini sangat berbeda dengan hari-hari Minggu sebelumnya yang telah Bukit lalui selama hidupnya. Sebab hari ini ia akan melamar Naya-gadis yang ia sukai selama 5 tahun lalu.

Ya, Bukit yang dulu masih remaja SMA, sekarang telah berusia 23 tahun. Dan 5 tahun itu bukanlah waktu yang singkat, bahkan pemeran utama kita ini kerap kali ditemukan sedang melamun dipojokkan kamar.

Tapi, betapa bahagianya Bukit di hari ini. Pagi harinya ia sempatkan untuk membantu pekerjaan rumah. Bukit membereskan tempat tidurnya, mandi sebelum subuh, dan membantu Umi memasak makanan untuk sarapan.

Bukit melakukan semuanya itu murni melalui hatinya, entah mengapa ia merasa bahwa ia sangat bersemangat, dan ia ingin berbagi rasa semangat dan kebahagiaannya itu kepada orang-orang terdekatnya, seperti kepada sang Umi.

Mata Umi diam menatap gerak-gerik Bukit. Anak itu tampak berbeda dari biasanya. Pagi-pagi sudah mengetuk pintu kamar orang tuanya dan mengajak untuk sholat berjamaah. Ya, Umi agak heran, sebab Bukit tak biasanya seperti itu, malahan Umi yang selalu membangunkannya untuk ibadah sholat Subuh. Ada apa dengan hari ini? Heran Umi.

Bukit menghampiri Umi saat sudah selesai mencuci piring. Umi yang akan masuk ke dalam kamar, mendadak tak jadi karena Bukit memegang bahunya dan mengajaknya untuk duduk di sofa, "Mi.. Bukit mau ngomong sesuatu. Sini, duduk deh disamping Bukit" Begitu kata Bukit, dan Umi mau-mau saja.

"Mau ngomong apa?"

"Mi, Bukit udah gede kan sekarang?"

Umi menatap aneh, namun tetap mengangguk sebagai jawaban

"Nah, Bukit mau lamar Naya. Boleh, kan??"

Bola mata milik Umi membesar, beliau melotot mendengar perkataan anak tengahnya.

"Kami beneran mau nikah di umur sekarang??"

"Ya tapi kan Bukit udah gede, terus juga Bukit kan udah dipercaya sama Bos, pasti Bukit bisa idupin Naya sama anak-anak Bukit nanti"

Bukit memang sudah bekerja sedari ia lulus SMA, memang sebegitu inginnya ia menghalalkan sang kekasih-Naya.

Bukit juga bekerja dimana tempat Abi dan Sakti bekerja. Ia menjadi salah satu karyawan yang teladan dan jauh dari kata malas. Maka dari itu, atasannya mengangkat Bukit menjadi seseorang yang berpengaruh di perusahaan tersebut. Sangat tak disangka, bukan?

Setelah mengobrol cukup lama dengan Umi, dan dengan penuh pertimbangan Umi mengiyakan ucapan Bukit.

Abi dan Sakti tak ada saat mereka mengobrol. Sakti ada di kamarnya bersama sang istri yang tengah mengandung, sedangkan Abi di kamar mandi, menyelesaikan kebiasaan paginya.

BUKIT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang