Sakti Nikah?

26 11 19
                                    

~~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~~

"Alhamdulillah kalo kamu udah siap buat nikah," Kata Umi sembari mengucap Hamdallah

Abi pun tersenyum manis mendengar ucapan Umi. Tetapi berbanding terbalik dengan Bukit yang menatap horor kakaknya, ada apa ini? Mengapa tiba-tiba ingin menikah?

"Woy! Lu udah Depe duluan, ya?" Bukit bertanya dengan berbisik pada Sakti, dan itu membuat Sakti melotot lalu memukul kepala adiknya

"Awh!" Pekik Bukit

"Lu jangan ngomong sembarangan! Gini-gini gua masih takut neraka." Balas Sakti berbisik

"Ya itu elu pacaran aja udah dosa, kamvret!"

"Ya makanya ini mau gua nikahin, pe'a! Biar kagak dosa lagi"

Mendengar penjelasan sang kakak, ia tersenyum bahagia, bersyukur ternyata pikiran negatifnya salah.

"Rencana kamu mau kapan, Bang?" Tanya Umi

Sakti menjawab dengan enteng, "Mmm,, mungkin bulan depan"

"HAH!?"

Umi, Abi dan Bukit kaget.

"Hahaha, nggak nggak, Sakti bercanda, Mi"

"Hufftt..." Yang tadi terkejut pun membuang nafas lega,

"Ih kamu ini! Jangan bercanda sama hal beginian!"

"Hehe, iya nanti deh Sakti omongin lagi sama si yayang"

"Huekk!! Yayang? Yayang Onah?? HAHAHAHAHHAHAH!! NGAKAK SEKEBON!!"

Bukit tertawa terbahak-bahak, Umi melihat itu dan langsung mencubit pinggang anaknya itu, membuat si empu mengaduh

"Jangan begitu! Laki-laki ketawa kayak Kunti."

"Hahahahaha!!!" Giliran Sakti yang sekarang tertawa

"Sakti! Kamu juga!" Umi melotot kepadanya, dan seketika Sakti bungkam.

Bukit cekikikan melihat Kakaknya kena marah Umi.

****

Saat ini kita akan beralih pada Naya. Sedang apa sih dia sekarang?

Di dalam rumah Naya, tepatnya di kamar bernuansa pink dan putih, Naya duduk di ranjang dengan buku-buku pelajaran di pangkuannya.

Berbeda sekali dengan Bukit, yang setiap saat mengucap bosan, padahal ia punya waktu menghafal materi pelajaran untuk besok.

Dengan gerakan cepat Naya menutup bukunya, ia tampak tak bersemangat, jadinya ia memilih untuk merapihkan buku-buku itu lalu merebahkan tubuhnya di ranjang.

"Bukit bener, kenapa coba Naya marah kalo liat Bukit sama cewek lain? Emangnya Naya siapa?" Ucapnya sembari melihat langit-langit kamar,

"Naya itu cuman tetangganya Bukit. Kenapa Naya harus marah?? Ish!! Naya bego!!!!" Katanya sambil menampar pelan pipi kanannya,

BUKIT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang