Hari pernikahan Fajar

20 12 8
                                    

~~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~~

Hari ini adalah hari yang dinanti-nanti oleh Fajar, lelaki muda yang sebentar lagi akan melangsungkan pernikahan. Rencananya, Bukit dan Aland akan mengantar Fajar ke rumah calon mempelai wanita. Mereka bertiga berangkat menggunakan mobil yang disediakan oleh kedua orang tua Fajar, dan Bukit mengusulkan agar hanya mereka bertiga saja yang menggunakan mobil tersebut

Usulan itu pun disetujui oleh Fajar yang tak memikirkan matang-matang. Karena ia berpikir "Yaudah deh, gua masih pengen jalan sama mereka berdua, sebelum nanti gua berumah tangga."

Bukit dan keluarganya tentu saja diundang untuk datang ke rumah Natasya, Calon istri Fajar. Mereka sibuk karena perjalanan memakan waktu satu hari penuh. Begitupun dengan keluarga Naya yang diundang. Keluarga Bukit, Naya dan Aland akan menyewa mobil untuk keberangkatan mereka.

Saat Bukit tengah memandang pantulan dirinya di cermin, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka oleh Sakti yang membawa jas hitam di lengannya,

Ia melihat sang adik yang sedang sibuk bercermin dengan mengelus-elus wajahnya itu, membuat Sakti menahan tawanya karena geli

"Setiap hari berkaca, namun tak ada perubahan apapun. Mungkin dia pikir dengan berkaca mampu membuat dirinya mempunyai seorang kekasih, namun nyatanya malah membuat dirinya semakin jatuh pada lubang kejombloan. HAHAHAHA!!"

Sakti berkata dengan nada layaknya sang puitis. Mata Bukit memandang sang kakak dengan malas lalu berkata, "Kalo mau masuk ke kamar orang 'tu ucap salam! Gak sopan!" Ketusnya,

"Assalamu'alaikum!"

"Wa'alaikumsalam. Ada apa ke sini?" Tanya Bukit,

"Nih, gua punya jas dua, lu pake yang satu ini"

Sakti melemparkan jas hitam itu ke arahnya, kedua mata Bukit menatap setiap inci jas yang diberikan oleh kakaknya itu, "Biasanya dia sering ngasih gua yang bekas-bekas, siapa tau ini udah bolong dimakan tikus" Batinnya

"Yaelah gua gak sejahat itu juga kali!" Bagai tahu apa yang Bukit bicarakan dalam hati, Sakti menjawabnya dengan nada yang kesal

"Ya kan lu biasanya kayak gitu."

"Udah cepetan pake! Daripada lu pake setelan jamet biasa lu itu, masa ke pernikahan temen lu pake setelan kayak gitu. Gak ngehargain banget"

Yang dimaksud dengan 'setelan jamet' adalah Baju Bukit yang berwarna biru kotak-kotak dan celana jeans yang terdapat rantai kecil-kecil di sakunya,

Ya, Bukit biasa memakai itu saat datang ke acara pernikahan. Itu karena ia tak punya jas atau tuxedo seperti kakaknya. Paling-paling ia hanya menggunakan yang bekas dipakai oleh kakaknya. Biasalah seorang adik memang bernasib seperti itu dari zaman purba.

Bukit menatap malas kakaknya karena menyebut setelan kesayangannya itu sebagai "Jamet"

"Ya gua mah orangnya jarang gaya-gayaan. Sesuain aja sih kapan harus miskin kapan harus style."

BUKIT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang