PECINTA KOMEDI?? SINI MERAPAT!
_______
Bukit Anggara, Laki-laki berjiwa bar-bar yang dipenuhi dengan hal-hal random yang melekat pada dirinya.
Apa yang istimewa dari kisah BUKIT? Itu adalah tentang cita-citanya yang ingin sekali menjadi seorang play...
Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.
~~~
"Masak apa?"
Bukit bertanya pada Sakti yang sedang menggoreng telur mata sapi,
"Telor! Lu buta?!" Jawabnya ketus,
Bukit diam dan tak menghiraukan jawaban kakaknya, ia berjalan ke arah dispenser air, lalu mengambil air dan membawanya ke kamar,
*Ceklek!
"Ah, lega"
Sakti menoleh ke arah Bukit yang keluar dari kamar mandi,
"ASTAGHFIRULLAH! LU KOK??" Kaget Sakti
"Kenapa lu? Gak pernah liat pangeran, ya??"
"Enggak enggak! Kit, tadi gua liat lu jalan dari kamar ke sini, terus ambil air, terus balik lagi ke kamar lu! Bahkan tadi lu nanya gua dulu"
"Haha, jangan Ngada-ngada! Gua sejam lebih ada di WC. Perut gua mules gara-gara makan sambel goreng Umi yang dari dua Minggu yang lalu diangetin terus."
"Kit, tadi lu bilang, lu liat gua masuk kamar lu, kan?? Dan tadi gua juga liat lu, terus nyatanya enggak. Kira-kira.. di rumah ini ada apa, ya???" Sakti bergidik ngeri saat menatap sekitar
"Ah apa sih lu! Dasar lemah! Udah ah gua mau cabut"
"Woy! Cabut kemana?! Lu mau ninggalin gua?!" Teriak Sakti kepada Bukit yang sudah agak jauh,
"Yee, Budek amat punya adek!"
***
"Iya iya gua otw nih!" Jawab Bukit pada seseorang di telpon,
*Tutt!
"Ribet banget si Naya minta dijemput segala!"
Bukit mulai mengganti baju dan mengambil kunci motornya, setelah itu ia beranjak pergi dari kamarnya,
Saat akan menutup pintu, "Kit! Bantuin gua dulu dong!" Sakti datang dan langsung membuat mood Bukit semakin buruk,
"Gua mau jemput si Naya--"
"Ya sebentar doang, gak mungkin sejam!"
"Bantu apaan?"
"Umi datang bawa belanjaan--"
"Lah, emang Umi belanja hari ini? Bukannya di warung?"
"Cepetan!"
"Lu aja kenapa sih?! Lu kan lagi gak kerja"
"Cepetan, d*ngo!"
"Iye!"
Setelah itu, Bukit berjalan mendahului Sakti, ia membuka pintu rumah dan melihat ada kakaknya di sana
