2.Tebakan Atau Insting?

259 102 18
                                    

Viana Pov's

Aku hanya fokus membaca novelku dan tidak mempedulikan Aning yang sedari tadi mengoceh tidak jelas. Sesekali aku melirik jam dan mulai menunjukan pukul 07.30 menandakan pelajaran akan segera dimulai, dan benar saja bel sudah berbunyi dan aku mulai menutup lembaran buku ku dan segera mengambil buku pelajaran beserta alat tulis.
Beberapa menit berlalu, seorang guru pun datang dengan membawa map hijau berisi absensi pribadi.

Entahlah guru lain tidak pernah membawa absensi pribadi saat mengajar dan hanya guru ini saja yang selalu membawa map absensi. Dia adalah Bu Reni, guru Bk kelas 12 yang ditakuti murid 1 sekolah. Pertanyaaan dalam benak ku adalah untuk apa ia membawa absensi pribadi? Apakah itu penting bagi guru Bk?...hmm sudahlah lupakan saja.

Saat ia memasuki ruangan kelas aku merasakan aura yang dikeluarkan nya begitu kuat, aura mencekam seolah mengelilingi tubuhnya, terlihat jelas wajah garangnya. Memang guru Bk ini mempunyai aura mencekam walau sudah kukatakan pada teman temanku, mereka tidak merasakan aura apapun. Mereka hanya takut padanya saja namun tidak merasakanya. Mungkin hanya aku yang mengetahuinya.

Seketika kelas menjadi hening, hening sekali, mungkin sampai detak jantung pun bisa terdengar. Ia memasuki ruangan kemudian ia menaruh map beserta bukunya di meja. Kemudian ia memperhatikan setiap sudut kelas dengan matanya yang tajam, dan tatapannya berhenti pada 1 kursi kosong tepat di barisan kedua.

"Siapa yang duduk disini??" tanya nya dengan nada datar

Awalnya tidak ada yang berani menjawab pertanyaan nya, dan saat ia bertanya yang kedua kalinya salah satu murid laki laki menjawab "Ravdi Ardivan, bu."

"Apa dia tidak berangkat? Ada surat izinnya?"

Murid itu hanya menggeleng kikuk. Dan murid itu adalah Kevin Marselion, teman sebangku Ravdi. Mereka adalah sahabat seperti aku dan Aning. Biasanya jika salah satu dari mereka tidak berangkat pasti salah satunya yang memberikan surat dan tau alasan nya tidak berangkat. Tapi kali ini Kevin memang benar benar tidak tahu tentang sahabatnya itu.

"Baik, jika tidak ada suratnya maka Ravdi akan saya alpa."

Saat mendengar ucapan Bu Reni tiba tiba tanpa basa basi aku menjawab..

"Ravdi sedang menuju kemari, hanya saja tadi ban motornya kempes, hingga harus dibawa kebengkel dulu, bu."

Entahlah kekuatan dari mana sampai sampai aku mengatakan itu, padahal aku tidak tahu Rafdi ada dimana. Kata kata itu meluncur dari mulutku tanpa aba aba. Seperti aku sudah merasakan dimana keberadaan Rafdi. Bahkan aku seperti mendengar suara anak itu saat mengucapkan 'Sialan' karena ban motornya kempes.

"Oh, kalau begitu saya akan tunggu 15 menit. Jika dia belum sampai, maka dia benar benar akan di alpa." Ucap bu Reni dengan beranjak duduk di kursi guru.

Baru saja Bu Reni mengatakan nya tiba tiba terdengar pintu diketuk.


Tok!! Tok!! Tok!!

"Masuk!!"

Betapa terkejutnya aku saat melihat Ravdi sudah di depan pintu, padahal aku tadi tak percaya dengan ucapanku sendiri saat mengatakan jika Ravdi akan memasuki kelas. Namun nyata nya ia sudah di depan pintu lengkap dengan seragam dan tas nya.

"Maaf bu, saya terlambat. Tadi ban motor saya kempes dan harus dibawa ke bengkel dulu."

"Oke, kamu bisa duduk sekarang."

"Baik bu, terimakasih" balasnya dengan tersenyum.

Deg....

Mendengarnya.. aku sama sekali tidak percaya bahwa ucapanku benar adanya, ban motornya kempes!!. Oh tuhan apakah ini kebetulan? Atau memang aku yang bisa merasakan keberadaan seseorang?

***

Ravdi Pov's

Hari ini adalah hari yang cerah, kusambut dengan membuka jendela kamarku dan sinar matahari mulai memenuhi ruangan kamar. Dan aku mulai bersiap siap berangkat sekolah, tidak lupa untuk sarapan. Setelah sarapan aku menuju garasi dan mengambil motorku, ku keluarkan dari garasi dan memakai helm Fullface. Aku me-nyetater motorku dan bergegas menuju sekolah.

Di pertengahan jalan kurasa ada yang aneh..motorku terasa berat dan lambat. Aku pun segera menepi untuk mengecek motorku, dan ternyata ban belakang motorku kempes.

"Sialan!!" Umpatku sambil menyugar rambutku frustasi. Melihat lihat sekitar untuk mengecek apakah ada bengkel dan...

Terlihatlah bengkel di seberang jalan. Aku pun langsung mendorong motorku sampai ke bengkel itu.

"Mas, ban saya kempes. Tolong di pompa dulu ya.."

"Oke dek! Tunggu bentar ya."

Aku pun duduk di tempat duduk yang telah disediakan bengkel. Aku mengambil ponsel dari tas ku dan melihat jam sudah menunjukan pukul 07.05.

"Astaga!! Bisa bisa gue telat nih, udah mana jam pertama BK lagi. Haduh!! smoga gak dihukum!" Ucapku khawatir.

Sekitar 10 menit aku menunggu dan ban ku sudah dipompa, tidak lupa membayar kepada montir tersebut. Dan aku mulai menancap gas dan mengebut karena jam sudah menunjukan pukul 07.15.

***

Srrrrt...


"Akhirnya nyampe juga, hufft.. gue harus cepet cepet masuk kelas!" Turun dari motor dan beranjak meninggalkan parkiran. Saat sudah di depan kelas saat aku ingin mengetuk pintu aku mendengar Bu Reni sedang berbicara.

"Baik, jika tidak ada suratnya maka Ravdi akan saya alpa."

"Anjir di alpaa..argh gaboleh gaboleh!!" Ucapku dalam hati.

Tapi tiba tiba terdengar suara perempuan yang berbicara.

"Ravdi sedang menuju kemari, hanya saja tadi ban motornya kempes, hingga harus dibawa kebengkel dulu, bu."

"Tunggu! emang gue ngomong ke cewe kalo ban gue kempes ya? Kalo dia liat gue dibengkel pasti gamungkin kan? Di arah jalan sana yang sekolah disini kan cuma gue. Kok dia tau? Dia siapa?"

Pertanyaan bertubi tubi muncul di benakku. Aku tidak peduli dan langsung mengetuk pintu

Tok! Tok! Tok!

"Masuk!"

"Maaf bu, saya terlambat. Tadi ban motor saya kempes dan harus dibawa ke bengkel dulu."

"Oke, kamu bisa duduk sekarang."

"Baik bu terimakasih." Ucapku sambil beranjak duduk di kursi ku.

Pertanyaan terus berputar dipikiranku tentang siapa perempuan itu? Mengapa dia bisa tau? Siapa yang memberitahu nya?


***


Tbc!!

Follow ig @noraimaquen

Legend Of Blue Eyes 'Shewolf Of Choice'Where stories live. Discover now