29. Persiapan

72 70 7
                                    

Matahari pagi mulai memancarkan sinar hangatnya melalui celah celah jendela, yang membuat seorang gadis didalam sana melenguh pelan. Sedikit demi sedikit dibukanya kelopak mata dengan iris berwarna coklat itu.

Dia bangkit dari ranjangnya dan berjalan menuju jendela lalu membukanya. Dihirup lah udara segar pagi yang selama beberapa hari ini sangat ia rindukan, bukan udara hampa dan berbau amis disana itu.

Kini dia hanya memakai hot pants dan sweater putih over size, entah siapa yang memakaikan nya. Dan lagipula ini bukan kamarnya. Dilihat dari cat berwarna abu abu dan hitam dengan aroma cendana yang menyeruak di indra penciumannya.

Dia pernah kesini, dan ini adalah kamar..

CEKLEK.

"Hai? Kau sudah bangun?" Tanya pemuda dalam keadaan shirtless dan celana kain selutut.

"Eh kau? Apa kau yang membawaku kemari?" Tanya Viana

Pemuda itu tersenyum dan ternyata ia juga membawakan sarapan untuknya, sepiring roti isi dan segelas susu segar.

"Tentu, siapa lagi?" Balasnya dengan menaruh sarapan itu di atas nakas.

Aklesh, ia berjalan menghampiri gadis itu. Sungguh ia memang bodoh memilih pakaian untuknya, sweater putih miliknya itu sangat kebesaran di tubuh mungil Viana.

"Kau tenggelam.." kekehnya sembari menatap Viana dari atas sampe bawah.

"Maksudmu? Swater ini? Iyalah ke gedean. Ini mah ukuran nya kayak punya mu." Ujar Viana.

Aklesh hanya mengangguk lalu menggapai telapak tangan Viana dan menggenggam nya.

"Akhirnya, kamu bisa bebas dari sana. Awalnya aku begitu takut kehilangan kamu, tapi aku yakin kamu gak akan nyerah begitu aja setelah mengetahui segalanya."

"Ya, kamu benar. Setelah ini aku memang harus berusaha lebih keras agar bisa membalas perbuatan mereka, terutama Rai."  Balas Viana.

Aklesh mengernyit bingung lalu melepaskan genggamannya dan beralih menatap intens manik coklat itu.

"Rai?"

"Oh ya, Ravdi atau bisa disebut Tuan Rai Drake." Jawabnya lalu berbalik menatap luar jendela lagi.

Tatapan Aklesh kini menjadi tatapan khawatir, dia tau pasti sangat sulit melupakan orang yang sangat dicintai dalam waktu yang bisa dibilang cepat. Tapi apapun yang terjadi, ia harus membuat Viana secepat mungkin melupakannya.

Agar disaat waktu itu telah tiba, dia takkan merasa dilema.

"Oh ya btw, luka ku ini hilang kemana?" Tanya Viana

"Abang mu lah, siapa lagi?" Jawab Aklesh.

"Eh tunggu, semalem waktu dihutan kayaknya aku inget sesuatu deh. Aku kayak minum sesuatu yang ada dibotol, tapi setelah itu aku pusing banget. Kamu tau itu isinya apa?"

Aklesh meneguk ludahnya gugup, masa dia bilang bahwa yang diminumnya adalah Vodka. Yang ada bisa bisa ia mati digebukin ini.

"Hei?" Ucap Viana yang membuyarkan lamunan Aklesh.

"Ha iya apa?"

"Jawab!"

"Eee ituuu, minuman itu.." groginya dengan menggaruk tenguk nya yang tidak gatal.

"Vodka, dik.." Ujar seorang pemuda yang tiba tiba muncul dibelakang mereka.

Sontak mereka berdua berbalik dan menatap pemuda bersurai blonde itu yang kini sudah memakai perlengkapan perang, mungkin.

"Vodka bang? Jadi semalem aku mabok ya?" Tanya Viana yang belum menyadari costum milik Cody.

"Tanya aja sama Alpha mu itu." Ujar Cody dengan melirik Aklesh yang cengar cengir.

Legend Of Blue Eyes 'Shewolf Of Choice'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang