28. FLASHBACK

73 64 3
                                    

"Ravdi?"

Sungguh pemuda yang kini tepat dihadapannya hanya menatap datar padanya. Tangannya kini bergerak untuk membuka topeng hitam yang menutupi wajahnya itu.

"Hai? Kaget ya?"

"Jadi kamu..."

"Iya, seperti yang kamu lihat. Aku adalah pria bertopeng yang hampir membunuhmu waktu itu." jawabnya angkuh.

Viana diam tak menjawab apapun di pikirannya hanya satu, bahwa cintanya itu memang tak akan bisa terbalaskan.

Kring..

Suara gembok rantai dibuka, Ravdi melepaskan rantai dari tangan dan kaki Viana dan bersedekap setelahnya.

"Yaa ini akhir hidupmu, ada kata terakhir?"

Diam. Hanya diam sembari menatap manik yang menyiratkan rasa khawatir yang bertolak belakang dengan sikap nya saat ini.

Mata tak pernah berbohong, tapi kenapa dia melakukan ini padanya?

"Jadi, karena ini kamu nolak cinta ku?"

Ravdi terkekeh santai dan menanggapi nya dengan nada lelucon.

"Tentu saja, tidak mungkin aku mencintai gadis seperti mu. Aku benci padamu! Kau tidak lebih dari jalang yang harus dimusnahkan!" Sarkasnya.

Deg....

Hatinya terasa hancur berkeping keping mendengar nya, apakah selama ini kebersamaannya hanya palsu belaka? Benarkan cintanya itu hanya bertepuk sebelah tangan?.

Tanpa disadari setetes air mata jatuh dari pelupuk matanya, ia menangis tanpa suara adalah hal yang paling menyakitkan.

Arsha, yang melihat semua itu mengaum pedih. Mengapa? Takdirnya harus seperti ini? Melihat sang gadis yang ia cintai harus terluka karenanya.

Ravdi hanya bisa menahan tangis dengan muka datarnya, sama dengan Arsha dia juga sangat terluka.

"Kenapa menangis? Berbahagialah karena ini hari terakhirmu."

"Kau, kau benar hiks...untuk apa menangis jika aku akan pergi. Meninggalkan semua kenangan pahit didalamnya. Aku bodoh telah mencintai pemuda yang ternyata sangat membenci ku. Aku terlalu lemah baginya yang sangat kejam. Aku sadar bahwa aku tak pantas untuk hidup.." jelasnya sembari menunduk.

Maafkan aku, maafkan aku..., batin Ravdi.

"Baguslah jika kau sadar, ayo ikut aku untuk menikmati masa terakhirmu." ucapnya lalu dengan paksa menarik tangan Viana dengan cepat.

Menyeretnya dengan keras sampai Viana beberapa kali terjatuh karena itu.

***

Dua serigala itu kini sedang berlari kencang dan menatap waspada sekitarnya. Demonaria, hutan itu pasti sudah dipasang perangkap wolfsbane dan hanya Pasukan Austin lah yang tau dimana keberadannya maka dari itu mereka bisa menghindar.

Tapi bagi yang tak waspada pasti dia akan mati, begitupun Arsen dan Axel. Mereka beberapa kali menginjak cairan wolfsbane dan itu membuat sedikit tenaganya berkurang.

Beberapa menit berlalu, kini mereka sudah sampai tepat di depan mansion dengan aura kelam menyelimutinya. Dengan cepat mereka berlari ke balik pohon untuk berganti shift dan memakai pakaian yang mereka bawa.

"Kita masuk sekarang?" Tanya Arsen

"Ya. Kita tidak punya banyak waktu." Jawab Axel dengan berjalan mendahului Arsen

Legend Of Blue Eyes 'Shewolf Of Choice'Where stories live. Discover now